Om, nikmat banget deh

Setelah cukup istirahatnya, dia meninggalkan aku telentang diranjangnya. Lama dia gak balik2. Aku kesel ditinggal ndirian, aku nyusul ja kluar, telanjang bulet tentunya. "Om, kok Dina gak dikelonin sih", rengekku manja. "Tadi temenku nelpon, biasa soal bisnis. Aku bilang lagi ma kamu, dia mo nyusul kemari. Kamu mau gak maen ber 3. Kalo gak mau ya gak apa lo, gak maksa kok. Aku tinggal bilang ma temenku kamu keberatan". Aku diem aja, kebayang digarap 2 lelaki, kaya apa lemesnya dan tentunya bakalan nikmat banget. Bel pintu berbunyi. "cepet amir temen om dah dateng". "Bukanlah, aku tadi pesen piza, kamu suka kan, pasti dah laper kan abis kerja keras". "Iya sih, om napsu amir ngentotin
Dina tadi". Dia keluar dan kembali membawa 1 kotak besar piza. Dia membuka kotaknya, piza nya sudah dipotong menjadi 8 bagian, langsung aja kucokot satu dan aku makan. "Diabisin ya Yang". "Wah kembung dong Dina makan segini banyak". "Ya aku bantuin makan juga". Dia mengambilkan teh botol dari lemari es dan membukakan tutupnya untukku. Seneng banget aku diperlakukan gitu, walaupun tadi diranjang aku abis dikerjain dia dengan buasnya, tapi skarang dia melayaniku dengan penuh kasih
sayang, lagian aku dipanggil Yayang gitu membuatku makin melambung aja. Sambil ngobrol, aku melahap pizanya, gak terasa piza besar sekotak itu dah habis pindah keperut kami berdua, pasti lebih banyak aku yang makan. Teh botol ja abis 2, si om
mengambilkan aku sebotol lagi begitu botol pertamanya kering.

“Yang mo renang lagi?" "Gak om, masi lemes". "Padahal mo maen ber 3 kan". Dia ngajak aku berbaring didipan dipinggir pool, dibawah 2 payung besar sehingga teduh. Saat itu matahari dah tinggi. Dipannya ada matrasnya, cukup besar dipannya sehingga bisa untuk berbaring 2 orang. Senderan kepalanya diturunkan sehingga menjadi dipan seprti untuk tidur, rata semuanya. Aku berbaring didipan, dia disebelahku, aku bugil, dia masi pake celana pendek dan tshirt karena tadi dia keluar mengambil pesanan pizanya. "Yang, aku napsu lagi ngeliat kamu bugil gini, jadi pengen lagi nih, mau lagi ya Yang". Aku cuma ngangguk ja. lalu dia mulai meremas toked kiriku dengan tangan kanannya. Aku merapatkan diri kebadannya. Kemudian dia mencium bibirku dan lidahnya dengan lincahnya masuk mempermainkan lidahku. Kusambut ciumannya tidak kalah hotnya. Kunikmati sentuhan yang dia berikan pada tokedku. Jarinya mulai meremas pentilku. “Omm” aku mulai merintih nikmat. Selanjutnya dia melahap pentilku dengan mulutnya. Pentilku dihisapnya dan dimain-mainkan dengan lidahnya. Aku pun merintih lagi dan meremas rambutnya. “Omm, nikmat sekali.. oohh.” Pentilku yang satunya tidak lolos dari
remasan tangannya. Aku mulai meronta kegelian dan kenikmatan.

Tanganku pun turun menelusuri punggungnya sebelum akhirnya menyentuh tonjolan panjang di balik celana pendeknya. Kuremas tonjolan yang keras itu dengan gemas sehingga membuat dia mulai mengeluh nikmat. sesaat ia menatapku sambil terus
mengulum dan mengisap pentilku bergantian. Bahkan dengan kedua tangannya dia menyatukan kedua pentilku dan dihisapnya bersamaan. “Omm ooohh.. ” aku pun merintih lagi dan lagi. Kurasakan selangkanganku makin basah dan geli saja. dia menarik turun celana pendeknya, kemudian melepaskan tshirtnya. Terpampang di hadapanku kontolnya yang sudah mengacung besar panjang. Tanpa berkata apa-apa dia menyodorkan kontolnya ke wajahku. Mengetahui apa yang di inginkannya, kujulurkan lidahku dan mulai menjilat kepala kontolnya. Dia mulai merintih keenakan setelah lidahku dengan lincahnya
menjilat sekitar lubang kencingnya. Kudorong ujung lidahku ke lubang kencingnya sambil jari-jariku menggelitik daerah pantat dan pahanya sehingga membuat dia gelinjang geli nikmat. Ketika dia menikmati jilatanku, Tiba-tiba saja kuhisap kontolnya masuk ke
dalam mulutku dengan kencang. Dia mengerang, "Oohh… Yang.. eeenak sekaliii…” Aku tersenyum dan menarik kontolnya keluar dari mulutku sambil masih mengisapnya. Lalu kuhisap masuk lagi ke dalam mulutku. Kugerakkan kepalaku maju mundur sehingga
kontolnya masuk keluar, masuk, keluar, masuk, keluar dari mulutku. Rambutku diremasnya sambil mengerang nikmat. Karena selain mulutku mengisap dan mengulum kontolnya, tanganku sibuk meremas biji pelernya dan tanganku yang satunya sibuk meraba-raba, menggelitik sekitar lubang pantatnya. “Ohh Yang..” mendengar rintihannya membuatku bertambah semangat saja. Lidah kudorong masuk ke dalam lubang kencingnya selagi kuhisap kontolnya.

“Ayo dong kita langsung mulai!”, serunya menghentikan kegiatanku. Dia menindih tubuhku. Di hisapnya lagi pentilku sambil tangannya meraba memekku. "Yang dah basah banget ni", bisiknya sambil menyelusup jarinya ke dalam liang memekku yang memang sudah basah sejak tadi. Jari tengahnya mulai memainkan itilku. “Ohh..omm..” Aku mulai merintih keenakan. Kontolnya diarahkan ke liang memekku yang sudah mekar dan berdenyut minta dimasukin kontol besarnya sekali lagi. “Ohh… om Dina dah pengen om entotin lagi.. ” pintaku. Dengan sekali dorong kontolnya sudah masuk ke memekku. "Oohh!”, aku seperti merasakan terkena strum saja ketika kontolnya menerobos masuk memekku. Dia mulai memompa kontolnya masuk..keluar memekku. Aku pun merintih semakin jadi, “Arrh… oooh .. omm" Tokedku bergoyang seiring dia memompa memekku dengan kontolnya, "Yang, memekmu memang nikmat bangett. uugh.." Lima belas menit
kemudian dia mempercepat genjotannya. Kutahu dia sudah akan keluar. “Busyet!.. akuu sudaah mau keluar.. uugh.. .. oohh” Aku merasakan tubuhnya menegang dan kontolnya ditancapkan sedalam2nya sampe mentok di memekku dan CROT...crot, dia menembakkan pejunya ke dalam memekku. Kontolnya seolah bergetar di dalam memekku. Tidak lama kemudian tubuhnya pun jatuh lunglai di atas tubuhku. Kujepit kontolnya dengan memekku sehingga membuat dia gemetaran untuk beberapa detik. "Om dah napsu banget ya, Dina belon apa2 kok om dah ngecret si". "Iya nih Yang, napsu banget liat kamu telanjang dari tadi waktu kamu keluar kamar". Bel berbunyi lagi. "Tu pasti temenku, kamu nerusin ma temenku aja ya. Aku mo pergi dulu, biar dia bebas maen ma kamu"
katanya sambil mengenakan celpen dan t shirtnya. "Kok gitu om, Dina kan malu. Katanya mo maen ber 3". Aku segera masuk ke kamar dan mengenakan bikini tipisku, walaupun isinya keliatan semuanya karena tipisnya, tapi rasanya masi pake bikini katimbang
telanjang bulat didepan temen si om.

Ganteng juga temen si om, bodinya atletis juga. Dia senyum melihatku pake bikini tipis gitu. "Wah Din, mrangsang skali bodi kamu. Imut tapi berisi, ngundang banget bikininya". "Iya nih, si om yang ngasi bikini tipis gini", jawabku sambil tersenyum. "Ya udah, kamu asik2an ma Dina ya, aku mo ngurus kerjaanku dulu". "Minggu2 gini kerja paan om, gak jadi maen ber 3 nya", tanyaku, aku si keberatan ditinggal berdua ma temennya. "Ada prospek baru Din, aku mesti diskusi awal dulu ma dia, dia bisanya minggu. Namanya cusrtomer ya kudu diladenin kan". "Mangnya kamu takut ya ma aku. Aku dah jinak kok, gak ngegigit", kata temennya. "Iya ngegigit si enggak tapi ngemut iya", timpal si om sambil tertawa. Si om masuk ke kamar, gak lama kemudian dia keluar sudah berpakean rapi. Dia mencium pipiku, "Slamet seneng2 ya Yang. Di meja aku tinggalin catetan nomer henponku, kali2 ja kamu mo kontak aku", bisiknya, kemudian dia pergi. Tinggallah aku berdua dengan temennya. "Om mo minum apa, ntar Dina ambilin dari lemari es, tapi cuma ada teh botol dan soft drink kalengan om". "Teh botol juga boleh Din, sini dong aku kan mo ngobrol ma kamu". Aku duduk disebelahnya di sofa sambil memberikan teh botol ke dia. Dia menerima dan lansgugn menenggaknya ampe tandas. "Bocor botolnya ya om, Dina ambilin satu lagi ya", kataku sambil tertawa dan menuju ke lemari es ngambil satu lagi. "Kamu bisa mijit gak Din". "Ya mijit asal2 si bisa om". "Ya udah pijitin aku ya". Tubuhnya menelungkup di atas sofa kemudian kedua tanganku mulai memijitnya. Sekitar 15 menit aku memijat punggung, leher dan kakinya sampai akhirnya dia bilang cukup.

"Makasi Din, lumayan pijetanmu, skarang giliran aku yang mijet kamu ya". Dia segera menarikku kedalam pelukannya. Tangannya meraba tokedku. Jarinya berkeliling di sekitar tokedku mencari pentilku dan dia menemukannya. pentilku bereaksi dengan remasan tangannya atas tokedku. Nafasnya mulai memburu dan lidahnya mulai dimainkannya ke telingaku. Tanpa kuinginkan aku merasa cairan hangat keluar dari memekku. aku mulai terangsang, apalagi jari-jarinya mulai meremas dan memilin pentilku yang mengeras. Bra
tipis itu memberikan rangsangan lebih ketika pentilku diplintir2nya, gesekan dengan kain tipis itu menambah rangsangan pada pentilku. Sepertinya dia tahu aku mulai terangsang. Tiba-tiba dia menciumku. Lidahnya dijulurkannya sehingga aku pun mengisap lidahnya. Dia melenguh, tanganku meraba selangkangannya, terasa ada gundukan yang juga besar yang telah sangat keras. Kayanya kontolnya gak kalah ma si om punya. Dia kembali
melenguh. Aku merasa tubuhku gemetaran karena terangsang. Tiba-tiba dia menggigit pentilku pelan. Aku mengerang pelan. "Sakit ya Din". "Gak kok om, cuman ngilu".

Dia mengurai ikatan bra dileherku, kemudian tangannya memelukku dan megurai ikatan bra di punggung sehingga bra bikiniku terbang gak tau kemana dia ngelemparnya. lidahnya dengan lincah menjilat-jilat pentilku. Nafasku jadi semakin berat dan memburu. Rangsangan yang kudapat sungguh tidak terhingga enaknya. Lidahnya begitu kuat
menjilat pentilku bergantian. Dia mulai mengisap pentilku, ditariknya pentilku dengan bibirnya sembari terus mengisap. Aku mengerang nikmat, “Omm…" Tidak lama kemudian dia berhenti mengisap putingku. Yang kutahu kemudian dia melepas pakeannya dan cd bikiniku. Kami berdua telanjang bulat di atas sofa. Diremasnya tokedku dengan ganas sebelum mulutnya kembali melahap pentilku bergantian.

Dipeluknya diriku dan membalikkan badan sehingga kami berubah posisi. Kini giliran tubuhku yang menindih tubuhnya. Kutarik pentilku keluar dari mulutnya meskipun ia masih asyik mengisapnya. Aku mencium lehernya, pentilku menyentuh pentil kecilnya. Dia segera mendekapku. Kudorong tubuhnya setelah kuberikan cupang dekat bahunya. Lidahku berpindah memainkan pentilnya. Kutekan lidahku ke pentilnya yang kecil mungil itu dan kujilat2 dan kuisap2. Kugigit pentilnya pelan sambil jari kukuku sibuk menggaruk pentil satunya. Kudengar dia mendesah keenakkan. Kontolnya yang menyentuh perutku terasa makin tegang saja. Kucuekin kontolnya untuk sementara selagi aku asyik mempermainkan pentilnya. “Hisap dong”, terdengar desahannya memintaku mengisap kontolnya.

Lidahku pun berpindah menjilat kepala kontolnya. Baunya khas. Kujilat kepala kontolnya, kemudian Kuisap ke dalam mulutku. Lalu kudorong lidahku ke lubang kencingnya. Tanganku meremas biji pelernya pelan seakan-akan memijit. Aku tidak ingin bermain terlalu lama kali ini karena napsuku masi nagih untuk dipuasin, maklum tadi si om nanggung amir maennya. Aku belon klimax dia dah ngecret. Aku segera merangkak ke atas tubuhnya, setengah berlutut di atas badannya. Kuarahkan kontolnya mendekati memekku yang sudah basah sejak tadi. Tidak langsung kumasukkan, kugunakan kepala kontolnya menggaruk-garuk bibir memekku dulu sehingga membuat dia tambah terangsang dan merem-melek dibuatnya.

“Din… Kita mulai yuk!” serunya, tiba-tiba mengangkat pantatnya sehingga kontolnya menerobos masuk ke dalam memekku. Bersamaan kami menjerit nikmat. Kudiamkan sebentar kontolnya di memekku, lalu aku mulai mengangkat pantat sehingga kontolnya
mulai meninggalkan memekku dan kuturunkan pantatku lagi hingga kontolnya masuk lagi menerobos masuk ke memekku yang hangat. Aku mulai mengerakkan pantatku naik turun, tokedku biar imut juga naik turun mengikuti gerakanku. Kontolnya terus masuk-
keluar memekku. Gerakanku sengaja kulambat-lambati tapi kemudian akupun mempercepat gerakanku. Tangannya meremas pantatku sambil menolongku mempercepat genjotanku. "Arrhh.. ooh..trus… goyangin..oooh..Dinnnn”, dia terus mengerang keenakkan. Salah satu tangannya meremas toked dan memlintir pentilku.

Tiba-tiba saja aku mencium bibirnya, kuisapnya bibirnya dan aku mendorong lidahku keluar, langsung saja dia mengisap lidahku begitu pula sebaliknya, aku memancing lidahnya masuk ke dalam mulutku sehingga dapat kuisap ke dalam mulutku. Lidahku suka
sekali menjelajahi dalam mulutnya seakan-akan mengoda lidahnya untuk bereaksi dengan lidahku. Dia menghentikan ciuman kami dan kedua tangannya meremas kedua tokedku. Ini membuatku terasa melayang apalagi jarinya menemukan pentilku. Nafasku makin
memburu begitu pula nafasnya. Dia terus meremas-remas tokedku sementara pinggulku masih terus mengocok kontolnya keluar masuk memekku dengan cepat. Aku didekapnya dan dibenamkan kembali wajahnya di antara tokedku sambil lidahnya menjilat jilat.
“Omm… oohh”, kugigit bibirku menahan nikmat ketika mulutnya sibuk menjilat dan mengisap pentilku bergantian. Aku mengerang nikmat karena saat itu aku mencapai klimaxku.

"Om, Dina cape, om yang diatas ya". Dengan segera aku melepaskan kontolnya dari memekku. Dia bangkit dari sofa, aku segera berbaring mengangkang di sofa yang sudah acak2an karena kringet dan dia menelungkup diatasku. Dia segera kembali menancapkan kontolnya dimemekku. Dia mulai menggerakkan badannya naik.. turun. Setiap gerakannya benar-benar membawa nikmat bagiku. Lalu diangkat kakiku sehingga membebani kedua
pundaknya. “Oooohh… omm”, benar-benar nikmat sekali. Terasa sekali kontolnya menusuk memekku dalam sekali. "Din, pengen deh aku ngentotin kamu trus2an. Nikmat banget deh ngentotin kamu, baru skali ini aku ngentotin abege senikmat memek kamu".
Dia terus saja mengenjotku dengan kontolnya. Matanya merem-melek menikmati kontolnya yang lagi diemut2 ma memekku. “Genjot terus om..” lenguhku. Gerakannya semakin cepat dan keras. Terdengar plak..plak setiap biji pelernya bertemu dengan
lubang pantatku. Keringat kami mengucur deras. Tokedku bergerak naik.. turun mengikuti irama napasku yang dah mendengus2. “Din, aku hampir sampai oouuuggh” dia segera
menurunkan kakiku dari pundaknya. Tangannya meremas tokedku dengan keras sehingga aku menjerit kesakitan dalam nikmat. “Aarrrgghh.. ommm!” Tubuhnya mengejang sebelum akhirnya jatuh lunglai di atas tubuhku. Kurasakan keringatnya dan keringatku bercampur aduk. Diciumnya pipiku dan membiarkan kontolnya mengecil di dalam memekku. Dengan sendirinya kontolnya pun permisi keluar dari memekku yang masih berdenyut-denyut minta ditusuk lagi. "Om, nikmat banget deh, baeknya Dina tadi dah nyampe duluan. Om masi mo lagi? Dina sih gak keberatan kalo om mau lagi". "Bilangnya ja kamu masi pengen dienjot lagi", katanya sambil tertawa. "Ketempatku aja yuk, gak enak dirumah orang".
"Wah Dina gak bisa om, sore kudu pulang kerumah, bisa dicariin speda yang Dina pake'. "O gitu ya, spedanya dicariin tapi Dinanya enggak ya, ya udah Dinannya aku culik ja supaya malem ini bisa aku entotin lagi, gimana". Aku si pengen banget bisa ma si om
terus, tapi besok aku kan kudu sekolah. "Ya udah, minggu depan kita janjian ya, gak usah disini, ntar keapartmentku aja, mau ya Din". "Iya deh". Slesai bebersih dan membersihkan sofa sebisa aku, aku call no hape si om, kasi tau aku mo pulang. Si om bilang, tutup ja pintunya karena slotnya bisa ngunci pintunya, gak bisa dibuka dari luar tanpa kunci slotnya dan si om bawa kunci slotnya.