Vagina Bersih Perawan Di Villa



Masukin kontol ke vagina sempit - Hari itu aku menjadi saksi pembelian sebuah villa dari broker properti pada pamanku. Sebenarnya pembelian ini agak unik menurutku. Hal ini karena pamanku membeli villa ini tanpa melihat langsung dahulu villa yang akan dibelinya itu. Pamanku membeli hanya berdasar brosur dan keterangan broker yang tak lain masih temannya. Di samping untuk membantu temannya itu pamanku juga tertarik pada harganya yang tergolong murah. Memang menurut brosur itu villa yang tergolong besar ini ditawarkan murah. Alasan sibroker karena pemilik lama kepepet sekali butuh uang untuk operasi jantung. Namun walau besar lokasinya memang masih di desa yang jauh dari jalan besar utama.

Menurut si broker lagi untuk mencapai lokasi villa harus melewati jalan desa yang penuh liku-liku. Dan juga semenjak pemilik lama sakit dua bulan lalu villa itu tak pernah lagi dikunjungi. Si broker sendiri belum pernah ke sana hanya langsung diberi foto-foto dan keterangan villa oleh pemilik lama untuk dijualkan. Walau berharga murah tak ada yang tertarik kecuali pamanku ini. Selesai urusan pembelian pamanku menyuruhku agar secepatnya untuk melihat sekaligus membenahi villa. Pamanku sendiri tak ada waktu mengingat kesibukannya. Aku mengusulkan agar besok saja ke sananya. Malam sebelum berangkat aku menelepon temanku untuk diijinkan tidak kuliah selama aku pergi. Lalu aku menyiapkan perbekalan untuk dibawa antara lain alat kebersihan, lampu darurat, dan makanan instan.

Sebagai lelaki muda aku memang senang bertualang bahkan terkadang hanya seorang diri saja. Jadi hal seperti ini sudah aku anggap biasa. Setelah semuanya aku masukkan ke dalam mobil espas minibus pamanku aku langsung pergi tidur agar esok bugar. Seperti biasa dan sudah menjadi kebiasaan aku kalau tidur telanjang bulat. Begitu membayangkan tubuh wanita telanjang aku langsung tertidur. Jujur saja melihat wanita bugil langsung dihadapanku aku belum pernah apalagi bersenggama dengan mereka. Jadi aku masih perjaka. Esoknya aku bangun pukul 08.00. Rumah sudah sepi karena pamanku telah berangkat kerja pada pukul 06.00. Istri pamanku sudah dua bulan ini bertugas di luar negeri. Sementara Bik Lastri pembantu di rumah tengah ke pasar mungkin. Biasanya jam-jam segini memang jadwalnya dia ke pasar.

Aku lalu mandi. Selesai mandi aku sarapan nasi goreng yang telah disiapkan. Kulihat di atas meja kerja paman ada amplop dan pesan untukku. Rupanya itu berisi surat pengantar dan uang saku dari pamanku. Waktu telah menunjukkan pukul 09.00 dan kuputuskan untuk berangkat agar tak kemalaman saat tiba di villa. Kebetulan aku punya kunci rumah sendiri jadi tak perlu menunggu Bik Lastri pulang. Mobil lalu kustater berangkatlah aku. Sekitar dua jam perjalanan aku berhenti mengisi bensin dahulu. Tiba-tiba aku teringat tas berisi pakaianku ketinggalan. Ya sudah nasib barangkali aku jadi tak membawa pakaian pengganti. Tiga jam kemudian aku telah sampai di gerbang desa tempat lokasi villa. Jalan menuju ke sana memang menyulitkan dan aku harus bertanya berulang kali. Desa ini memang agak terpencil tapi pemdanangannya indah. Hawa di sini terasa sejuk dan nyaman. Di depan gerbang desa terpasang spdanuk yang menerangkan sebuah universitas dari Jakarta tengah KKN. Mobil lalu kujalankan terus hingga sekitar satu kilometer jalan bercabang dua.

Menurut brosur lokasi villa setelah melewati balai desa. Jadi harus mencari jalan menuju balai desa. Tapi di percabangan itu tak ada petunjuk sama sekali. Hendak bertanya tak ada orang lewat. Sambil menunggu orang lewat mobil kutepikan dan aku beristirahat. Sudah satu setengah jam aku menunggu akhirnya dari spion mobil kulihat tiga orang perempuan dua diantaranya mengenakan jas almamaternya menuju ke arahku berjalan kaki. Mereka tampaknya peserta KKN. Aku lalu keluar mobil menunggu mereka tiba. Semenit kemudian mereka tiba. Wajah ketiganya bagiku cantik semua apalagi dibdaningkan cewek yang kukenal mereka lebih menarik. Kulit mereka kuning langsat kecuali yang tak mengenakan jas agak coklat. Tubuh merekapun proporsional dengan tinggi sekitar 160 cm berat seimbang. "Selamat sore, Mas mau kemana? Kok berhenti sendirian di sini. Tampaknya dari luar kota, ya?" Sapa si cewek tak berjas membuyarkan lamunanku tentang mereka. "Kayaknya baru lihat nih. Pasti bingung memilih jalan ini 'kan?" Si cewek berjas almamater berambut lurus sebahu menimpali. Sementara cewek berjas satunya yang mengenakan rok agak mini longgar hanya tersenyum. "Benar saya dari luar kota. Sebelumnya saya perkenalkan namaku Rama masih kuliah sih.

Kalau jalan ke balai desa yang mana ya?" Tanyaku sok akrab. "Oh maaf kami lupa kenalan dulu. Kalau nama saya Mirna, sedang yang ini Mbak Ratih. Nah yang pakai rok namanya Mbak Tantri. Jalan ke balai desa yang kanan. Yang kiri menuju ke lapangan desa di sana sedang ada hiburan hingga malam. Penduduk desa hampir semuanya sudah di sana. Mas mau ke rumah siapa?" Cewek bernama Mirna menerangkan. Tiba-tiba gerimis turun. Kupersilahkan ketiganya naik ke mobil walau agak berdesakan dengan perbekalanku. Setelah kujelaskan maksud kedatanganku mereka terutama Mirna agak terkejut. Tapi saat kudesak mengapa terkejut Mirna malah tersenyum manis. Kebetulan Mirna yang putri pak Kadus tempat Ratih dan Tantri ditugaskan hendak pulang ke rumahnya. Katanya jalannya searah tapi lebih jauh dari villa sekitar satujam berjalan kaki. Mereka bertiga baru saja jalan-jalan dari kota kecamatan. Delapan menit kemudian kami tiba di villa. Jarak dari rumah terdekat cukup jauh jadi villa ini tampak berdiri sendirian.

Saat mobil hendak kulajukan lagi menuju rumah Mirna, Tantri mengusulkan hendak membantu bersih-bersih. Akhirnya mobil kumasukkan ke halaman villa yang luas tanpa pagar. Kuparkir di bawah pohon mangga besar. Gerimis agak mereda. Villa dengan luas bangunan 200 m2 dan luas tanah 500 m2 yang tidak bertingkat ini dicat hijau muda. Sampah dedaunan berserakan sementara debu dan sarang laba-laba tampak dimana-mana. Lalu pintu depan aku buka tampak ruangan terdiri tiga kamar tidur ini sangat kotor. Setelah perbekalan diturunkan langsung saja kami berempat membersihkan villa ini. Untunglah pukul enam sore semuanya selesai. Lampu-lampu ruangan ternyata masih berfungsi.

Bahkan pompa air penyedot air sumur masih bisa berfungsi baik. Saat hendak mengantar mereka pulang pada pukul setengah tujuh malam hujan turun lagi dengan derasnya. Padahal jarak dari teras ke mobil sekitar sepuluh meter dan tidak ada payung. Akhirnya diputuskan menunggu hujan reda. Kami kecuali Tantri lalu mengobrol akrab, Dari obrolan aku tahu Ratih baru sebulan menikah, Mirna walau telah berusia 32 tahun belum menikah alasannya sebagai bungsu ia ingin membantu bapaknya yang menduda dan sudah tua. Tapi kuakui tubuhnya cukup terawat walau hidup di desa.

Sedangkan Tantri hanya diam. Dari tadi ia sibuk memasang korden di jendela depan. Tiba-tiba pintu depan yang tak kukunci terbuka disertai hembusan angin beserta air hujan. Tantri yang berdiri dekat pintu roknya terangkat ke atas tampak celana dalam merahnya terlihat olehku membuat nafsuku menaik. Paha dan betisnya begitu mulus menggoda. Air hujan yang datang beserta angin membuat ia basah kuyup. Dengan agak malu ia langsung berlari ke kamar mandi. Dari dalam kamar mandi Tantri minta dipinjami pakaian. Celakanya aku tak membawanya sampai hdanukpun tertinggal. Aku hanya berkaos oblong celana jeans dan cd saja beginipun masih kedinginan. Mirna berterus terang sudah terbiasa tak mengenakan jeroan alias cd dan bh. Jadi bila kemeja dan celanapanjangnya dipinjamkan berarti harus telanjang. Membayangkan itu membuat nafsuku tambah naik lagi. Ratih terlihat menuju ke depan pintu kamar mandi. Ia lalu melepaskan jaket almamater lalu mencopot celana jeansnya. Lalu diserahkanlah pada Tantri. Kini ia hanya berkaos oblong tanpa bh menutup badan sedangkan bawahannya celana pendek panty ketat.

Walau tidak telanjang baru kali ini kulihat langsung samar-samar payudara cukup besar dengan puting mencap di kaos Ratih. Aku tak tahu berapa ukurannya karena belum berpengalaman. Terlihat pula kakinya begitu mulus melangkah ke arahku dan Mirna. Bagiku melihat hal seperti ini sudah membuat kontolku mulai bangun. Apalagi hampir seminggu tak kuledakkan lewat onani. Ditambah suasana seperti ini membuat pikiranku semakin kacau saja. Saat Ratih duduk di sebelahku, Mirna berdiri katanya hendak membuatkan mi instan dan kopi panas. Ia menghampiri Tantri yang baru keluar dari kamar mandi memintanya agar membantu. Kulihat di HP waktu telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Sekuat hati kukerahkan agar kontolku kembali tidur. Tak enak didekat Ratih bila celanaku terlihat ada yang menonjol. Entar dikira tidak sopan atau bahkan ia malah marah. "Masih pengantin baru kok malah berpisah?" Tanyaku mengawali obrolan. "Memang kami pengantin baru tapi soal itu tuh sudah sering aku dan suamiku melakukannya sebelum menikah. Sebenarnya kami inginya fun aja namun saat sedang enak-enakan begituan eeh mamiku melihat. Jadi langsung deh kami dinikahkan." Tantri dengan manja menceritakan pengalamannya. Karena agak kedinginan ia menaikkan dan menekuk kakinya ditempelkan ke dada. Payudaranya tampak tertekan membuat aku salah tingkah. Kulihat ia tak memakai cd karena tak ada lekukan segitiga di pantynya. Kontolku mulai bangun lagi.

Untuk menutupi tonjolan maka kedua telapak tangan kutaruh di atasnya. "Ngomong-omong kamu pasti pernah ya? Masak lelaki segagah kamu kok perjaka. Seminggu di sini sebenarnya aku ingin itu. Tapi kegiatan padat dan hanya hari ini serta esok libur. Lagian nglakuin di sini sama siapa? Apa sama bapaknya Mirna. Bisa ko nanti. Hahahaha." Ratih bicaranya semakin panas saja. Lalu dengan sengaja tangan kirinya disusupkan hingga mengenai tepat di atas tonjolan kontolku. Enak rasanya. "Punyamu besar juga ya. Berapa cewek sudah dimangsa elangmu ini?" Celoteh Ratih sambil mengusap-usap tonjolan kontolku. "Jujur saja aku belum pernah kok. Aduh enak.." Saat tangan kananku hendak kumasukkan ke dalam panty Ratih, Mirna dan Tantri datang membawa mirebus dan kopi.

Akhirnya kutahan hasratku untuk mengisi perut dahulu. Karena capai kami berempat memutuskan untuk tidur di villa ini. Namun sebelumnya Ratih menelepon ketua kelompoknya mengabari tak bisa pulang. Ternyata semua penghuni dusunnya masih menonton hiburan dan tak bisa pulang karena hujan. Ratih, Mirna, dan Tantri tidur di kamar tengah sementara aku di ruang tengah sambil berjaga-jaga. Baru dua jam tertidur aku terbangun. Aku kebelet kencing. Agak ngantuk aku menuju kamarmandi. Saat pintu kubuka sedikit tercium aroma tinja menusuk hidung. Aku terkejut melihat pemdanangan indah campur menjijikkan di hadapanku. Silahkan baca cerita ngentot terbaru lainya di ceritadewasa17tahun.info Mbak Mirna tengah jongkok di atas closet jongkok tanpa tertutup selembar benangpun bagian perut ke bawah. Dengan wajah memerah Mbak Mirna justru terdiam kaku. Kulihat sambil menghirup aroma semerbak tampak jembut ikal hitam sangat lebat dibiarkan tumbuh subur mengelilingi liang senggamanya yang berwarna kemerahan.

Terlihat pula ia berusaha keras mengejan agar tinja kuning keras yang masih menggantung keluar dari anusnya. Karena terus mengejan maka currr air pipisnya keluar memancar deras mengenai celanaku. Liang tempiknya terus terbuka. Akhirnya tinja keras itu keluar juga seluruhnya. Mbak Mirna lalu berdiri menyiram closet lalu cebok. Aku yang dari tadi kebelet lalu berjalan kepojok lain kamar mandi lalu kencingku ku keluarkan. Kondisi kontolku sudah sangat tegak dan keras. Selesai itu aku hendak keluar namun Mbak Mirna mencegah. Kukira ia akan menamparku sehingga aku terus meminta maaf. "Sudahlah dik Rama, lupakan itu.

Tapi kemarikan burungnya langsung aja masukkan ke tempik Mbak." Mbak Mirna berusaha menenangkan aku. Mendengar ajakan gila itu aku justru kebingungan habis belum pernah sih. Kulihat Mbak Mirna membelakangiku kemudian membungkuk sambil pantatnya agak ditunggingkan. Badannya tetap mengenakan kemeja. Dua lubangnya nyaris tak terlihat tertutup rambut ikal lebat. Bau tempik campur tinja semakin menusuk hidungku. Tangan kanannya dijulurkan ke belakang hingga menggenggam erat kontolku. "Alamak begini to rasanya. Ehh.. Mbak jembutnya lebat banget aku cabuti lho!" Aku mulai menikmati kocokan lembut tangan Mbak Mirna. Iseng kucabut sehelai jembut saat ia terus menungging. Kuluruskan ternyata sekitar tujuh senti lebih.

Lalu kucabut lagi sehelai demi sehelai. Aku dari dulu bila melihat gambar wanita bugil berjembut lebat sangat terangsang dan gemas. Terutama gambar-gambar wanita Jepang yang terkenal sangat subur. Apalagi melihat langsung seperti ini. "Uhh dik Rama nakal. Tempik Mbak sakit kalau dicabuti terus bulunya. Namanya orang gunung ya pasti lebat donk. Sudah masukin aja kontolmu. Pelan dulu." Mbak Mirna mulai tidak tahan. Saat kuraba tempiknya agak basah dan klistorisnya membesar. Pelan-pelan kumasukkan kontolku dalam liang senggama Mirna. Pengalaman pertamaku merasakan senggama. Setelah masuk seluruhnya rasanya kontolku seperti ada yang menjepit. Lalu kumaju mundurkan pelan-pelan dan Mbak Mirna terus mendesah. Baru sekitar tigapuluh kali gerakan maju mundur pelan kontolku belum sempat kucabut sudah memuntahkan sperma dalam liang senggama Mbak Mirna. Mbak Mirna tenang-tenang saja. Rupanya walau belum menikah ia sudah sering bersenggama terutama waktu masih bekerja di Jakarta.

Tetapi sudah hampir setahun ia hanya bermasturbasi. Paling sering menggunakan botol kecap ukuran kecil. "Aduh maaf Mbak maniku kusemprot di dalam." Sesalku sambil memakai kembali celanaku. "Tidak apa-apa Mbak sudah pengalaman. Kalau cuma segini tak berpengaruh." Mbak mirna juga memakai kembali celananya. Terlihat beberapa helai jembutnya rontok. Ia lalu pamit hendak tidur lagi. Waktu menunjukkan tepat tengah malam. Dalam hati aku terasa mimpi telah bersenggama langsung dengan wanita. Akibat kelelahan aku tertidur lagi. Tiga jam kemudian terdengar HPku berbunyi. Aku terjaga.





»» Baca selengkapnya.....

Selingkuh Dengan Istri Tetangga



Selingkuh Dengan Istri Tetangga Yang Bohay, Setelah 10thn menjalani rmh tangga dan telah dikaruniai 2 ank, tentunya kadang timbul kejenuhan dalam rmh tangga, untunglah karna kehidupan kami yang terbuka, kami dapat mengatasi rasa jenuh itu, termasuk dalam urusan seks tentunya. awal dari segalanya adalah cerita dari istriku saat akan tidur, yang mengatakan bahwa evi tetangga depan rumah aq ternyata mempunyai suami yang impoten, aq agak terkejut tidak menyangka sama sekali, karna dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tdk mungkin, memang yg aku tau mereka telah berumah tangga sekitar 5 tahun tapi blm dikaruniai seorang anakpun, “bener pah, td evi cerita sendiri sm mama” kata istriku seolah menjawab keraguanku, “wah, kasian banget ya mah, jadi dia gak bisa mencapai kepuasan dong mah?” pancingku “iya” sahut istriku singkat pikiran aku kembali menerawang ke sosok yg diceritakan istriku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi , aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang tentunya di dpn rumahku jg, kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite, sehingga tidak ada pagar disetiap rumah, dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga, aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an, tinggi dan berisi, kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus karena hanya mengenakan celana pendek, pinggulnya yg besar sungguh kontras dengan pinggangnya yang ramping, dan yang sering bikin aku pusing adalah dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buah dadanya yg keliatannya begitu padat bergotang mengikuti gerakan tubuhnya. Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat, ya lebat sekali, aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya, tapi jujur aja aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam, kontras dengan tonjoilan buah dadanya yg sangat putih mulus

Setelah 10thn menjalani rmh tangga dan telah dikaruniai 2 ank, tentunya kadang timbul kejenuhan dalam rmh tangga, untunglah karna kehidupan kami yang terbuka, kami dapat mengatasi rasa jenuh itu, termasuk dalam urusan seks tentunya.

awal dari segalanya adalah cerita dari istriku saat akan tidur, yang mengatakan bahwa evi tetangga depan rumah aq ternyata mempunyai suami yang impoten, aq agak terkejut tidak menyangka sama sekali, karna dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tdk mungkin, memang yg aku tau mereka telah berumah tangga sekitar 5 tahun tapi blm dikaruniai seorang anakpun,

“bener pah, td evi cerita sendiri sm mama” kata istriku seolah menjawab keraguanku,
“wah, kasian banget ya mah, jadi dia gak bisa mencapai kepuasan dong mah?” pancingku
“iya” sahut istriku singkat

pikiran aku kembali menerawang ke sosok yg diceritakan istriku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi, aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang tentunya di dpn rumahku jg, kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite, sehingga tidak ada pagar disetiap rumah, dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga, aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an, tinggi dan berisi, kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus karena hanya mengenakan celana pendek, pinggulnya yg besar sungguh kontras dengan pinggangnya yang ramping, dan yang sering bikin aku pusing adalah dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buah dadanya yg keliatannya begitu padat bergotang mengikuti gerakan tubuhnya.

Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat, ya lebat sekali, aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya, tapi jujur aja aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam, kontras dengan tonjoilan buah dadanya yg sangat putih mulus. tapi ya aku hanya bisa memandang saja karna bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah teman aku. namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat aku menghayal gak karuan, dan entah ide dari mana, aku langsung bicara ke istriku yang keliatannya sudah mulai pulas.
“mah” panggilku pelan
“hem” istriku hanya menggunam saja
“gimana kalau kita kerjain evi”
“hah?” istriku terkejut dan membuka matanya
“maksud papa?”
Aku agak ragu juga menyampaikannya, tapi karna udah terlanjur juga akhirnya aku ungkapkan juga ke istriku,
“ya, kita kerjain evi, sampai dia gak tahan menahan nafsunya”
“buat apa? dan gimana caranya?” uber istriku
lalu aku uraikan cara2 memancing birahi evi, bisa dengan seolah2 gak sengaja melihat, nbaik melihat senjata aku atau saat kamu ml, istriku agak terkejut juga
apalagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh evi, dia marah dan tersinggung
“papa sudah gila ya, mentang2 mama sudah gak menarik lagi!” ambek istriku
tapi untunglah setelah aku beri penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksud memaksa mengiyakan rencanaku, istriku mulai melunak dan akhirnya kata2 yang aku tunggu dari mulutnya terucap.
“oke deh pah, kayanya sih seru juga, tapi inget jangan sampai kecantol, dan jangan ngurangin jatah mama” ancam istriku.
aku seneng banget dengernya, aku langsung cium kening istriku. “so pasti dong mah, lagian selama ini kan mama sendiri yang gak mau tiap hari” sahutku.
“kan lumayan buat ngisi hari kosong saat mama gak mau main” kataku bercanda
istriku hanya terdiam cemberut manja.. mungkin juga membenarkan libidoku yang terlalu tinggi dan libidonya yang cenderung rendah.

keesokan paginya, kebetulan hari Sabtu , hari libur kerja, setelah kompromi dgn istriku, kami menjalankan rencana satu, pukul 5.30 pagi istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan evi, aku mengintip mereka dari jendela atas rumah aku dengan deg2an, setelah aku melihat mereka ngobrol serius, aku mulai menjalankan aksiku, aku yakin istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak sanggup melayani, dan sesuai skenario aku harus berjalan di jendela sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang, dan tidak sulit buatku karena sedari tadi melihat evi berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku, aku buka celana pendekku hingga telanjang, senjataku berdiri menunjuk langit2, lalu aku berjalan melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah2 mau mandi, aku yakin mereka melihat dengan jelas karena suasana pagi yang blm begitu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang. tapi untuk memastikannya aku balik kembali berpura2 ada yang tertinggal dan lewat sekali lagi,
sesampai dikamar mandiku, aku segera menyiram kepalaku yang panas akibat birahiku yang naik, hemm segarnya, ternyata siraman air dingin dapat menetralkan otakku yg panas.

Setelah mandi aku duduk diteras berteman secangkir kopi dan koran, aku melihat mereka berdua masih mengobrol. Aku mengangguk ke evi yg kebetulan melihat aku sbg pertanda menyapa, aku melihat roma merah diwajahnya, entah apa yg dibicarakan istriku saat itu.
Masih dengan peluh bercucuran istriku yg masih keliatan seksi jg memberikan jari jempolnya ke aku yang sedang asik baca koran, pasti pertanda bagus pikirku, aku segera menyusul istriku dan menanyakannya
“gimana mah?” kejarku
istriku cuma mesem aja,
” kok jadi papa yg nafsu sih” candanya
aku setengah malu juga, akhirnya istriku cerita juga, katanya wajah evi keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan, apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela, roman mukanya berubah.
“sepertinya evi sangat bernafsu pah” kata istriku.
“malah dia bilang mama beruntung punya suami kaya papa, tidak seperti dia yang cuma dipuaskan oleh jari2 suaminya aja”
“oh” aku cuma mengangguk setelah tahu begitu,
“trus, selanjutnya gimana mah? ” pancing aku
“yah terserah papa aja, kan papa yg punya rencana”
aku terdiam dengan seribu khayalan indah,
“ok deh, kita mikir dulu ya mah”

aku kembali melanjutkan membaca koran yg sempat tertunda, baru saja duduk aku melihat suami evi berangkat kerja dengan mobilnya dan sempat menyapaku
“pak, lagi santai nih, yuk berangkat pak” sapanya akrab
aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan.
“pucuk dicinta ulam tiba” pikirku, ini adalah kesempatan besar, evi di rumah sendiri, tapi gimana caranya? aku memutar otak, konsentrasiku tidak pada koran tapi mencari cara untuk memancing gairah evi dan menyetubuhinya, tapi gimana? gimana? gimana?

sedang asiknya mikir, tau2 orang yang aku khayalin ada di dpn mataku,
“wah, lagi nyantai nih pak, mbak yeni ada pak?” sapanya sambil menyebut nama istriku
“eh mbak evi, ada di dalam mbak, masuk aja” jawabku setengah gugup
evi melangkah memasuki rumahku, aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.

aku kembali hanyut dengan pikiranku, tapi keberadaan evi di rumahku jelas membuat aku segera beranjak dari teras dan masuk ke rumah juga, aku ingin melihat mereka, ternyata mereka sedang asik ngobrol di ruang tamu, obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk,
“hayo, pagi2 sudah ngegosip! pasti lagi ngobrolin yg seru2 nih” candaku
mereka berdua hanya tersenyum.
aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langit2 kamar, dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya terbuka, tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar posisinya lebih terang dari diruang tamu, tentunya mereka bisa melihat aku, meskipun aku tidak bisa melihat mereka mengobrol?
reflek aku bangkit dari tempat tidur dan menggeser sofa kesudut yg aku perkirakan mereka dapat melihat, lalu aku lepas celana pendekku dan mulai mengocok senjataku, ehmm sungguh nikmat, aku bayangkan evi sedang melihatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku.
tapi tiba2 saja pintu kamarku terbuka, istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar.
“pa, apa2an sih pagi2 udah ngocok, dari ruang tamu kan kelihatan” semprot istriku
“hah?, masa iya? tanyaku pura2 bego.
“evi sampai malu dan pulang tuh” cerocosnya lagi, aku hanya terdiam,
mendengar evi pulang mendadak gairahku jadi drop, aku kenakan kembali celanaku.

sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya, sampai istriku pergi mau arisan aku cuma rebahan di kamar memikirkan cara untuk menikmati tubuh evi,
” pasti lagi mikirin evi nih, bengong terus, awas ya bertindak sendiri tanpa mama” ancam istriku “mama mau arisan dulu sebentar”
aku cuma mengangguk aja,
5 menit setelah istriku pergi, aku terbangun karna di dpn rumah terdengar suara gaduh, aku keluar dan melihat anakku yg laki bersama teman2nya ada di teras rumah evi dengan wajah ketakutan, aku segera menghampirinya, dan ternyata bola yang dimainkan anakku dan teman2nya mengenai lampu taman rumah evi hingga pecah, aku segera minta maaf ke evi dan berjanji akan menggantinya,
anakku dan teman2nya kusuruh bermain di lapangan yg agak jauh dari rumah,
“mbak evi, aku pamit dulu ya, mau beli lampu buat gantiin” pamitku
“eh gak usah pak, biar aja, namanya juga anak2, lagian aku ada lampu bekasnya yg dari developer di gudang, kalau gak keberatan nanti tolong dipasang yang bekasnya aja”
aku lihat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer, tapi otakku jd panas melihat cara bicaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendiri.
“kalau gitu mbak tolong ambil lampunya, nanti aku pasang” kataku
“wah aku gak sampe pak, tolong diambilin didalam” senyumnya.
kesempatan datang tanpa direncanakan, aku mengangguk mengikuti langkahnya, lalu evi menunjukan gudang diatas kamar mandinya, ternyata dia memanfaatkan ruang kosong diatas kamar mandinya untuk gudang.
“wah tinggi mbak, aku gak sampe, mbak ada tangga?” tanyaku
“gak ada pak, kalau pake bangku sampe gak” tanyanya
“coba aja” kataku
evi berjalan ke dapur mengambil bangku, lambaian pinggulnya yang bulat seolah memanggilku untuk segera menikmatinya, meskipun tertutup rapat, namun aku bisa membayangkan kenikmatan di dalam dasternya.
lamunanku terputus setelah evi menaruh bangku tepat didepanku, aku segera naik, tapi ternyata tanganku masih tak sampai meraih handle pintu gudang,
“gak sampe mba” kataku
aku lihat evi agak kebingungan,
“dulu naruhnya gimana mbak? ” tanyaku
“dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga”
“kalau gitu aku pinjem tangga dulu ya mba sama tetangga”
aku segera keluar mencari pinjaman tangga, tapi aku sudah merencanakan hal gila, setelah dapat pinjaman tangga aluminium, aku ke rumah dulu, aku lepaskan celana dalamku, hingga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, aku kembali ke rumah evi dgn membawa tangga, akhirnya aku berhasil mengambil lampunya. dan langsung memasangnya, tapi ternyata dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebih besar, aku kembali ke dalam rumah dan mencari dudukan lampu yg lamanya, tp sudah aku acak2 semua tetapi tidak ketemu jg, aku turun dan memanggil evi, namun aku sama sekali tak melihatnya atau sahutannya saat kupanggil, “pasti ada dikamar: pikirku “wah bisa gagal rencanaku memancingnya jika evi dikamar terus”
aku segera menuju kamarnya, namun sebelum mengetuknya niat isengku timbul, aku coba mengintip dari lubang kunci dan ternyata….
aku dapat pemandangan bagus, aku lihat evi sedang telanjang bulat di atas tempat tidurnya, jari2nya meremas buah dadanya sendiri, sedangkan tangan yang satunya menggesek2 klitorisnya, aku gemetar menahan nafsu, senjataku langsung membesar dan mengeras, andai saja tangan aku yang meremas buah dadanya… sedang asik2nya mengkhayal tiba2 evi berabjak dari tempat tidurnya dan mengenakan pakaian kembali, mungkin dia inget ada tamu, aku segera lari dan pura2 mencari kegudang, senjataku yang masih tegang aku biarkan menonjol jelas di celana pendekku yang tanpa cd.
“loh, nyari apalgi pak?” aku lihat muka evi memerah, ia pasti melihat tonjolan besar di celanaku
“ini mbak, dudukannya lain dengan lampu yang pecah” aku turun dari tangga dan menunjukan kepadanya, aku pura2 tidak tahu keadaan celanaku, evi tampak sedikit resah saat bicara.
“jadi gimana ya pak? mesti beli baru dong” suara evi terdengar serak, mungkin ia menahan nafsu melihat senjataku dibalik celana pendekku, apalagi dia tadi sedang masturbasi.
aku pura2 berfikir, padahal dalam hati aku bersorak karena sudah 60% evi aku kuasai, tapi bener sih aku lagi mikir, tapi mikir gimana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menikmati tubuhnya yang begitu sempurna??
“kayanya dulu ada pak. coba aku yang cari” suara evi mengagetkan lamunanku, lalu ia menaiki tangga, dan sepertinya evi sengaja memancingku, aku dibawah jelas melihat paha gempalnya yang putih mulus tak bercela, dan ternyata evi sama sekali tidak mengenakan celana dalam, tapi sepertinya evi cuek aja, semakin lama diatas aku semakin tak tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda siap melaksanakan tugasnya,
setelah beberapa menit mencari dan tidak ada juga, evi turun dari tangga, tapi naas buat dia ( Atau malah sengaja : ia tergelincir dari anak tangga pertama, tidak tinggi tapi lumayan membuatbya hilang keseimbangan, aku reflek menangkap tubuhnya dan memeluknya dari belakang, hemmm sungguh nikmat sekali, meskipun masih terhalang celana dalam ku dan dasternya tapi senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat evi, dan aku yakin evi pun merasakan denyutan hangat dipantatnya, “makasih pak” evi tersipu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dgn ucapan makasihnya
“gak papa kok, tapi kok tadi seperti ada yg ngeganjel dipantatku ya”?” sepertinya evi mulai berani, akupun membalasnya dgn gurauan,
“oh itu pertanda senjata siap melaksanakan tugas”
“tugas apa nih?” evi semakin terpancing
aku pun sudah lupa janji dgn istriku yang ga boleh bertindak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dikuasai nafsu
“tugas ini mbak!” kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku
aku langsung melumat bibirnya dengan nafsu ternyata evipun dengan buas melumat bibirku juga, mungkin iapun menunggu keberanianku, ciuman kami panas membara, lidah kami saling melilit seperti ular, tangan evi langsung meremas senjataku, mungkin baru ini dia melihat senjata yang tegang sehingga evi begitu liar meremasnya, aku balas meremas buah dadanya yang negitu kenyal, meskipun dari luar ali bisa pastiin bahwa evi tidak mengenakn bra, putingnya langsung mencuat, aku pilin pelan putingnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus, cumbuan kami semakin panas bergelora
tapi tiba2
“sebentar mas!” evi berlari ke depan ternyata ia mengunci pintu depan, aku cuma melongo dipanggil dengan mas yang menunjukan keakraban
“sini mas!” ia memanggilku masuk kekamarnya
aku segera berlari kecil menuju kamarnya, evi langsung melepas dasternya, dia bugil tanpa sehelai benangpun di depan mataku. sungguh keindahan yang benar2 luar biasa, aku terpana sejenak melihat putih mulusnya badan evi. bulu kemaluannya yang lebat menghitam kontras dengan kulitnya yg bersih. lekuk pinggangnya sungguh indah.
tapi hanya sekejab saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan celana pendekku, senjataku yang dari tadi mengeras menunjuk keatas, tapi ternyata aku kalah buas dengan evi. dia langsung berjongkok di depanku yang masih berdiri dan melumat senjataku dengan rakusnya,
lidahnya yang lembut terasa hangat menggelitik penisku, mataku terpejam menikmati cumbuannya, sungguh benar2 liar, mungkin karna evi selama ini tidak pernah melihat senjata yang kaku dan keras, kadang ia mengocoknya dengan cepat, aliran kenikmatan menjalari seluruh tubuhku, aku segera menariknya keatas, lalu mencium bibirnya, nafasnya yang terasa wangi memompa semangatku untuk terus melumat bibirnya, aku dorong tubuhnya yang aduhai ke ranjangnya, aku mulai mengeluarkan jurusku, lidahku kini mejalari lehernya yang jenjang dan putih, tanganku aktif meremas2 buah dadanya lembut, putingnya yang masih kecil dan agak memerah aku pillin2, kini dari mataku hanya berjarak sekian cm ke bulu ketiaknya yang begitu lebat, aku hirup aromanya yang khas, sungguh wangi. lidahku mulai menjalar ke ketiak dan melingkari buah dadanya yang benar2 kenyal,
dan saat lidahku yang hangat melumat putingnya evi semakin mendesah tak karuan, rambutku habis dijambaknya, kepalaku terus ditekan ke buah dadanya. aku semakin semangat, tidak ada sejengkal tubuh evi yang luput dari sapuan lidahku, bahkan pinggul pantat dan pahanya juga, apalagi saat lidahku sampai di kemaluannya yang berbulu lebat, setelah bersusah payah meminggirkan bulunya yang lebat, lidahku sampai juga ke klitorisnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat klitnya dengan lembut, evi semakin hanyut, tangannya meremas sprey pertanda menahan nikmat yang aku berikan, lidahku kini masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku semakin asik dengan aroma kewanitaan evi yang begitu wangi dan menambah birahiku,
tapi sedang asik2nya aku mencumbu vaginanya, evi tiba2 bangun dan langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekali sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada diatas perutku, tangannya langsung menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku mulai menyeruak masuk kedalam kemaluannya yang basah, namun meskipun basah aku merasakan jepitan kemaluannya sangat ketat. mungkin karna selama ini hanya jari saja yang masuk kedalam vaginanya,
centi demi centi senjataku memasuki vaginanya berbarengan dengan pantat evi yang turun, sampai akhirnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vaginanya, sungguh pengalaman indah, aku merasakan nikmat yang luar biasa dengan ketatnya vaginanya meremas otot2 senjataku, evi terdiam sejenak menikmati penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapi tak lama, pantatnya yang bahenl dan mulus nulaik bergoyang, kadang ke depan ke belakang, kadang keatas ke bawah, peluh sudah bercucuran di tubuh kami, tanganku tidak tinggal diam memberikan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar, dan goyangan pinggul evi semakin lama semakin cepat dan tak beraturan, senjataku seperti diurut dengan lembut, aku mencoba menahan ejakulasiku sekuat mungkin, dan tak lama berselang, aku merasakan denyutan2 vagina evi di batang senjataku semakin menguat dan akhirnya evi berteriak keras melepas orgasmenya, giginya menancap keras dibahuku…
evi orgasme, aku merasakan hangat di batang senjataku, akhirnya tubuhnya yang sintal terlungkup diatas tubuhku, senjataku masih terbenam didalam kemaluannya,
aku biarkan dia sejenak menikmati sisa2 orgasmenya
setelah beberapa menit aku berbisik ditelinganya, “mba, langsung lanjut ya? aku tanggung nih”
evi tersenyum dan bangkit dari atas tubuhku, ia duduk dipinggir ranjang, “makasih ya mas, baru kali ini aku mengalami orgasme yang luar biasa” ia kembali melumat bibirku.aku yang masih terlentang menerima cumbuan evi yang semakin liar, benar2 liar, seluruh tubuhku dijilatin dengan rakusnya, bahkan lidahnya yang nakal menyedot dan menjilat putingku, sungguh nikmat, aliran daraku seperti mengalir dengan cepat, akhirnya aku ambil kendali, dengan gaya konvensional aku kemabli memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapi tetap masih ketat menjepit senjataku, pantatku bergerak turun naik, sambil lidahku mengisap buah dadanya bergantian, aku liat wajah evi yang cantik memerah pertanda birahinya kembali naik, aku atur tempo permainan, aku ingin sebisa mungkin memberikan kepuasan lebih kepadanya, entah sudah berapa gaya yang aku lakukan, dan entah sudah berapa kali evi orgasme, aku tdk menghitungnya, aku hanya inget terakhir aku oake gaya doggy yang benar2 luar biasa, pantatnya yang besar memberikan sensasi tersendiri saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk.
dan memang aku benar2 tak sanggup lagi menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkin, pantat evi yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku,
tapi aku masih ingat satu kesadaran “mbak diluar atau didalam?” tanyaku parau terbawa nafsu sambil terus memompa senjataku
evipun menjawab dengan serak akibat nafsunya ” Didalam aja mas, aku lagi gak subur”
dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detik setelah evi menjawab aku hentakan keras senjataku dalam vaginanya, seluruh tubuhku meregang kaku, aliran kenikmatan menuju penisku dan memeuntahkan laharnya dalam vagina evi, ada sekitar sepuluh kedutan nikmat aku tumpahkan kedalam vaginanya, sementara evi aku lihat menggigit sprey dihadapannya, mungkin iapun mengalami orgasme yg kesekian kalinya.






»» Baca selengkapnya.....

Seks Duda Keren

Cerita seks selingkuh duren duda keren - Selepas SMU, aku tinggal dengan salah satu keluarga dari ortu aku di ibu kota propinsi. Maksudnya untuk mempermudah mencari pekerjaan karena ortu aku gak sanggup membiayai sekolahku lebih tinggi lagi. Karena tidak punya keahlian apa-apa dan tanpa pengalaman kerja, maka aku ikut kursus komputer dulu supaya bisa bekerja di bagian IT. Kata orang, bagian ini banyak membutuhkan karyawan. Karena kegiatanku hanya mengikuti kursus maka aku mempunyai banyak waktu luang. Daripada bengong, pada waktu luang, aku mengantarkan balita anak keluarga dimana aku numpang untuk ikut semacam play group yang diselenggarakan oleh satu LSM agama.

Sekolahnya hanya 3 jam, makanya aku tungguin aja sampe selesai sekolahnya, daripada mondar mandir ngabisin bensin motor. Lagian disana banyak juga ibu-ibu yang nungguin anaknya sekolah. Sembari nunggu ya apa lagi yang bisa dikerjakan selain ngerumpi. Karena aku bukan ibu-ibu, sering aku males ikutan ngerumpi dengan para ibu-ibu itu, karena yang dirumpiin adalah gosip tentang artis, ato ngomongin ibu-ibu yang laen, yang kebetulan gak nganter. Bosen kan kalo aku mesti ikutan ngegosip kaya gitu. Aku seringnya diem aja dan dicuekin sama ibu-ibu yang laen.

Pagi itu, selagi makan bakso aku duduk didepan rumah sebelah sekolah itu. Kebetulan gak ada ibu-ibu yang ngerumpi didepan sekolah. Rumahnya besar juga, cuma sepi seakan gak ada penghuninya. Selagi makan bakso, keluarlah seorang bapak-bapak, wah ganteng juga, tinggi dan tegap badannya, atletislah pokoknya. Suka aku ngeliat si bapak ganteng itu. Dia membuka pintu pagernya dan menyapaku.

“Kok makannya disitu, kan deket tong sampah”.

“Gak apa kok pak”, jawabku sambil memberikan senyumku yang paling manis.

“Duduk diteras aja yuk, aku juga mo makan bakso kok”, dia pesen semangkok dan mempersilahkan aku masuk.

Aku ikutan masuk kerumahnya, mumpung lagi sepi, kalo enggak pasti aku akan digosipin ma ibu-ibu.

“Pak, gak enak nih, nanti saya jadi sumber gosip ibu-ibu”.

“Kan kita cuma duduk diluar aja, gak masuk ke rumah. Kalo ada ibu yang laen, nanti aku tawarin makan bakso juga deh biar gak digosipin. Aku Pramono”.

“Saya Dina pak”.

Sambil makan bakso kami ngobrol aja, sampe selesai makan bakso gak ada ibu-ibu yang menampakkan diri. Ngobrol ma si bapak menyenangkan sekali, mana orangnya ganteng, pinter cerita yang lucu-lucu sampe aku terpingkel-pingkel. Memang sih, guyonannya mengarah ke hal-hal yang berbau sex, tapi biasanya kan guyonin sex malah asik kan. Dia seorang pengusaha, keluarganya tinggal dikota laen karena isterinya harus meneruskan usaha ayahnya yang telah meninggal dunia. Jadi si bapak tinggal sendirian dirumah yang besar itu. Sebulan sekali dia pulang kerumah istrinya. Nyetor kali. ketika sekolah dah bubaran, aku pamit.

“Besok-besok kita ngobrol lagi ya pak, itu anak yang saya tungguin dah selesai sekolahnya”.

“Dah tinggal aja mangkok baksonya, aku yang bayar sekalian. Boleh dapet nomer hpnya gak Din”.

Aku memberikan nomer hpku, dan meninggalkan rumah itu.

“Makasih ya pak buat baksonya”.

Aku memboncengkan anak yang kujemput dan melambai ke si bapak yang nungguin aku dipintu pagernya. Sejak pertemuan itu beberapa kali aku ngobrol dengan si bapak karena kayaknya dia jadi nungguin aku pada hari aku nganter sekolah. Memang sekolahnya gak tiap hari. Cuma mesti kucing-kucingan sama ibu-ibu yang laen supaya gak digosipin, kalo rame ya aku cuma memandangin dia dari jauh aja, si bapak mengerti dengan kondisi itu. Pada pertemuan terakhir, si bapak bilang.

“Din, biar kita ngobrolnya lamaan, kamu kesininya jangan pas sekolah dong. Kan gak ada ibu-ibu yang liat kamu ngobrol dengan aku”.

“Liat aja ya pak, Dina belon bisa janji”.

“Nanti deh aku kontak kamu di hp”.

Besoknya ada sms dari si bapak yang minta aku dateng kerumahnya. Aku jawab gak ada motor karena dipake yang punya rumah. Dia jawab lagi, naik taksi aja, nanti dia yang bayar. Karena dia mendesakku terus, akhirnya aku iyakan ajakannya.

Aku pamit ma keluargaku mo ke rumah temen dan menuju ke rumah si bapak pake taksi. Dia dah nunggu didepan rumah. Dia membayar ongkos taksinya, lalu mengajakku masuk kerumahnya. Dia menutup pintu rumahnya.

“Kok sepi pak rumahnya, gak ada pembantu?”

“Pembantu kan gak tiap hari datengnya, 2 hari sekali, kerjanya cuma mbersihin rumah dan setrika pakean. Cuci pakean kan pake mesin cuci. Untuk makan aku siapin sendiri, seringnya kan aku makan diluar”.

“Ketika ngobrol ma Dina, Dina gak pernah liat tuh ada pembantu”.

“Dia kan kerja didalem, kita kan ngobrolnya diluar”.

“Hari ini bukan jadwalnya pembantu kerja ya pak”.

“Enggak, biar gak ganggu acara kita”, dia tersenyum.

“Mangnya kita mo bikin acara apa pak”.

“Gak ada apa-apa kok, cuma mo ngobrol bebas aja, Kamu tu seksi sekali deh Din”.

Wah mulai ngegombal ni bapak. Memang sih, aku kalo jemput tu anak suka pake blus dan jins yang ketat sehingga bentuk bodiku tercetak dengan jelas. Dari sononya, dadaku dihiasi dengan sepasang toket yang montok dan kenceng, pinggangku ramping dan pantatku membulat, sehingga kalo aku jalan, pantatku ngegeyol mengikuti irama langkahku. Pahaku juga langsing proporisonal lah dengan tinggi badanku yang rata-rata.

“Masak sih pak, rasanya Dina biasa-biasa aja deh”.

“Toket kamu besar ya Din, asik dong pacar kamu”.

“Dina gak punya pacar kok pak”.

“Di kota asalmu juga gak ada?”

“Ada, cuma pacaran jarak jauh kan gak sik pak”.

“Mangnya ngapain aja kalo pacaran”.

“Ya biasalah pak, kayak bapak gak pernah muda aja”.

“Ramah dong”.

“Maksudnya”, aku gak ngerti arah ucapannya.

“Rajin menjamah maksudnya”.

Aku senyum-senyum saja.

“Suka diremes-remes kan. Mana tahan cowok kamu liat toket montok gini”.

“Ihhh bapak, tau aja”.

“Kan kamu yang bilang kalo aku kan pernah muda juga. Mo nonton dvd gak Din, ada film seru neh”.

“Seru pa saru pak”, aku guyon.

“Seru dan saru, aku pasang ya”.

Ternyata yang dipasang adalah dvd bokep, prempuannya orang Asia, Thai kayanya, kecil, imut dan lelakinya bule.

“Ih pak, bule punya gede panjang gitu ya, apa muat tuh di ceweknya yang imut banget”.

“Ceweknya bukan imut, tapi bersebelahan ma bule tinggi besar ya jadi kliatan imut”.

Aku terangsang juga melihat adegan ngemut yang sedang dilakukan si cewek.

“Suka ngelakuin gini juga ma cowok kamu”.

Aku terdiam menikmati adegan demi adegan yang sangat merangsang. Dia rupanya tau kalo aku dah mulai terangsang, dia menggeser duduknya ke sebelahku di sofa.

“Dah napsu ya Din. Prempuan yang kumisan kaya kamu pasti napsunya besar”.

Memang diatas bibir mungilku ada kumis halus yang cukup jelas terlihat. Aku biarkan saja kumis halus itu sebab kalo dicukur khawatirnya jadi makin kasar. Mana lagi kumis gak merusak penampilanku kok, malah si bapak seneng kayanya ma kumisku.

“Bapak sok tau ah”.

“Tuh buktinya kamu, baru liat bokep sebentar aja, duduknya dah gak tenang, dah gatel ya Din”.

Aku dirangkulnya, pipiku diciumnya.

“Kamu cantik Din”, ketika aku menoleh kearahnya dia langsung saja menyamber bibirku dengan bibirnya.

Aku diciumnya dengan penuh napsu.

“Aku terangsang sekali deh Din liat bodi kamu seksi gini”.

“Pak….”, aku hanya melenguh saja karena kembali bibirku dikulumnya dengan penuh napsu.

Tangannya segera menyamber toketku, dielusnya pelan dari luar blusku. Aku jadi menggelinjang, melihat aku menggelinjang, dia mulai meremas pelan toketku sehingga aku makin menggelinjang. Pinter sekali dia merangsang napsuku.

“Dah lama gak ngelakuin ya Din”.

“Ngelakuin apa pak?”.

“Maen”.

“Maen apa pak?”, aku pura-pura gak ngerti arah pertanyaannya.

“Ngentot”, katanya to the point.

“Ya mo ngelakuin ma siapa pak, kan cowok Dina gak disini”.

“Ma aku aja ya”, kembali dia mengulum bibirku sembari meremas gemas kedua toketku bergantian.

Tangannya kemudian mulai mengelus-elus pahaku. Pahaku dikangkangkan dan elusannya mengarah keselangkanganku. Karena masih pake jins tebal, gosokan di selangkanganku gak terlalu terasa. Dvd bokep makin seru, si bule lagi ngegenjot kontol gede panjangnya di memek ceweknya. Aku sudah terangsang sekali karena tontonan dvd dan elusan tangan si bapak.

“Lepasin ya pakean kamu, biar kerasa elusanku”, dia tau rupanya kalo gesekan diselangkanganku gak terlalu terasa.

Tanpa menunggu jawabku, dia menarik blusku ke atas. Aku mengangkat kedua tanganku ke atas juga untuk mempermudah dia melepaskan blusku. Dia melotot melihat toketku yang tertutup bra yang kayanya gak muat menampung semuanya.

“Din, montok banget deh kamu”, katanya sembari melepas kaitan braku.

Terpampanglah toket montokku didepan matanya. Pentilku yang imut dielus-elusnya dengan telunjuknya.

“Sering diemut tapi masi imut ya Din pentil kamu”.

Aku makin menggelinjang karena elusan di pentil aku. Dia mendekatkan mukanya ke pentilku dan mulai menjilatinya, tangan satu langsung meremas toketku satunya.

“Aaaah pak..,” kembali aku melenguh karena ulahnya.

Pentilku langsung mengeras.

“Pentil kamu dah ngaceng tuh Din”, dia langsung mengemut pentilku dan disedot-sedotnya, sementara tangannya mulai mengelus-elus puserku yang terbuka karena jinsku yang model hipster.

“Pak, geli…”, lenguhku lagi.

“Geli apa napsu”.

“Dua-duanya pak”.

“Lepas juga ya jins kamu”.

Aku hanya menggangguk. Dia membuka ban pinggangku, kemudian kancing jins dibukanya, ritsluiting diturunkan, dan dia mulai menarik jinsku. Karena ngepas badan memang tidak mudah melepas jinsku. Aku mengangkat pantatku untuk mempermudah dia melepasnya. Ketika jinsku terlepas, dia melotot lagi melihat jembutku yang menyeruak dari samping kanan kiri dan bagian atas cd miniku yang tipis.

“Wah lebat banget jembut kamu Din, aku dah duga. Prempuan yang kumisan pasti jembutnya lebat, dan napsunya gede banget”. Kamu dah napsu ya Din”.

“Dari tadi pak, abis tangan bapak nakal sih”, jawabku manja.

Dia memelukku dan tangannya meluncur ke toketku. Jarinya kembali menelusuri toketku, dielus-elusnya dengan lembut. Aku terdiam, napasku makin memburu terengah. Pentilku dikilik-kiliknya dengan jarinya sehingga tambah mengeras.

“Paak”, lenguhku.

Dia langsung saja meremes-remes toketku dengan penuh napsu. Aku bersandar di dadanya yang bidang. Dia kembali menciumi leherku sementara kedua toketku terus saja diremes-remes, sehingga napsuku makin berkobar. Dia segera mengecup bibirku. Kubalas dengan ganas. Bibirku dikulumnya, lidahnya menjalar didalam mulutku sementara tanganku segera turun mencari kontolnya. Kuusap-usap, terasa sekali kontolnya sudah ngaceng berat, keras sekali. Segera ikat pinggangnya kubuka, celananya kubuka. Dia berdiri sehingga celana panjangnya meluncur ke lantai. Kontolnya yang besar itu nongol dari bagian atas CD nya yang mini, hampir menyentuh pusernya saking panjangnya. Kami segera bergelut. Dia terus meremas-remas toketku sementara aku mengocok kontolnya.

“Pak, keras banget, gede lagi”, kataku sambil jongkok didepannya, melepas cdnya dan menciumi kontolnya dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya.

“Aah Din, kamu pinter banget bikin aku nikmat”, erangnya.

“Aaaduuuuuhh…. Din….. enak banget emutanmu”.

Kontolnya kujilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep-isep. Kepalaku mengangguk-angguk mengeluar masukkan kontolnya di mulutku. Aku makin terangsang ketika mengemut kontol besarnya. Akhirnya dia gak tahan lagi. Bajunya dilepaskannya sehingga dia telanjang bulet, sedang aku masih memakai cd miniku yang tipis nerawang. Aku ditariknya ke kamarnya, sebelumnya dvd dimatikan karena sudah tidak kutonton sejak dia mulai meraba-raba tubuhku. Aku dibaringkannya diranjang. Sambil terus meremas-remas toketku tangan satunya mempermainkan jembutku yang lebat dari luar cdku.

“Pak, geli”, erangku.

“Geli apa nikmat Din”, tanyanya.

“Dua-duanya pak, Dina dientot dong pak, udah kepengin banget nih”, kataku to the point.

Tangannya menyusup ke punggungku sambil mengecup bibirku.

“Din kamu napsuin banget deh”, katanya sambil melepas cdku.

Aku mengangkat pantatku sehingga cdku dengan mudah meninggalkan tempatnya.

Dia langsung saja menindihku. Kontolnya diarahkan ke belahan nonokku yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan kontolnya sehingga kepala kontolnya mulai menerobos masuk nonokku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep-isep. Sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan-pelan sehinggga kepala kontolnya masuk nonokku makin dalam dan bless……

Kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku.

“Aah, kontol bapak nikmat banget deh”, erangku sambil mencengkeram punggungnya.

Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku.

“Pak, ssh, enak pak, terusin”, erangku.

Aku menggeliat-geliat ketika dia mulai mengeluarmasukkan kontolnya di nonokku. Aku mengejang-ngejangkan nonokku meremes-remes kontolnya yang sedang keluar masuk itu.

“Din nikmat banget empotan nonok kamu”, erangnya.

“Kencang sekali empotannya, mana peret lagi”.

“Terang saja peret pak, Dina baru sekali ini ngerasain kontol sebesar bapak punya keluar masuk nonok Dina”.

“Mangnya kontol cowok kamu kecil ya Din”.

“Ketika itu si rasanya gede pak, tapi dah ngerasain kontol bapak, kayanya kecil banget deh kontol cowok Dina”.

Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu-gebu bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku. Setiap kali dia menancapkan kontolnya dalam-dalam aku melenguh keenakan. Terasa banget kontolnya menyesaki seluruh nonokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin bernapsu mengenjotkan kontolnya. Gak bisa cepet-cepet karena kakiku masih melingkar dipinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di nonokku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan kukangkangkan lebar-lebar.

Posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin kera.

“Pak, Dina mau nyampe”.

“Kita bareng ya Din”, katanya sambil mempercepat enjotannya.

“Pak, gak tahan lagi pak, Dina nyampe pak, aakh”, jeritku saking nikmatnya.

Kakiku kembali kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontolnya nancep dalam sekali di nonokku. Nonokku otomatis mengejang-ngejang ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga.

“Akh Din, aku ngecret Din, akh”, dia mengerang sambil mengecretkan pejunya beberapa kali di nonokku.

Dengan nafas yang terengah-engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kontolnya masih tetep nancep di nonokku. Aku menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos-ngosan, dia mencabut kontolnya dari nonokku. Kontolnya berlumuran lendir nonokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku.

“Din, akhirnya aku kesampean juga ngentotin kamu. Sejak pertama ngeliat kamu aku dah napsu banget ma kamu. Kamu nikmat banget deh kalo dientot. Kamu yang paling nikmat dari semua perempuan muda yang pernah aku entot”, katanya sambil mengelus-elus pipiku.

“Mandi yuk” ajaknya.

“Kan dah kringeten”, ketika melihat ekspresiku yang menanyakan apa gunanya mandi.

Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap-usap pahaku.

“Kamu cantik sekali, Din”, rayunya.

Tangannya pindah ke bukit nonokku mempermainkan jembutku yang lebat. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku.

“Geli pak”, kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku.

Aku menggeliat-geliat jadinya. Segera tangannya meremes-remes toketku.

“Toket kamu besar ya Din, kenceng lagi”, katanya.

“Bapak suka kan”, jawabku.

“Ya Din, aku suka sekali setiap inci dari tubuhmu”, jawabnya sambil terus meremes-remes toketku.

Dia kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, dan kembali keranjang.

Kontolnya yang belum aku apa-apain sudah ngaceng berat.

“Pak, napsu bapak besar sekali, baru saja ngecret di nonok Dina bapak sudah ngaceng lagi”, kataku sambil mengocok kontolnya.

“Abis kamu napsuin sekali Din, gak puas aku cuma sekali ngentotin kamu”.

Aku menjatuhkan dirinya dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku. Toketku diremes-remesnya, aku terengah, napsuku berkobar lagi. Pentilku diemutnya. Tangan satunya menjalar kebawah menerobos lebatnya jembutku dan mengilik-ilik itilku.

“Aakh pak, pinter banget ngerangsang Dina”, erangku.

Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di itilku makin terasa. Kilikan di itilku membuat aku kembali liar. Tanganku mencari kontolnya, kuremes dan kepalanya kukocok-kocok. Aku bangkit dari pelukannya, kontolnya yang tegak berdiri dengan kerasnya. Kontolnya kujilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan kuemut-emut. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai menjilati nonokku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan-pelan, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku melepaskan emutanku di kontolnya dan mengerang hebat.

“Pak aakh”. pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku.

“Terus pak aakh”, erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan.

Nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya.

“Pak, Dina nyampe pak, aakh”, erangku.

“Pak nikmat banget deh, belum dientot udah nikmat begini”.

Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku. Dia mengambil soft drink dari lemari es dan diberikannya kepadaku. Aku minum sedikit untuk meredakan napasku yang ngos-ngosan. Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kontolnya ke nonokku dan didorongnya masuk pelan-pelan.

“Pak, enak, dimasukin semuanya pak, teken lagi pak, akh”, erangku merasakan nikmatnya kontolnya nancep lagi di nonokku.

Dia mengenjotkan keluar masuk, ketika kontolnya sudah nancep kira-kira separonya, dia menggentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semuanya di nonokku.

“Pak, aakh”, erangku penuh nikmat.

Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya.

“Pak, Dina nyampe pak, ooh”, aku mengejang-ngejang saking nikmatnya.

Nonokku otomatis ikut mengejang-ngejang. Dia meringis-ringis keenakan karena kontolnya diremes-remes nonokku dengan keras, tapi dia masih perkasa. Kemudian dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging. Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Mulutnya terus merambat ke selangkanganku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari nonokku ke arah pantatku. Kedua jarinya membuka bibir nonokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalem nonokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kontolnya.

Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kontol besarnya kembali nancep di nonokku.

“Pak”, erangku ketika akhirnya kontolnya ambles semuanya di nonokku.

Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula-mula pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah-desah saking enaknya. Toketku diremes-remesnya dari belakang, tapi enjotan kontolnya jalan terus.

Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi. Aku diajaknya keluar kamar dan dia duduk di sofa di kamar tamu dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. Kontolnya sudah nancep semuanya lagi di nonokku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku. Tangannya gak bosen-bosennya ngeremes toketku. Pentilku yang sudah keras itu diplintir-plintirnya. Gerakanku makin liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kontolnya nancep dalem banget.

“Pak, Dina dah mau nyampe lagi pak, aduh pak, enak banget”, erangku.

Tau aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kontolnya yang masih perkasa lepas dari nonokku.

“Kok brenti pak”, tanyaku protes.

Aku diselonjorkan lagi disofa, pantatku ada dipinggiran sofa. Dia berlutut di depanku sambil memegang dan mengangkangkan pahaku lebar-lebar, kembali ditancepkannya kontolnya kedalam nonokku. Dengan sekali enjot, kontolnya sudah ambles semuanya. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Nonokku mulai berkontraksi, mengejan, meremes-remes kontolnya, tandanya aku dah hampir nyampe. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya, da…

“Pak, Dina nyampe lagi pak, akh”, jeritku.

Dia pun merasakan remesan nonokku karena nyampe. Enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya…

“Din…” dia berteriak menyebut namaku dan terasa pejunya ngecret dengan derasnya di nonokku.

“Pak, nikmat banget ya”, tanyaku.

Dia mencabut kontolnya dan langsung menarikku menuju ke kamar. Di ranjang kami terkapar bersebelahan. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemes dan nikmat.

Ketika terbangun hari dah sore.

“Din, kamu bilang ke orang rumah kalo kamu nginep dirumah temen. Jadi kita bisa asik sampe besok. Mau ya”.

Aku menggangguk dan nelpon ke rumah dengan hpku memberitahu kalo malem ini aku nginep dirumah temen. Kami mandi bersama kembali, kali ini bener-bener mandi karena perut dah terasa laper. Selesai mandi, kami Aerpakean. Aku terpaksa memakai pakeanku yang tadi lagi.

“Nanti kita beli baju ganti buat kamu ya Din, bilang aja minjem ma temen kamu kalo besok ditanya”.

Aku diajaknya ke mal, dia membelikan aku pakean untuk ganti yang aku pake dari tadi pagi, dalemannya juga dibelikan. Pakean dan daleman baru langsung kupake setelah dibayar. Gak enak pake pakean dan daleman yang dari tadi pagi udah aku pake. Pakean dan daleman kotorku dimasukkan aja ke tas pakean.

“Makasi ya pak, bapak baek banget sih”.

“Kan kamu juga dah kasi aku nikmat, kita kudu berbagilah. Makan yuk”.

Dia mengajakku ke satu resto, aku ikut aja, dia yang pesan makanan dan minuman. Santai sekali malem ini, kami makan dengan santai sembari guyon-guyon ngomongin aktivitas yang baru kita lakuin tadi dirumahnya.

“Bapak kuat banget sih maennya. Kalo maen ma abege pada lemes ya pak. Dina lemes banget deh”.

“Tapi nikmat kan”.

“Banget”.

“Mau lagi kan”.

“Ya maulah pak”.

Selesai makan kami langsung pulang lagi ke rumahnya.

Di kamar, dia berbaring diranjang dan aku duduk disebelahnya. Pakaian luar sudah kulepas sehingga aku tinggal berbikini ria, daleman yang aku beli tadi model bikini.

“Din, aku napsu sekali liat badan kamu”, katanya terus terang.

Langsung kulirik daerah kontolnya dari balik celananya, kelihatannya sudah mulai ngaceng karena kelihatan ngegelembung. Dia mengelus-elus punggungku, terus tangannya pindah mengelus pahaku, merayap keatas dan menggosok nonokku dari luar CD bikiniku. Aku mengangkangkan pahaku sehingga jarinya menggosok-gosok belahan nonokku, tetap dari luar cd.

“Ssh pak”, erangku.

“Din, kau maukan ngentot lagi dengan aku”, tanyanya sambil tersenyum, jarinya terus saja mengelus belahan nonokku dari luar.

“Mau banget pak, belum pernah Dina merasa senikmat ini dientot”.

Dia mulai menjilati pahaku, jilatannya perlahan menjalar ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei ketika kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir cd bikiniku yang disingkirkan dengan jarinya lalu menyentuh bibir nonokku. Bukan hanya bibir nonokku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang nonokku, rasanya wuiihh.. gak karuan, geli-geli enak. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya napsuku. Sesaat kemudian, dia menarik lepas ikatan cd bikiniku. Dia mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke toketku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra bikiniku kemudian meremas toketku dengan gemasnya.

“Din, toket kamu besar dan keras. Jembut kamu lebat sekali, pantas napsu kamu besar” katanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.

Aku hanya terdiam dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Dia makin getol, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus nonokku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra bikiniku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas toketku dengan pentil yang sudah mengeras. Aku merasakan kontol keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Dia sangat bernafsu melihat toketku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin pentilnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leherku, terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai kecupan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada toketku mengencang atau jarinya mengebor nonokku lebih dalam. Kecupannya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas. Dia bergerak lebih cepat dan melumat bibirku. Mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya.

Setelah puas berciuman, dia melepaskan dekapannya dan melepas seluruh pakaiannya. Maka menyembullah kontolnya yang sudah ngaceng dari tadi. Aku masih takjub pada kontol yang begitu besar dan berurat. Terbayang besarnya kenikmatan yang akan aku dapatkan kembali kalo kontol extra besar itu keluar masuk di nonokku. Akupun pelan-pelan meraih kontolnya, tanganku tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.

“Ayo Din, emutin kontolku” katanya.

Kubimbing kontol dalam genggamanku ke mulutku, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain mengemut tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati biji pelirnya.

“Uaahh.. ennakk banget, kamu udah pengalaman yah” ceracaunya menikmati emutanku, sementara tangannya yang bercokol di toketku sedang asyik memelintir dan memencet pentilku.

Tangan kanannya tetap saja mempermainkan nonok dan itilku. Aku menggelinjang gak karuan, tapi kontolnya tetap saja aku emut. Aku hanya bisa melenguh tidak jelas karena mulutku penuh dengan kontolnya yang besar.

“Din, kita mulai aja ya. Aku udah gak tahan nih pengen menikmati lagi nonok kamu”, katanya.

Dia menelentangkanku, ikatan braku dilepasnya dengan sekali tarikan. Dia mengambil posisi ditengah kangkanganku, kontolnya yang besar dan keras diarahkannya ke nonokku yang sudah makin basah. Aku menggeliat-geliat ketika kurasakan betapa besarnya kontol yang menerobos masuk nonokku pelan-pelan. Nonokku berkontraksi kemasukan kontol gede itu.

“Din, nonok kamu peret banget”, katanya sambil terus menekan masuk kontolnya pelan-pelan.

“Abis kontol bapak besar sekali. Nonok Dina belum pernah kemasukan yang sebesar kontol bapak, masukin terus pak, nikmaat banget deh rasanya”, jawabku sambil terus menggeliat.

Setengah kontolnya telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh kontolnya telah ada di dalam nonokku. Aku hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja karena sedang mengalami kenikmatan tiada tara. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan pelan, makin lama makin cepat karena enjotannya makin lancar. Terasa nonokku mengencang meremas kontolnya yang nikmat banget itu. Tangannya mulai bergerilya ke arah toketku. Toketku diremas perlahan, seirama dengan enjotan kontolnya di nonokku. Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, pinggulku mengikuti goyangan pinggulnya. Kontolnya terus saja dikeluar masukkan mengisi seluruh relung nonokku. Sambil mengenjotkan kontolnya, dia mengemut pentilku yang keras dengan lembut. Dimainkannya pentil kanan dengan lidahnya, namun seluruh permukaan bibirnya membentuk huruf O dan melekat di toketku. Ini semua membuat aku mendesah lepas, tak tertahan lagi. Dia mulai mempercepat enjotannya. Aku makin sering menegang, dan merintih,

“Ah… ah…”

Dalam enjotannya yang begitu cepat dan intens, aku menjambak rambutnya,

“Aaahhh pak, Dina nyampee,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulutku.

Aku udah nyampe. Tanganku yang menjambak rambutnya itu pun terkulai lemas di pundaknya.

Dia makin intens mengenjotkan kontolnya. Bibirku yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun dilumatnya, dan aku membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kanannya tetap berada ditoketku, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan pentilku. Terasa nonokku mencengkeram kontol gedenya.

“Uhhh,” dia mengejang.

Satu pelukan erat, dan sentakan keras, kontolnya menghujam keras ke dalam nonokku, mengiringi muncratnya pejunya. Tepat saat itu juga aku memeluknya erat sekali, mengejang, dan menjerit,

“Aahhh”.

Kemudian pelukanku melemas. Aku nyampe untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ngecretnya pejunya.

Setelah dengusan napas mereda, dia mencabut kontolnya dari nonokku dan terkapar disebelahku.

“Pak, kontol bapak lemes aja udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget. Bener kata temen Dina, makin gede kontol yang masuk, makin nikmat rasanya”, kataku.

“Memangnya kontol cowok kamu kecil ya Din”, tanyanya.

“Ya kecil lah kalo dibandingkan dengan kontol bapak, ukurannya extra larga ya pak”.

“Iya Din, aku sering ngentot dengan perempuan lain, tapi dengan kamu yang paling nikmat. Nonok kamu kenceng sekali njepit kontolku dan empotannya luar biasa”, katanya memuji.

Aku cuma tersenyum,

“Mo lagi ya pak”.

“Iyalah, aku sih gak bakalan puas deh ngentotin kamu Din”.

Dia langsung mulai lagi, luar biasa staminanya, kontolnya dah mulai ngaceng lagi. Tangannya mulai meremas-remas pantatku. Kemudian, dia mengangkat satu kakiku dan menahannya selagi tangan satunya meraih nonokku.

“Ohh.. pak,” rintihku.

Kurasakan napsuku mulai naik. Jarinya dengan lincah menggosok-gosok lupak nonokku yang mulai basah. Nafasku juga mulai cepat dan berat. Ia membuka cdku dan membuka lebar-lebar pahaku sehingga nonokku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya. Dengan sigap tangannya kembali meraih nonokku dan meremasnya. Dia menjilati telingaku ketika tangannya mulai bermain diitilku. Napsuku sudah tak tertahankan lagi. Aku mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku. Dia terus menekan-nekan itilku dari atas ke bawah. aku meracau tak karuan.

“Ahh.. Shh.. pak” desahku bernafsu.

Jarinya dengan lihai menggosok-gosok dan menekan itilku dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku nyampe.

“Pak, nikmat banget, belum dientot saja sudah nikmat,” desahku, tanganku meremas tangannya yang sedang bermain di itilku dengan bernafsu.

Di luar perkiraanku, dia malah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Dia merentangkan kedua pahaku.

Kurasakan jilatan lidah di bibir nonokku, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke itilku, kurasakan gigitan lembut di itilku yang kian merangsang napsuku. Aku melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh dia untuk terus dan tak berhenti. Melihat reaksiku, dia terus menggesekan jarinya di liang nonokku yang sudah membanjir. Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya tak lama kemudian. Nonokku mengeluarkan cairan deras bening, aku nyampe untuk kedua kalinya.

“Pak, ooh”, lenguhku.

Dia meremas toketku dengan sangat keras. Aku melenguh sakit, kemudian pentilku yang menjadi sasaran berikutnya, dipilin dan dicubitnya pelan. Napsuku kembali berkobar, nonokku kembali membasah,

“Pak, entotin Dina sekarang, Dina udah napsu banget pak”, erangku.

Kontol besarnya sudah ngaceng berat mengangguk-angguk.

Dia menggesekkan kepala kontolnya ke bibir nonokku yang sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidahnya di nonokku sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihan keras kenikmatan.

“Ahh! pak.. Ohh.. entotin Dina” racauku.

Dengan perlahan ia memasukkan kepala kontol ke dalam nonokku, segera dia menyodok-nyodok kontolnya dengan kuat dan keras di nonokku. Rasanya nikmat sekali. Dia mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya nonokku. Kontolnya yang panjang dan besar terasa menyodok bagian terdalam nonokku hingga membuatku nyampe lagi.

“Pak, Dina nyampe pak, aakh nikmatnya”, erangku.

Kemudian dia membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan kontolnya ke dalam nonokku dari belakang. Posisi doggie ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding nonokku yang masih sensitif.

“Oh Din.. nonokmu bagaikan sorga, “

Akhirnya setelah menggenjotku selama setengah jam, dia ngecret didalam nonokku. Pejunya terasa dengan kuat menyemprot dinding nonokku. Dia melenguh nikmat dan badannya mengejang-ngejang. Tangannya dengan kuat meremas toketku dan menarik-narik pentilku. Setelah reda, dia berbaring di sebelahku dan menjilati pentilku. Pentilku disedot-sedot dan digerogotinya dengan gemas. Tampaknya dia ingin membuatku nyampe lagi. Tangannya kembali menjelajahi nonokku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam nonokku. Dia menekan-nekan dinding nonokku. Ketika sampai pada suatu titik, badanku mengejang nikmat dan dia tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus.

Wow! Rasanya ajaib sekali! Nikmatnya tak tertahankan. G-Spot ku. Aku tidak bertahan lama dan akhirnya nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Badanku mengejang dan nonokku kembali berlendir.

“Pak nikmat banget deh malem ini”, kataku.

Pinter banget dia merangsang aku dan membuat aku nyampe, baik pake kontolnya maupun pake jarinya. Segera akupun tertidur kelelahan.

Ketika aku terbangun hari udah siang, dia masih saja mendengkur disampingku. Aku bangun ke kamar mandi untuk kencing, cuci muka dan sikat gigi. Ketika kembali ke ranjang dia masih saja mendengkur. Aku ngintip dibalik korden kamar, matahari udah tinggi juga. Aku melihat jam tanganku, udah jam 8 lewat. Korden kusibakkan, dia terpakun karena silau, matanya dipicingkan untuk mengurangi silaunya sinar yang masuk kamar. Kulihat kontolnya sudah tegak lagi seperti tiang bendera. Dia ke kamar mandi, terdengar kloset berbunyi, rupanya dia kencing. Gak lama lagi terdengar dia menyikat gigi. Ketika dia kembali ke kamar, aku udah berbaring di ranjang lagi menantikan serangan pagi. Aku melihat kontol besarnya masih aja ngaceng dengan kerasnya walaupun dia udah kencing. Dia duduk disampingku dan mencium bibirku.

“Pagi Din, kita main lagi yo”, ajaknya.

Kembali dia menciumku, aku menyambut ciumannya dengan napsu juga, bukan cuma bibir yang main, lidah dan ludah pun saling belit dan campur baur dengan liarnya. Sebelah kakiku ngelingker di pinggulnya supaya lebih mepet lagi. Tangannya mulai main, menjalari pahaku. Tangannya terus menjalar sampai menyentuh celah di pangkal pahaku. Nonokku digelitik-gelitik. Aku menggelepar merasakan jari-jarinya yang nakal. Bibir kulepas dari bibirnya.

“Hmmhhh… enak, pak.” jeritku.

Jari-jarinya tambah nakal, menusuk lupak nonokku yang sudah berlendir dan mengocoknya. Aku tambah menjerit-jerit.

“Pak… hhh… masukkin kontol bapak, Dina udah nggak tahan.. hhhh… hhh…”

Dia segera memposisikan diatasku yang sudah telentang mengangkang. Kontolnya ditancapkan ke nonokku, aku melenguh keenakan.

“Pak, kontol bapak nikmat banget deh”.

Kontolnya didorongnya lagi sampai mentok.

“Pak.. oohhh.. nikmatnya” jeritku.

Kontolnya dikocok keluar masuk nonokku. Aku mulai mengejang-ngejang lagi dan bibirku tak henti-hentinya menyuarakan kenikmatan. Kurang lebih dua puluh menitan akhirnya dia ngecret.

Ugh, rasanya enak bener…! Pejunya berhamburan keluar, bermuncratan dan menembak-nembak di dalam nonokku. Aku sendiri sudah beberapa kali nyampe sampe nonokku mengejang-ngejang keenakan. Lendir dari nonokku membanjir… meleber di paha, betis dan pantatku. Aku menggeletak lemas. Aku dan dia sama-sama mandi keringat. Nafasnya terengah-engah tak beraturan. Dalam nada tersengal-sengal sekarang aku yang minta lagi.

“Dina masih kepengen sekali lagi…”.

Dia merebahkan badannya di sampingku. Dia kembali menciumku. Aku ladenin ciumannya. Dia menindih badanku sambil menciumku. Lidah ketemu lidah, membelit, dan saling menjilat. Aku menggumam-gumam kenikmatan, sambil berciuman dia menggoyang-goyang pinggulnya sampai kontolnya yang telah ngaceng lagi terasa kena di nonokku. Bosen ciuman, bibir dan lidahnya menjalar ke kuping leher bahu, ketiak, terus ke toketku. Dia gemes banget ngeliat pentilku yang kecoklat-coklatan dan mencuat ke atas itu. Dia menjilat pentilku dengan rakus sampai aku ngerasa geli. Pentil sebelah kanan digigitnya dengan lembut, lidahnya menggelitik pentilku di sela-sela gigi depannya, sementara toket sebelah kiriku di remas-remas. Tubuhku menggelinjang karena geli dan nikmat. Setelah beberapa saat di permainkan, toketku terasa mengeras dan pentilnya tegak. Lendir nonokku mengalir dan terasa basah di perutku.

“Pak, gantian Dina yang ngemut kontol bapak ya”, kataku sambil menelentangkan badannya diranjang.

Aku mulai beraksi. Kupegang kontolnya dengan kelima jariku. Kukocok-kocok batangnya perlahan. Dia menggumam pelan.

“Enak Din, terus..”

Lidahku mulai merambat ke kepala kontolnya, kujilati cairan yang mulai muncul di lubang kencingnya. Lalu lidahku menggeser ke batangnya, menjelajahi tiap jenjang kontolnya. Tangan kiriku mengelus-ngelus biji pelernya.

“Din…” gumamnya pelan.

“Enak banget, geli-geli nikmat”.

Aku hanya tersenyum ngeliat dia merem-melek kayak gitu. Terus aku membuka mulutku dan menjejalkan kontolnya masuk ke dalam mulutku. Kontolnya kuisep kenceng-kenceng, lalu dengan mulut kukocok kontolnya turun naik turun naik.

“Uuuuuggggghhhh… sedap enak… mmmmhhhh…”, erangnya.

Aku lalu merubah posisiku untuk melakukan 69. Aku di atasnya dan menyorongkan pantatku ke mukanya. Dia nggak nunggu dua kali, langsung aja dia menjilati nonokku yang berlendir dan merekah merah itu. Bibirnya menyedot lubang nonokku, menghisap lendirnya. Lidahnya dimasukin ke dalam lubang nonokku, menjilati dinding-dinding basah, sementara jarinya mempermainkan itilku. Aku mengerang-ngerang dengan kontolnya di mulutku, menyuarakan kenikmatan. Lendir dari nonokku membanjir membasahi mukanya. Aku melepaskan kontolnya dari mulutku dan meminta dia menyodok aku dari belakang.

Waktu kontolnya masuk, aku hanya merintih pelan. Kontolnya dienjotkan keluar masuk dengan kencang, aku hanya bisa mengejang-ngejang menahan nikmat. Tangannya ikut nimbrung merangsang itilku. Kocokan kontol di nonokku dan kilikan jarinya di itilku membuat aku mengerang dan menjerit-jerit kenikmatan. Sudah dua kali nonokku berkontraksi karena aku nyampe, tapi dia terus mengocok kontolnya keluar masuk sampai aku lemes. Cairan nonokku membecek, meleleh turun ke paha. Setelah aku nyampe yang ke empat kali di ronde ke dua itu, dia akhirnya ngecret lagi.

“Pak, nikmat banget pagi ini, lebih nikmat dari semalem, aku sampe berkali-kali nyampe baru bapak ngecret”, lenguhku lemes.

Dia mencabut kontolnya dari nonokku. Kemudian dia menyiapkan sarapan untuk kami berdua, setelah itu kami mandi, dan aku dianternya pulang.

“Terima kasih untuk malam yang indah bersamamu. Kapan-kapan kita bisa mengulangi kenikmatan ini”.

Dia menciumku, lama sekali.



»» Baca selengkapnya.....

3-Some ternyata Nikmat

SEPERTI yang pernah dikatakan oleh suamiku, ternyata threesome itu memang penuh dengan sensasi yang fantastis. Aku tak pernah membayangkan sebelumnya akan mengalami peristiwa-peristiwa yang luar biasa indahnya ini. Sekali lagi, aku tak mau disalahkan. Semua yang telah dan akan kulakukan adalah hasil dari kreativitas suamiku. Lalu aku mengembangkannya. Dan aku berjanji akan melaporkan semuanya kepada Mas Janus nanti.
Tapi apakah kejadian di rumah Piet ini harus kulaporkan juga kepada Mas Janus? Entahlah…aku belum bisa memastikannya.
Yang pasti, ketika aku masih asyik mengelus dan meremas kontol Piet dengan lembut, tangan Piet pun mulai merayap ke arah pangkal lenganku. Dan terasa tangan itu gemetaran waktu dengan ragu menyentuh payudaraku yang tidak sepenuhnya terhimpit oleh tubuh Troy. Aneh, sentuhannya menggetarkan batinku. Apakah karena ia seorang cowok yang sangat tampan, atau karena alat kelaminnya yang giant size ini? Entahlah. Yang pasti kupegang tangannya, lalu kuletakkan menempel payudaraku, supaya ia tidak ragu memegangnya. Piet pun merasa diijinkan, mulai meremas-remas payudaraku dengan hangat. Kulihat ekspresi wajahnya seperti yang sudah sangat bernafsu. Cara bernafasnya pun tampak terengah-engah. Terlebih setelah kugencarkan remasan-remasan lembutku di batang kemaluannya yang tidak dapat digenggam sepenuhnya ini. Hmm…aku harus jujur mengakuinya, bahwa aku suka, suka sekali pada anak muda bernama Piet ini. Kalau dia mau bersetubuh denganku, pasti takkan kutolak. Bahkan aku merasa ingin, ingin sekali merasakan kedahsyatan kontolnya ini. Seperti apa ya kalau sudah dibenamkan ke dalam liang kenikmatanku?
Tak lama kemudian terasa zakar Troy mendesak liang kenikmatanku kuat-kuat. Lalu Troy memeluk leherku erat-erat sambil mengelojot dan mendengus, “Oooo…ooohhhhhhhhhhh…..” diikuti dengan kejutan-kejutan kontolnya yang sedang menyemprot-nyemprotkan air maninya di dalam memekku.
Aku malah tak ingat lagi, apakah tadi sudah orgasme atau belum. Mungkin karena “terganggu” oleh kehadiran Piet yang membuatku jadi canggung.
Setelah Troy mencabut batang kemaluannya dari dalam memekku, aku pun bangkit. Tanpa ragu aku berbisik ke telinga Piet, “Kamu mau?”
Piet menatapku sambil tersenyum. Lalu mengangguk senang.
“Sebentar ya,” bisikku lagi, “veggyku harus dicuci dulu, biar bersih.”
Piet mengangguk lagi sambil mengamati sekujur tubuhku yang bugil. Kelihatan sekali ia sangat bernafsu.
Aku segera turun dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi. Kulihat ada shower air panas juga di kamar mandi ini. Tentu saja, masa rumah mewah begini gak ada shower air panasnya. Kulihat ada handuk tergantung di kapstok. Sabun cair pun ada. Ah, mending mandi dulu sebentar, untuk membersihkan keringat Troy yang masih tertinggal tubuhku, sekalian supaya badanku jadi segar lagi.
Di bawah semburan shower air hangat dan gosokan sabun cair, terasa tubuhku jadi segar lagi. Lalu kubuka pintu kamar mandi sambil berseru, “Pinjam handukmu ya Piet.”
Terdengar sahutan, “Iya silakan Mbak.”
Setelah mengeringkan tubuhku dengan handuk, kubelitkan handuk itu di tubuhku, menutupi dada sampai lutut. Lalu keluar dari kamar mandi, menghampiri Piet yang sedang duduk di atas tempat tidur, dengan tubuh ditutupi selimut. Sejenak aku menoleh ke kanan kiri. Troy tidak ada.
“Ke mana Troy?” tanyaku sambil menghampiri Piet yang sedang menatapku dengan senyuman menggoda.
“Lagi makan dulu. Sekalian kusuruh beli cemilan.“
“Malah bagus,” pikirku, “Tanpa kehadiran Troy aku bisa bebas mencumbu Piet. Aku langsung jatuh hati pada pandangan pertama….”
Dengan senyum yang menggetarkan hati, Piet memegang pergelangan tanganku, sambil berbisik, “Sengaja Troy kusuruh agak lama nyari makannya, biar aku bebas.”
“Oya?” aku mencium pipi anak muda itu. Dengan desir darah yang lain dari biasanya.
“Aku kan belum pengalaman, Mbak. Kalau dilihat sama Troy bisa salah tingkah nanti.”
Aku tersenyum. Lalu kuangsurkan bibirku ke bibirnya. Piet menyambutku dengan kecupan dan lumatan yang membuatku makin bergairah.
Rasa penasaran yang sejak tadi mengelayuti benakku, segera kulampiaskan, dengan menarik selimut anak muda itu. Aaah….darahku berdesir-desir antara ngeri dan penasaran setelah menyaksikan bentuk penis Piet dari jarak yang dekat, sangat dekat.
“Diapain punyamu ini Piet? Kok bisa begini besar dan panjangnya?” kataku sambil memegang kontol Piet yang sudah mengeras. Gila, diameternya sama dengan diameter gelas. Buktinya aku tidak bisa menggenggam sepenuhnya!
“Gak diapa-apain,” sahut Piet sambil menarik handuk yang masih meliliti tubuhku, sampai terlepas. Membuatku telanjang bulat lagi. Lalu kubiarkan ia memegang buah dadaku dengan tangan yang terasa gemetaran. Napasnya pun mulai terdengar sengal-sengal.
Ketika aku merebahkan diri, agak miring ke arah Piet, dengan pusat perhatian ke penis yang luar biasa gagahnya itu, Piet pun makin asyik meremas-remas buah dadaku. Aku pun mulai binal. Kupegang tangannya yang sedang asyik memainkan payudaraku itu, kemudian kutarik dan kutempelkan ke memekku yang berbulu lebat ini. Piet agak canggung. Maka kudaratkan kecupan hangat di pipynya, lalu berbisik di telinganya, “Mainkanlah sesukamu, sayang.”
Piet mengikuti anjuranku. Mulai mengelus jembutku, lalu jemarinya menyeruak dan mulai mengelus bibir kemaluanku.
Tak tahu kenapa, nafsuku kontan bergejolak. Mungkin karena diam-diam aku sudah jatuh hati kepada cowok tampan ini. Dan semakin terpesona lagi hatiku dibuatnya setelah Piet menanggalkan t-shirtnya…memperlihatkan bulu lebat di dadanya! O, kupikir ia diciptakan sebagai pria yang sempurna! Wajah tampan, badan tinggi semampai, kontol panjang besar….dada berbulu pula.
Dalam tempo singkat saja terasa bagian dalam kemaluanku mulai basah, dialiri lendir libidoku. Ini lain dari biasanya. Mungkin karena aku sudah benar-benar terpikat oleh ketampanan dan kelebihan-kelebihan Piet.
“Ayo, masukkan aja,” bisikku tak kuasa menahan nafsu, sambil menelentang dan merenggangkan kedua pahaku. Dengan cowok yang kukagumi begini, rasanya tak perlu pemanasan berlama-lama.
Tanpa ba-bi-bu lagi Piet pun merayap ke atas tubuhku sambil memegangi kontolnya yang sudah ngaceng berat itu. Kuarahkan moncongnya agar menekan mulut memekku yang sudah berlendir ini. Lalu kukedipkan mataku agar ia mendorongnya. Ia pun mengikuti isyaratku.
Tapi saking gedenya kontol Piet, susah sekali masuknya ke dalam memekku. Padahal aku sudah merenggangkan pahaku selebar mungkin.
Piet sendiri sudah ngos-ngosan mendorong batang kemaluannya.
“Kalau ada pake krim dulu, sayang. Punyamu kegedean…” bisikku, “Atau kalau kamu mau, jilatin dulu memekku sampai basah sekali.”
Piet mengangguk. Tampaknya ia memilih jalan yang kedua…melorot turun sehingga wajahnya membenam di antara kedua pangkal pahaku. Aku merentangkan paha lagi, supaya Piet leluasa menjilati memekku. Ya, ia sudah mulai….!
Dan aku terpejam-pejam saking nikmatnya. Agak aneh memang ketika jilatan Piet terasa begini enaknya, seperti jilatan cowok yang sudah berpengalaman dalam ngemut memek cewek. Ketika hal ini kutanyakan, Piet menjawab bahwa ia belajar dari film bokep yang sering ditontonnya. Aku pun mengerti jadinya. Lalu kubiarkan lidah Piet menyapu bibir kemaluan dan kelentitku. Ah…saking enaknya, aku mulai merintih-rintih histeris, “Piet…oooh….ini enak sekali…oooh….aku mau keluar nih Piet…..”
Aku berpikir tak usah kutahan-tahan, mending orgasme dulu, supaya liang kemaluanku agak becek, supaya kontol Piet agak mudah menerobos liang kenikmatanku. Lalu aku mengejang di puncak kenikmatanku, samil meremas rambut Piet yang berada di bawah perutku. Terasa cairan birahiku membasahi liang kemaluanku yang merekah dan berkedut-kedut lembut.
“Cukup Piet,” kataku terengah setelah selesai menikmati indahnya orgasmeku, “Sekarang masukkan saja.”
Piet pun naik lagi ke atas dadaku, sambil mengarahkan moncong batang kemaluannya ke arah vaginaku. Dengan hati-hati aku membantunya, memegang batang kemaluannya yang terasa makin mengeras, supaya bisa pas menuju liang vaginaku yang sudah merekah dan dibanjiri cairan birahiku bercampur dengan air liur Piet.
Lalu terasa batang kemaluan Piet mulai mendesak agak kuat dan mulai masuk ke dalam liang kemaluanku. Membuatku merintih sambil memegang bahunya, “Oh…sudah ma…masuk sayang…jangan disekaliin ya….dikit-dikit biar gak sakit…”
Dan…oh…batang kemaluan yang ukurannya luar biasa itu mulai memaksa masuk ke dalam liang kemaluanku. Kalau aku belum pernah melahirkan, pasti aku kesakitan setengah mati. Untungnya aku pernah melahirkan, sehingga liang kenikmatanku bisa cepat menyesuaikan diri dengan ukuran batang kemaluan Piet. Lalu mulailah Piet mengayun batang kemaluannya, maju mundur di dalam liang kenikmatanku. Terasa sekali batang kemaluan yang luar biasa gede dan panjang ini memenuhi sekujur liang vaginaku, bahkan terasa liang vaginaku membesar untuk menyesuaikan diri dengan ukuran alat vital Piet.
Aku merem-melek dalam arus nikmat. Dan ketika terasa lidah Piet mencari-cari di seputar bibirku, dengan penuh hasrat kuhisap lidahnya. Kulumat bibirnya dengan mesra, sambil merasakan geli-geli enaknya gesekan bulu dada Piet. Sementara batang kemaluan Piet semakin mantap memompa liang kenikmatanku, yang terkadang membuatku merengek-rengek histeris, “Piet…oh…Piet…..enak Piet….”
Rasanya baru pertama kali ini aku merasakan sesuatu yang luar biasa nikmatnya. Mungkin karena sejak awal melihatnya tadi, sudah ada getaran suka sekali kepada cowok bernama Piet ini. Terlebih setelah mengetahui gagah perkasanya batang kemaluan cowok tampan ini. Luar biasa nikmatnya.
Piet sendiri cuma mendengus-dengus waktu mengayun zakarnya di dalam liang kenikmatanku. Berbaur dengan erangan dan rengekan nikmatku, dalam kehangatan yang dahsyat pengaruhnya bagi jiwaku.
Kedua tanganku tiada hentinya meremas-remas ke sana sini. Terkadang ke kain seprai, terkadang ke bahu dan bahkan rambut Piet pun tak luput dari remasanku, diiringi bisikan histerisku, “Piet…ooh…Piet….ini enak sekali, sayang…oooh….enak sekali Piet…”
Piet pun tiada hentinya meremas-remas buah dadaku. Terkadang menjilati putingnya, membuatku terpejam-pejam dalam arus nikmat.
Pada saat sedang enak-enaknya aku menikmati gesekan batang kemaluan Piet, Troy datang dengan senyum di bibir. Aku tak pedulikan dia lagi karena sedang asyik menikmati keperkasaan Piet yang mulai membawaku ke detik-detik menjelang orgasme. Tapi Troy memunculkan batang kemaluan dari celananya, tampak sudah ngaceng lagi. Dan mengangsurkannya ke dekat tanganku. Terdorong oleh rasa kasihan, kugenggam batang kemaluan adik iparku yang sudah keras lagi itu. Lalu kuremas dengan lembut.
BARU sampai di situ aku membaca buku harian istriku, kudengar suara langkah memasuki pekarangan rumahku. Buru-buru kuletakkan lagi buku tebal itu di tempatnya semula. Kemudian aku keluar dari kamarku.
Memang apa yang kubaca tadi ada yang membuatku kesal, yakni mengenai teman Troy bernama Piet itu. Karena aku tak pernah dilapori soal itu. Tapi aku tak mau memperlihatkan rasa kesalku waktu istriku pulang bersama anakku.
Yah, biar bagaimana juga semua yang telah terjadi adalah buah dari pohon yang kutanam. Malah sejujurnya harus kuakui, bahwa setelah membaca buku harian istriku itu, rasa cemburuku timbul dan dari kecemburuan ini timbul nafsuku. Maka malamnya aku mengajak istriku bersetubuh dengan penuh gairah. Bahkan sampai dua kali aku ejakulasi di dalam memeknya.
Tapi biar bagaimana aku ini manusia biasa. Ada perasaan yang kupendam di dalam hatiku. Perasaan cemburu dan geram, karena diam-diam dia melangkah sendiri tanpa melapor padaku. Padahal aku sudah kasih tau bahwa dia boleh ML sama orang lain tapi harus melapor padaku.
Lalu, apakah aku harus balas dendam? Entahlah. Yang jelas, aku mengalami suatu peristiwa yang tak pernah kurencanakan sebelumnya. Saat itu Yuyun, babysitterku, sedang pulang kampung. Istri dan anakku sedang di rumah mertuaku. Dan aku sendirian di rumah.
Sore itu aku agak heran ketika melihat Yuyun sudah pulang lagi. Berarti dia hanya semalam di kampungnya. Padahal dia minta izin seminggu di kampungnya.
“Kok sudah pulang lagi Yun?” tanyaku.
“Iya pak. Gak betah di kampung, lagi musim kemarau terasa gersang banget. Lagian saya ingat terus sama Bernard, ingat juga sama Ibu, kasihan gak ada yang bantuin jaga Bernard. Makanya saya pulang cepet. Tapi…Ibu sama Bernard ke mana Pak?”
“Lagi di rumah neneknya Bernard. Mungkin tiga hari lagi di sana.”
“Wah, tau gitu saya gak usah pulang dulu…tadinya takut Bernard gak ada yang urus.”
“Gakpapa,” kataku, “Malah bagus, ada yang masakin nasi. Kalau aku pergi juga rumah ada yang jaga.”
Yuyun tersenyum. Dan sejak saat itulah muncul pikiran lain di dalam benakku. Diam-diam aku mulai memperhatikan gerak-gerik Yuyun, yang sebenarnya tidak kalah manis kalau dibandingkan dengan istriku.
Sudah setahun Yuyun bekerja sebagai babysitter di rumahku. Dari pengakuannya, dia seorang janda meski usianya baru 22 thn. Dari perkawinannya, dia belum punya anak. Makanya kulihat dia sayang sekali pada Bernard, malah lebih telaten daripada istriku.
Tapi sekarang aku bukan sedang mempertimbangkan ketelatenannya dalam merawat anakku. Aku sedang mempertimbangkan bentuk tubuhnya yang lumayan seksi, tinggi berisi. Malah kelihatannya payudaranya lebih montok daripada payudara istriku. Kulitnya juga bersih. Justru karena bersihnya itu istriku langsung menerima dia sebagai babysitter. Kalau babysitternya tampak jorok kan kasihan anakku.
Kesempatan ini datang begitu saja. Tanpa dipikirkan dulu apalagi direncanakan. Dan lama aku mempertimbangkan segala sesuatunya, sampai malam tiba.
Yuyun memang rajin. Walaupun tugasnya merawat Bernard, ia mau sibuk di dapur kalau anakku sedang tidur. Padahal babysitter lain jarang yang mau “dwifungsi” begitu.
Malam itu pun dia yang menghidangkan makan malamku. Pada waktu aku makan, kulihat ia masuk ke kamar mandi belakang. Pasti ia mau mandi. Tiba-tiba saja aku jadi nakal. Kutinggalkan makanan di meja makan, lalu mengendap-endap menuju pintu kamar mandi belakang.
Aku hafal benar ada lubang di dinding yang membatasi dapur dengan kamar mandi belakang. Dan aku seperti seorang pencuri, berjalan mengendap-endap menuju lubang rahasia itu.
Jantungku berdegup-degup ketika lewat lubang rahasia itu aku bisa melihat Yuyun sedang melucuti pakaiannya sehelai demi sehelai. Gila, aku merasa lebih terangsang daripada nonton bokep. Tak kusangka Yuyun memiliki tubuh semulus itu. Payudara yang montok, pinggang yang ramping, buah pinggul yang besar…mirip guitar Spanyol!
Aku kembali ke ruang makan dengan jantung degdegan. Apa yang kulihat lewat lubang rahasia tadi benar-benar merangsang, membangkitkan nafsu birahiku. Lalu apa yang harus kulakukan?
Lama aku tercenung memikirkan Yuyun yang ternyata memiliki tubuh begitu indah dan menggiurkan. Begitu jauh aku terhanyut dalam terawanganku, sampai selera makanku hilang, lalu kutinggalkan makananku yang belum habis, duduk di ruang keluarga sambil nonton TV. Tapi hanya mataku yang terarah ke layar TV. Pikiranku tidak ke sana.
“Makannya gak dihabisin pak?” tegur Yuyun di dekat meja makan.
“Iya, lagi hilang nafsu makan Yun,” sahutku tanpa menoleh ke arah babysitter seksi itu. Padahal hatiku sedang memikirkan dia dan segala keindahan yang kusaksikan tadi.
“Kenapa, bapak lagi sakit?” tanya Yuyun terdengar risau.
“Gak, cuma kecapean mungkin. Badan terasa pegel-pegel. Kamu bisa mijit Yun?”
“Kalau mijit asal mijit sih bisa. Bapak mau dipijit?”
“Iya. Asal hilang aja pegelnya. Punggung terasa pegel sekali Yun.”
“Iya Pak. Sebentar saya mau beresin meja makan dulu.”
Aku terdiam. Seperti sedang merasakan ada yang sakit. Padahal hatiku sedang tertawa. Aku semakin yakin, semuanya akan berjalan lancar.
Aku sedang rebahan di sofa panjang ketika Yuyun menghampiriku sambil bertanya, “Mau di situ dipijitnya Pak?”
“Di kamar aja Yun,” sahutku, “Biar kalau ketiduran ya bisa langsung tidur.”
Yuyun mengangguk lalu mengikutiku ke dalam kamar.
Lalu aku menelungkup di atas kasur, seolah-olah siap untuk dipijit. Yuyun pun duduk di pinggiran bed sambil bertanya, “Mau pakai obat gosok pak?”
“Gak usah ah, suka kepanasan,” sahutku dengan perasaan geli, karena aku tidak benar-benar butuh pijitan. Lalu kubuka baju piyamaku dan menelungkup kembali.
Yuyun pun mulai memijati punggungku. Enak juga pijatannya. Tapi diam-diam mataku mulai memperhatikan lututnya yang terlipat di sampingku. Ini membuatku tak sabaran. Dan mulai menyentuh lututnya…bahkan sedikit naik ke pahanya…halus dan hangat.
“Pak…” cetus Yuyun tersendat, karena tanganku mulai mengelus pahanya.
“Pahamu mulus, Yun…” kataku sambil mengubah posisi jadi terlentang. Yuyun tampak kebingungan. Terlebih setelah aku duduk di sampingnya, dengan tangan makin merayap masuk ke balik dasternya…mulai menyelinap ke balik CDnya.
“Pak…katanya mau dipijit….” Yuyun tidak meronta sedikit pun. Ini bisa kujadikan indikator bahwa ia suka dengan perlakuanku padanya. Aku jadi semakin percaya diri. Tanganku mulai menyentuh rambut kemaluannya…celah kemaluannya…mulai membasah, licin dan hangat.
“Ooooh…Pak….nanti kalau saya kepengen, bagaimana? Oooohh….” Yuyun memegang pangkal lenganku erat-erat sambil memejamkan mata, karena jemariku mulai menyelusup ke dalam liang memeknya, lalu kugerak-gerakkan keluar masuk.
“Justru aku ingin kamu kepengen…aku juga lagi kepengen nih,” bisikku tanpa menghentikan permainan tanganku di liang memek Yuyun yang makin basah dan menghangat.
Aku pun tak ragu lagi untuk menarik celana dalam Yuyun, lalu mendorong dadanya sampai telentang di atas tempat tidurku. Yuyun diam saja, cuma memandangku dengan mata sayu, mata wanita yang sudah dikuasai nafsu. Dan aku yakin, dia sangat membutuhkan kejantanan malam ini.
Tanpa banyak variasi lagi kulepaskan daster Yuyun, sehingga ia tinggal mengenakan beha saja, sementara CDnya sudah kulemparkan ke lantai tadi. Yuyun diam pasrah. Aku pun melepaskan celana piyamaku, sehingga jadi langsung telanjang, karena sedang tidak memakai CD.
Aku agak terburu-buru menempelkan moncong kontolku ke memek Yuyun, karena takut pikirannya berubah. Yang penting masukin dulu kontolku yang sudah ngaceng berat ini, hal-hal lain akan kuatur nanti.
“Duuh…sudah masuk Pak…” rengek Yuyun setelah batang kemaluanku mulai melesak ke dalam liang memeknya.
Beberapa saat kukocok-kocok kontolku di dalam liang memek Yuyun, tak kumasukkan semuanya supaya ia tidak merasa sakit sedikit pun. Makin lama makin dalam masuknya. Dan akhirnya aku berhasil membenamkan seluruh bagian batang kemaluanku di dalam liang surgawi babysitterku.
Mulailah aku menelungkup di atas dada Yuyun, sambil berusaha menanggalkan behanya, sambil mengayun kontolku maju mundur di dalam liang memek Yuyun yang makin lama makin licin dan hangat.
Setelah beha Yuyun terlepas, aku mulai meremas buah dadanya yang sebelah kanan, sementara puting [ayudara kirinya mulai kuemut-emut, membuat Yuyun mulai mendesah-desah. Dan ia tak segan-segan lagi memeluk pinggangku erat-erat, sambil menggoyang pinggulnya dengan gerakan yang meliuk-liuk.
Terasa enak sekali goyangan pinggul Yuyun. Tak kusangka dia sudah berpengalaman dalam menggoyangkan pinggulnya. Mungkin pengalaman dari masa perkawinannya dahulu, atau ada hal lain, entahlah.
“Aduh pak…ini kok enak sekali pak…” terdengar Yuyun merengek-rengek perlahan waktu aku mulai gencar mengentotnya.
“Punyamu juga enak sekali, Yun…”sahutku jujur.
“E…enakan punya ibu lah…”
“Ibu kan pernah melahirkan…enakan memek kamu, sayang,” kataku tanpa menghentikan genjotan batang kemaluanku, malah sambil melumat bibirnya yang hangat.
Yuyun memang sangat pandai menjaga kebersihan.
Tiba-tiba terdengar bunyi hpku yang kusimpan di bawah bantal. Sengaja kusimpan tidak jauh dari jangkauanku, takut kalau-kalau istriku menelepon. Tapi itu bunyi sms.
Masih sempat aku mengambil hpku sambil menghentikan ayunan zakarku. Yuyun pun terdiam tak bergerak.
Ternyata sms dari Benny. Isinya, “Broer! Aku hutang satu padamu. Aku kan sudah threesome sama istrimu. Kapan kamu mau threesome sama istriku? Kan biar impas hutangku, broer!”
Aku tersenyum. Lalu kubalas smsnya, “Kamu ke rumahku sekarang. Biar aja hutangmu jadi dua. Tapi sekarang yang mau dithreesome bukan istriku. Kamu tau babysitterku kan? Aku lagi ML sama dia. Makanya cepetan. Mumpung istriku lagi di kampungnya. Cepetan ya. Kalau terlambat, aku takut dia keburu nggak mau.”
“Hah?! Oke! Oke! Aku segera ke sana!” balas Benny di smsnya,
“Masuk pintu samping aja. Gak dikunci. Pintu kamarku juga gak dikunci!” kataku di sms.
“Oke broer!”
Lalu kusimpan lagi hpku di bawah bantal.
“Siapa pak? Ibu?” tanya Yuyun dengan wajah bersorot cemas.
“Bukan. Dari Benny. Kamu sudah tahu Benny kan?”
“Oh, pak Benny yang sering ke sini itu Pak?”
“Iya…” sahutku sambil mengayun kembali batang kemaluanku, “Sebentar lagi dia akan ke sini. Suasananya akan jauh lebih meriah.”
“Maksud Bapak?”
“Dia pengen nonton kita beginian.”
“Ah…Bapak ada-ada aja…”
“Jangan takut…dia orang baik kok.”
“Tapi masa kita lagi telanjang…lagi beginian mau ditonton orang?”
“Kami biasa seperti itu. Kalau aku lagi beginian sama Ibu, dia suka nonton. Kalau dia begituan sama istrinya, aku juga suka nonton. Santai aja…”
“Ih…Bapak ada-ada aja….nanti kalau dia ngiler gimana?”
“Terserah kamu…aku sih ngijinin aja. Yang penting kamunya juga mau. Nggak boleh main paksa.”
Yuyun memejamkan matanya. Mungkin sedang berpikir. Tapi aku malah makin gencar mengayun batang kemaluanku. Membuat Yuyun terkadang menggeliat, terkadang meremas-remas bahu dan pinggangku.
Keringat pun mulai membersit dari pori-poriku.
Aneh. Setelah mengajak Benny untuk “joint”, aku merasa makin bersemangat, sambil membayangkan akan meriahnya pesta threesome nanti. Maka semakin gencar aku mengayun batang kemaluanku, maju-mundur di dalam liang memek Yuyun.
“Duh…pak….sa…saya sudah mau sampai….” rintih Yuyun setengah berbisik sambil mengejut-ngejutkan pinggulnya, mungkin supaya kelentitnya makin tergesek oleh zakarku.
Aku pun makin agresif mengentotnya. Ini membuatku cepat mencapai titik klimaks, “Ayo kita barengin Yun. Aku juga mau lepas,” bisikku terengah sambil mempercepat gerakan batang kemaluanku. Tapi aku masih menyadari langkah Benny memasuki kamarku dengan langkah mengendap-endap. Yuyun tidak melihatnya, karena aku sengaja menghalangi pandangannya dengan mencium matanya.
Lalu kami sama-sama menggelepar. Sama-sama menahan napas sesaat dan melepaskannya sekaligus. Aaaahhhhhhhhhhhhhh…….
Dan kami terkapar dalam kepuasan.
“Asyik bener bisa bareng-bareng meletusnya ya?” cetus Benny yang sedang berdiri di dekat tempat tidurku.
Yuyun terkejut. Seperti mau berontak. Tapi dia masih tertindih oleh tubuhku. Batang kemaluanku pun masih menancap di dalam memeknya.
“Tenang aja Yun,” bisikku, “kamu pasti puas sekali malam ini.”
“Ah…bapak….” hanya itu yang terlontar dari mulutnya. Lalu terdiam dengan sikap malu-malu ketika Benny sudah duduk di sampingnya.
“Kami ini kompak, Yun,” kata Benny sambil mengelus rambut Yuyun. “Kami selalu membagi kebahagiaan dengan adil.”
Kuberi kesempatan bagi Benny dengan mencabut batang kemaluanku yang sudah lemas. Lalu turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi, buat kencing dan mencuci batang kemaluanku yang berlepotan air mani. sengaja agak berlama-lama di dalam kamar mandi, supaya Benny dan Yuyun bebas melakukan apa saja yang mereka mau.
Ketika aku kembali ke tempat tidur, kulihat Benny sedang berciuman dengan Yuyun. Hmm…pasti bakal jadi rame nih. Aku pun menghampiri mereka. Duduk bersila di dekat kepala Yuyun sambil berkata, “Kamu harusnya bahagia Yun. Mulai malam ini ada dua orang lelaki yang akan membahagiakan batinmu.”
Yuyun memegang pergelangan tanganku sambil memandangku.
“Kenapa? Pak Benny itu kan sahabat yang paling dekat denganku. Apa pun yang terjadi di antara kita bertiga, dijamin akan menjadi rahasia.”
Yuyun terdiam. Tapi pandangannya tertuju ke arah Benny yang sedang menanggalkan pakaiannya.
Aku menyuruh Yuyun merebahkan kepalanya di atas pangkuanku. Dia menurut saja. Aku bersila sambil menyandar ke dinding, dengan membiarkan kepala Yuyun berada di atas pahaku.
Kulihat Benny sudah mengarahkan batang kemaluannya ke memek Yuyun, sambil menahan tubuhnya dengan sebelah tangan, sehingga aku leluasa meremas sepasang payudara Yuyun yang masih lembab oleh cucuran keringatku tadi.
“Biar bagaimana pun disetubuhi sama dua orang lelaki pasti lebih memuaskan daripada seorang lelaki,” kataku ketika Benny sudah berhasil memasukkan batang kemaluannya ke memek Yuyun yang pasti masih basah dan mudah dimasuki kontol Benny.
“Tapi kalau saya ketagihan bagaimana?” cetus Yuyun sambil memejamkan matanya, “Kalau Ibu sudah datang kan nggak bisa begini…”
“Bisa diatur, Yun,” Benny yang menyahut, “Kita bisa main di hotel nanti.”
“Iya,” aku memperkuat ucapan Benny, “Kamu kan dapat libur seminggu sekali. Nah…daripada ngeluyur gak keruan, di hari-hari liburmu mending kita senang-senang di hotel.”
“Oooh….” Yuyun memegang pergelangan tanganku erat-erat, “Iiih…punya Pak Benny besar sekali ih….oooh….”
Aku agak iri mendengar pernyataan itu. Tapi aku tetap asyik meremas-remas payudara Yuyun pada saat Benny mulai mantap mengentot memek babysitterku.
Tapi Yuyun tahu diri juga. Meski sedang enak-enaknya menikmati entotan Benny, tangannya menyelinap ke bawah dan menangkap batang kemaluanku yang sudah ngaceng lagi.






»» Baca selengkapnya.....