Aku Doyan KontoL


Namaku novi, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, “kamu persis Desy Ratnasari, novi!”, kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari.

Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki, satu-satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22 tahun, masih kuliah, kata Ibu Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula…

Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang hingga semata-kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup terlihat dengan jelas.

Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Har sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Har sangat ingin menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali merasakan genjotan keperjakaannya.

Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah. Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. “Baik, Bu!”, begitu sahutku pada Ibu Sum. Ibu Sum sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul, kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa merenggut keperjakaan Mas Har, pikirku.

“Mas Har. Mas Har!” panggilku menggoda, “tadi Ibu pesan supaya Mbak novi memijati Mas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas Har?”

Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihat penampilanku,

“Aduh, kamu cantik sekali, Mbak novi… Persis Desy Ratnasari… ck, ck, ck…”

“Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?”

“Jadi, dong…” sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, “ayo, ayo…”, ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi….

“Kok Wangi, Mas Har?” Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi.

“Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,”.

Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum “to-the-point”, padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman.

“Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?”, aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu.

“Mau Mbak novi ajari?”, wajahnya merah padam dan segera berubah pucat. Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya, dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya yang merah delima, dia makin menggebu, batang penisnya mengeras seperti kayu…

Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas-remas puting susuku yang kanan…

“Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong…” desahku makin membuat nafasnya menderu…

“Mbak novi, aku cinta kamu….” suaranya agak bergetar..

“Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah,” kubisikkan desahanku lagi…. Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut penisnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat…

“Aduuuh, enaaaak, Mbak novi….” jeritnya…

Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan penisnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat. Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka selangkanganku.

“Jilat itil Mbak novi, Mas Haaaarrr…, yang lamaaa…”, godaku lagi… Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke vegie-ku dan menjilati itilku dengan sangat nafsunya….

“Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr…., sampai air mani Mbak novi keluar, ya mas Haaar”.

“Lho, perempuan juga punya air mani..?” tanyanya blo’on. Aku tak menyahut karena keenakan…

“Mas Haaarrr, saya mau keluaaar…” serrrrrr…. serrrrrrrrr…. membasahi wajahnya yang penuh birahi.

“Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak novi puaaaaaassss sekali bercinta dengan Mas Har….. penis Mas Har masih keras? …belum keluar ya? Mari saya masukin ke liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti puas-keenakan….”
Kugenggam batang penisnya, dan kutuntun mendekati lubang vegieku, kugosok-gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi… Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang vegieku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu vegieku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus penisnya Mas Har nanti…

“Sebelum masuk, bilang ‘kulonuwun’ dulu, dong sayaaaaaang…”, Candaku….

Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas meja kecil di samping ranjang….. lagunya…. mana tahaaaan…. “Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu……”

“Kulonuwun, Mbak novi…cintakuuuuu….”

“Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu…”, segera kubuka lebar-lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang penisnya bisa menghujam dalam-dalam…. Sreslepppppp……… blebessss…..

“Auuuuuow….”, kami berdua berteriak bersamaan…..

“Enaaaak banget Mbak novi, vegie Mbak novi kok enak gini sih….?”

“Karena Mbak novi belum pernah melahirkan, Mas Har… Jadi vegie Mbak novi belum pernah melar dibobol kepala bayi….. kalau pernah melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti vegienya longgar sekali, dan nggak bisa rapet seperti vegienya Mbak novi begini, sayaaaaang… lagi pula Mbak selalu minum jamu sari-rapet, pasti SUPER-PERET….”, kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan… Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat sekali….

Sekarang giliranku yang di atas… Mas Har terlentang keenakan, aku naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan pangkal penis Mas Har, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya…..

Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC, sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurap di atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur tubuhku.

Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi… kami berguling-gulingan lagi tanpa melepaskan penis dan vegie kami.

Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh… sodokannya mantep sekali… terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep… terkadang cepat plok-plok-plok… benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Harianto yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga kali cairan vegieku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme… benar-benar vegieku sampai kredut-kredut karena dihujam dengan mantapnya oleh penis yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam alu….. bertubi-tubi…. kian lama kian cepat…… waduuuuhhhhh…… Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan……

“Mbak novi, aku hampir keluaaaaaar nih…!!” ….

“Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar…. Yuk kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg”

“Ambil nafas panjang, Mas Har… lalu tancepkan penisnya sedalam-dalamnya sampai kandas…… baru ditembakkan, ya Maaaasss… ssssshhhhhh……..”

Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hujaman penis Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh…hhhhh….hhhhhh….. seirama dengan hujaman penisnya yang semakin cepat…..

“Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!”, Mas Har menancapkan penisnya lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut rahimku…. bersamaan dengan keluarnya cairan vegieku yang kelima kali, Mas Har pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat kerasnya….

CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan CROOTTTTT!!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi….. Seperti wong edan, kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan;

“Enaaaaaaaaaakkkkk!”….. sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya… dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama vegieku sampai seperti “bonyok” rasanya….. Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku….. sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan………………
“Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang… masih terasa enaknya… tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh cabut yaaa……” pintaku memelas….. kami kembali bercipokan dengan lekatnya…… penisnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamiku dulu….

“Mbak novi sayaaaang, terima kasih banyak ya….. pengalaman pertama ini sungguh-sungguh luar biasa… Mbak novi telah memberikan pelayanan dan pelajaran yang maha-penting untuk saya…… saya akan selalu mencintai dan memiliki Mbak novi selamanya….”

“Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki… tanpa kawin pun kalau setiap pagi –setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja–, kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss….. Apalagi Mas Harianto tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai vegie saya endut-endutan rasanya tadi…..”

“Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswa baru… jadi ndak ada kuliah…”, kata Mas Harianto.

“Nah… kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?”, sahutku semakin menggelorakan birahinya.

“Nantang ya?” Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia…..

“aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri….”

kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat…. setelah mencabut penisnya dari vegieku, Mas Har terlentang di sisiku, kuletakkan kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu…. radio kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi… lagunya masih tetap “kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu….”

Setelah lagunya habis, “Mas sayaaang, Mbak novi mau bangun dulu ya…. Mbak novi harus masak sarapan untuk Mas….”

“Untuk kita berdua, dong, Mbak novi…. masak untuk dua porsi ya… nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?”, sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan “auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Mbak novi ya.., Mbak novi tambah sayang deh”.

Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya,

“Mas, numpang cebokan, ya…”

Kuceboki vegieku, vegie novi yang paling beruntung hari ini, karena bisa merenggut dan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har… waduuuuhhh… benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun vegieku sampai kewalahan disumpal dengan penis yang begitu gede dan kerasnya — hampir sejengkal-tanganku panjangnya…. wheleh.. wheleh….

“Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu-Jahe (STMJ) buat Mas Har, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang….”

Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku… “Sekarang Mas Har istirahat dulu, ya…” kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu…

“Terima kasih, Mbak novi… Mbak begitu baik sama saya… saya sangat sayang sama Mbak novi…”.

Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untuk kekasihku…. setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya,

“Mas Har sayaaaang…. mari diminum dulu STMJ-nya, biar penisnya keras kayak batang kayu nanti, nanti Mbak novi ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, anjing-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss,” kataku membangkitkan lagi gelora birahinya… selesai minum diciuminya bibirku dan kedua pipiku…. dan Mas Harianto-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut.

Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya.. semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Har nanti….

Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar, sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua… hmmm…. nikmat dan mesranya… seperti penganten baru rasanya…

Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar, kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung kubuka saja pintu kamarnya…………………. …….

Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun dari tidurnya, tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco (mengocok penisnya) dengan wajah merah-padam… Segera kuletakkan makanan di atas meja tulisnya..

“Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya… nanti bisa lecet… nanti pasti Mbak novi kocokin… tapi Mas Har harus makan dulu, supaya ada tenaga lagi… kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama senggamanya, Mas!”

Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku, dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku yang kiri… Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi,

“Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang…, yuk kita makan nasi goreng kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut…”

Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya mengkilik-kilik itilku dengan sangat nakalnya. Wah! Edhiaan tenan reaksi STMJ tadi…. Hihihi…

“Mas Har sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak nikmaaat….”, dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan tuntaskan sarapan kami. Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Har pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku…. wah! mesranya, Mas Har-ku ini…

Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di samping Mas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan kumasukkan pisang tadi ke dalam liang vegieku…. Mas Har agak terkejut,

“Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang vegie Mbak novi? Kalau bisa, nanti Mbak novi ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama yang lain deh!”

“Siapa takut!” sahut Mas Har…

Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap… mulutnya di depan vegieku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit digigitnya daging pisangnya, sedangkan penisnya pun terjuntai ngaceng di depan mulutku…. segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang ngaceng itu ke dalam mulutku, kumainkan lidahku mengusap-usap kepala penisnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang vegieku, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan seluruh bulu-bulu tubuhku….

“Mbak novi, pisangnya sudah habis…. hebat kan?” Katanya lugu…

ads by AdXpansion

“Mas Har memang nomer satu buat Mbak novi…” sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya.

“Sekarang apa lagi?” tanya Mas Har…

“Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang vegie saya… dan saya akan meng-emuti dan mengocok penis Mas dengan mulut saya…. ini namanya gaya 69, Mas sayaaang… mulut Mas ketemu vegie saya dan mulut saya ketemu penis Mas Har…. Enaaaak kan, sayaaang?”

“Wah! Sensasinya luar-biasa, Mbak……”

“Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas…. harus sabar dan tenang, sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar.. kan saya harus nunggu lagi penis Mas tegang lagi… kasian dong sama saya, Mas,” suaraku kubikin seperti mau menangis…..

“Maafkan saya, ya Mbak novi…. saya belum ngerti… mesti harus banyak belajar sama Mbak…..”

Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis penisnya, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan dalam mulutku…. sementara Mas Har meluruskan lidahnya dan menjilati itil-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam liang vegieku… ini berlangsung cukup lama…

Pada menit kelimabelas, serrr… serrrr… serrrr…. cairan hangat vegieku meluap, sekarang Mas Har malah menelannya…. aooowwww!

Dan pada menit keduapuluhlima, serrr… serrrr… serrrr…. lagi, kali ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku…. sambil mulutku tetap terus mengocok penisnya yang kerasnya minta-ampuuuuun…. pada waktu itu juga, penisnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya, langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek……

“Enaaaakkkk…..” Mas Har berteriak keenakan…..

Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut penisnya yang masih cukup keras, kuhisap terus penisnya, sampai tubuh Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya….. kujilati penis Mas Har sampai bersiiiiih sekali dan segera aku berputar, sehingga kepala kami berhadap-hadapan dengan posisi aku masih tetap di atas…

“Gimana, Mas Har sayaaang…. Enak enggak..?” godaku…

“Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan….”, kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu…..

Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi…. mulut kami tetap berpagutan dengan sangat kuaaaatnya….. Kucari penisnya dan kupegang… wah sudah keras lagi rupanya….. luar biasa kuatnya Mas Har kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi…..

“Mas Har… saya ajari gaya kuda-kudaan… mau nggak?”,

“Mau dong, sayaaaang…. Gimana?”, tanyanya penasaran….

“Mas Har duduk menyender dulu…..”

Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam penisnya dan kutancapkan ke vegieku dari belakang…. BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua tetekku dari belakang….

Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang naik kuda…. semuanya berlangsung dengan sangat halus…. sehingga tidak sampai menimbulkan lecet pada penis Mas Har maupun vegieku…..

“Gimana Mas?”, tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat……

“Benar-benar Mbak novi pantas menjadi dosen percintaan saya…..”, katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan…

Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har… Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har….. inilah arti sesungguhnya persetubuhan….

Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa kukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya, diremas-remas lagi… membuatku kembali ingin mencapai puncak kenikmatan…. kukejangkan seluruh anggota tubuhku…. Mas Har sudah mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak…..

“Keluar lagi ya, Mbak?” tanyanya…..

“Ya..!! …sssssshhhhh…” desahku kencang.

…..serrr… serrrr… serrrrr…. kembali cairan hangat vegieku tertumpah lagi…. kelelahan aku rasanya…… lelah tapi enaaak….

Aku melepaskan penisnya dari lubang vegieku, kekeringkan vegieku dengan dasterku supaya peret lagi… Mas Har melihat pemandangan ini dengan wajah lugu, kuberi dia senyum manis….

“Saya sudah capek, Mas…. Gantian dong… Mas Har sekarang yang goyang, ya?”

Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang….. Mas Har kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari belakang,

“Yang ini gaya anjing-anjingan, Mas….. tapi jangan salah masuk ke lubang pantat ya… pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho ya….”

“Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak novi?” tanyanya lucuuuu….

“memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan….. itu kan namanya tidak adil, Mas…. Lagipula lubang pantat itu kan saluran untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena penyakit aids, Mas…. Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho, hiiii…. seremmmm….”

Mas Har memasukkan penisnya pelan-pelan ke lubang vegieku dari belakang sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii….. seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini….. aku tahu sekarang…. Mas Har sangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada diriku….

“Aaaaahhhhhh….”, aku mendesah sambil merasakan hujaman penisnya yang kembali menembus vegieku, demikian juga dengan Mas Har… dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya meremas tetekku…… Dia mulai menggoyangkan penisnya maju mundur…. blep-blep-blep……aduuuuhhh….. mantapnyaaaa…… tenaganya sangat kuat dan berirama tetap…… membuat aliran-darahku menggelepar di sekujur tubuhku…….

“Enaaaak, Maaaaasssss…….”, lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat vegieku kesekian kalinya…… puaaaasssss sekali tiada taranya…….

“aaaaaahhhhhhhh……….” , lenguhku……..

“Lap dulu dong, Mbak noviiii….. becek sekali nih….” pintanya…..

Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya…… segera dia mengeringkan vegieku dan juga penisnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku…..

“Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr…..” desahnya membuatku semakin terangsang……

“Tembakkan saja, Massss……..”

Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya…… sampai vegieku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu…….

“Aaaaahhhhhhhh…….” Mas Har berteriak keenakan…… demikian juga dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi penisnya dengan cairan hangat kenikmatan vegieku……

“Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr…….. Mbak novi cintaaaaa banget sama Mas Har…….”

“Aku juga Mbak….. selain Mbak novi, tidak ada perempuan lain yang aku cintai di dunia ini …..”, aku tahu kata-kata ini sangat jujur…. membuatku semakin menggelinjang kenikmatan……

“Terima kasih Mas Harrrrrr….. untuk cinta Mas Har yang begitu besar kepada saya…..” Dengan tanpa melepaskan penisnya, Mas Har dengan hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh telanjangku…. dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil posisi tengkurap….. dengan Mas Har tengkurap di belakangku…..

Mulutnya didekatkan pada telingaku…. nafasnya menghembusi tengkukku…. membuatku terangsang lagi……

“Enaaaak dan puassss sekali, Mbak novi….. Apa Mbak novi juga puas?”

“Tentu, Mas Har….. dari pagi tadi sudah sembilan kali vegie saya memuntahkan air hangatnya….. Pasti saya puasssss bangettt, Mas!”

“Terima kasih, ya sayaaaang…… aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak novi seperti ini…….”

“Boleh, Massss…. saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari….. kecuali hari Minggu tentunya….. Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah kalau Minggu….”

Mas Har melepaskan penisnya dari lubang vegieku, aku segera mengambil posisi terlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku….
Jam dinding sudah menunjukkan jam 10.40…… sambil berpelukan dan berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua… dan kami pun tertidur sampai siang…..

Sudah hampir jam satu ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk membangunkan lelaki kesayanganku ini,

“Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore….”

“Mmmm…” Mas Har menggeliat, “sudah jam berapa, istriku?”

“Jam satu, suamikuuuu…..”, jawabku genit….

“Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa, kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak novi tutup tadi….”

Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/mengangkatku ke ruang tamu.

“Edhian tenan, koyok penganten anyar wae…..” kataku dalam hati…. (“gila benar, seperti pengantin baru saja”)….

Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil kuelus-elus penis Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu lagi…..

Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan….

“Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya….., lebih terasa lho gesekan penis Mas Har di dalam vegie Mbak novi nanti,” ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Har….

Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan mesra. Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku kuisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut…..

Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak lagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang vegieku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat…, kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr…. kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari vegieku…

“Mas, masukkan sekarang, Masssss….. Mbak novi udah nggak tahaaaannnn……”, pintaku manja…..

Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi, kugenggam penisnya dan kusorongkan lembut ke lubang kenikmatan…..

“aaaaahhhhhh…….” lenguhan kami kembali terdengar lebih seru…. Penis Mas Har baru masuk setengahnya dalam vegieku, dimajukannya lagi penisnya, dan kumajukan pula vegieku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa…..

“Mas sayaaaang… maju-mundurnya barengan, ya…..”, ajakku sambil mengajari teknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini “Gaya Miring”, dengan gaya ini kami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak saja…..

Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba…. rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah…. Kulihat Mas Har merem-melek, demikian juga dengan diriku, penis Mas Har dengan irama teratur terus menghujam-mantap berirama di dalam liang kenikmatanku….. vegieku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya…..

“Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk……..”, aku agak berteriak sambil mendesis…….

Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini…..

“Ganti gaya, Maaaasssss…. cabut dulu sebentar…..” ajakku lagi, sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Har memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi penisnya memasuki vegieku……

“aaaaaaaaahhhhhhhhhhh…. enak, Mbak noviiiiii……., gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii…..” Mas Har mendesah nikmat…..

Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif memaju-mundurkan penisnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya……

……Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini……

“Mbak novi, siap-siap yaaa…. rudalku hampir nembak….”

Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju-mundurnya……

“Aaah, aaah, aaahh….” Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air maninya dengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding-dinding rahimku….. setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku…..

“Aaaaaaaa………” aku berteriak panjang sambil kusemburkan juga air vegieku……

Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus terasa….. tanpa melepaskan pelukan dan juga penisnya, masih dengan posisi miring, kami tertidur lagi beberapa menit… sampai semua getaran mereda……
Jam tiga sudah lewat…. berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dan kakak-kakak Mas Har pulang dari kerja…..

“Mas, bangun, Mas…. sudah jam tiga lewat….. saya kan mesti membereskan kamar ini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila ada Ibu…..”

“Mandi bareng, yok….. di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?” ajaknya….

Dicabutnya penisnya dari lobang vegieku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya…… Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Har bangkit dan memelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan vegieku, kembali birahiku naik….. Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat…. Dengan posisi berdiri kembali penis Mas Har mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke vegieku. Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami bersenggama lagi…… bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan penisnya maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa…..

“Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg….”, tanpa melepaskan kedua alat kelamin kami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka-rangsangan….

“Lepas dulu, ya sayaaanggg…. kuambilkan handuk baru untuk kekasihku…..”, Mas Har melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya… Selesai handukan, aku bermaksud mengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir persenggamaan hari ini sudah selesai…..

“Eiittt, tunggu dulu, istriku….. Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di liang hangat cinta kita……”

……Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini….. kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air vegie sedari pagi tadi……

Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang… biar Mas Har menindihku dari atas…..

Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup….. dengan “Gaya Sederhana” pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang melindungi kepasrahan wanita…. Mas Har terus menggoyang penisnya maju-mundur…..

Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus dengan mantapnya maju-mundur begitu kuat…..

“Mas Har, Mbak novi sudah mau keluar lagiiiiii……”, kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku…..

“Mbak, aku juga mau keluar sekarang……”, dalam waktu bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing-masing……

“Enaaaaaaaaaaakkkkkkk, Mas Haaaaaarrrrrr…….”

“Puaaaaassssss, Mbak noviiiiii……….”

Mas Har langsung ambruk di atas tubuh telanjanganku, waktu sudah hampir jam empat….. semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya…..

“Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak novi mau siap-siap dulu ya, sayaang…”

Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut penisnya…. “Hari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak noviii… Bagaimana aku akan sanggup melupakannya?”

Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har…. segera aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih menetes dari lubang vegieku yang agak bonyok…..

Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlengan panjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas…. semua ini untuk “mengelabui” Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama.

Demikianlah… selanjutnya hari-hariku selalu ku isi dengan persenggamaan yang kian hari kian liar, kian panas, dan kian bervariasi dengan Mas Har, pangeran cintaku yang tampan dan perkasa. Pertempuran kami berlangsung di banyak tempat di seluruh penjuru rumah… bahkan tak jarang Mas Har sengaja mencegatku di saat-saat aku berbelanja keperluan bulanan di Pasar Kota. Hotel dan Losmen yang ada di kota selalu menjadi tempat persinggahan kami untuk menuntaskan dendam birahi kami…
Hanya saat Mas Har harus kuliah dan saat dia mengantar hasil job-job sampingannya saja yang dapat menunda pertempuran kami…
Mas Har memang ngotot mengambil job sampingan yang bisa tetap dikerjakan di rumah, karena dia ngotot ingin menabung supaya bisa membeli rumah sendiri dan membiayai kehidupannya kelak dengan calon istri tercintanya……. aku.
»» Baca selengkapnya.....

Ohhhhh...3naknya K0ntoLMu


Selama 1 minggu ini Dewi betul-betul beristirahat dari petualangan liarnya, ia sedang berusaha memulihkan kembali otot-otot vaginanya kembali normal setelah selama 1 minggu vaginanya dihajar oleh batang kemaluan Dave yang besar dan panjang, Dewipun rajin meminum jamu yang dapat mengembalikan otot-otot vaginanya kembali normal.

Selama 1 minggu ini Dewi masih merasakan vaginanya yang sedikit perih akibat hajaran batang kemaluan Dave, tapi walaupun ia merasakan perih di vaginanya tapi Dewi merasa puas dengan terjangan-terjangan batang kemaluan Dave, negro teman suaminya itu, masih terbayang dalam benaknya bagaimana enaknya disetubuhi oleh kontolnya Dave yang hitam, besar dan panjangnya melebihi batang kemaluan yang pernah ia rasakan selama ini, ukuran kontolnya Dave itu hampir 2x dari ukuran batang kemaluan para lelaki yang pernah memuaskan ia.

Setelah 1 minggu lamanya Dewi meminum jamu dan berhenti melakukan persetubuhan, Dewi mulai merasakan perih di vaginanya berangsur hilang, hari ini Dewi merasakan vaginanya sudah tidak perih lagi, hatinya membatin hari ini ia dapat merasakan lagi kejantanan para lelaki.
Hari ini matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya, rumah Hendro masih terlihat sepi, kesibukan yang ada hanya didapur dan ditempat cuci, para pembantunya Hendro sudah terlihat dengan kegiatan masing-masing, terlihat Tuti dan Narti sibuk membenahi rumah dan kamar, sementara Ani sibuk dengan mencuci pakaian, Pono sendiri sedang membenahi taman di depan rumah.

Terlihat sebuah mobil meluncur kearah rumah kediaman Hendro, dari balik mobil turun seseorang dan menghampiri pintu gerbang, ia melihat Pono yang sedang asyik memotong rumput di halaman, dari balik pintu gerbang orang tersebut lalu memanggil Pono, yang dipanggilpun segera menghampiri pintu gerbang.

“Eh, aden, baru datang,” Tanya Pono setelah mengetahui bahwa yang dating adalah tuan mudanya.

“Hhhmm, iya nih baru sampai, tolong bukain pintunya, Pon,” sahut Doni.

“Baik, Den,” jawab Pono.

Pintu gerbang segera dibuka oleh Pono, dan Donipun segera mengemudikan mobilnya langsung menuju garasi, sementara Pono setelah menutup pintu gerbang kembali dengan kegiatannya, Donipun melangkah masuk kerumah, yang pertama ia tuju adalah kamar mamih tirinya, ia merasa sudah kangen dengan pelukan mamih tirinya, dengan ciumannya, dengan kulumannya dan dengan jepitan vaginanya, hanya dengan membayangkan semua itu membuat batang kemaluannya berdiri tegak.

Doni tidak melihat ke 3 pembantunya saat ia menuju kekamar mamihnya itu, saat itu Tuti dan Narti sedang berada dikamar Doni, membersihkan kamar tuan mudanya itu, sementara Ani sendiri masih asyik dengan kegiatannya ditempat cuci, setibanya didepan kamar mamihnya, Doni dengan perlahan membuka pintu kamar mamihnya, kemudian ia menutup pintu kamar tersebut dengan perlahan setelah berada didalam kamar, langkah kakinya menuju kearah tempat tidur mamihnya, Doni melihat Dewi masih tertidur dengan lelap, dengan perlahan-lahan ia melangkahkan kakinya, kemudian dengan perlahan juga ia duduk disamping mamihnya yang masih tertidur itu, dengan perlahan ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mamihnya itu, Donipun tersenyum melihat tubuh Dewi yang sudah tidak tertutupi oleh selimut, karena ia melihat tubuh Dewi yang hanya berbalutkan daster tipis, sehingga kedua payudaranya terbayang, kedua putingnya tercetak didaster tersebut, dengan perlahan kedua tangannya mulai menjamah kedua payudara tersebut dan meremas perlahan, selain itu Doni mulai mengecup perlahan bibir Dewi.

Remasan-remasan kedua tangan Doni dipayudara Dewi, dan kecupan-kecupan ringan dibibir Dewi, membuat Dewi tersentak dari tidurnya, Dewi kaget karena merasakan kedua payudaranya ada yang meremas dan bibirnya ada yang mengecup, matanya terbuka, dan mulutnya terbuka untuk berteriak, saat itu juga Doni mencium bibir mamihnya yang terbuka itu dan memasukkan lidahnya kedalam rongga mulutnya, lidahnya mulai bermain dan dilangit-langit dan lidah Dewi, mendapat serangan yang mendadak itu Dewi gelagapan dan matanya semakin terbelalak, tapi setelah matanya menangkap raut muka yang ia kenal dan wajah itu adalah wajah anak tirinya, Doni. Hasrat untuk marahnya hilang, ciuman Doni ia balas, lidah Doni yang bermain dirongga mulutnya ia balas, kedua lidah mereka saling bertautan, remasan tangan Doni semakin menjadi, Dewi dibuatnya mendesah, nafas keduanya memburu, nafsu birahi mereka memuncak.

Tangan kiri Dewi meraih belakang kepala Doni, seolah tidak mau melepaskan Doni untuk terus mencumbunya, tangan kanannya merayap keselangkangan Doni, mengelus-elus batang kemaluan Doni yang sudah tegang dari balik celananya, tangan Donipun semakin asyik meremas-remas kedua payudara Dewi yang ukurannya sama dengan ukuran artis “JUPE”, desahan-desahan dan lenguhan-lenguhan kerap terdengar dari mulut mereka berdua, tidak puas dengan hanya mengelus-elus batang kemaluan Doni dari luar, tangan kanan Dewi mulai beraksi dengan mencoba membuka kancing dan resleting celana Doni, setelah berhasil membuka celana Doni, tangan Dewi segera menyelusup masuk kedalam CD Doni, batang kemaluan Doni yang sudah tegang segera diremasnya, akibatnya Doni menggelinjang mendapat serangan itu, saat mereka asyik bercumbu itu tiba-tiba terdengar ketukan dipintu kamar, keduanya segera menghentikan kegiatan mereka.

“Yaaa….,” sahut Dewi dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dan mulutnya tersenyum ke Doni, lalu ia mengecup mesra bibir Doni.

“Bu…maaf, kamarnya mau dibersihkan sekarang,” terdengar suara Tuti menjawab.

ads by AdXpansion

“Hmmm….ya boleh, masuk saja,” jawab Dewi, Doni kemudian memandang Dewi seolah memprotes jawaban mamihnya itu, karena dia merasa hasrat birahinya yang sudah lama terpendam belum tersampaikan, Dewi hanya tersenyum sambil mengecup kembali bibir Doni.

“Kamar mandi dulu aja, Tut, yang kamu bersihkan,” sahut Dewi.

“Baik, bu,” jawab Tuti,

“Eh..ada den Doni, kapan dating, Den?”Tanya Tuti yang saat itu menyadari ada Doni dikamar nyonyanya ini.

“Barusan saja,” jawab Doni dengan tersenyum dan memandangi Tuti, ia menyadari bahwa Tuti seorang cewek yang manis, kulitnya kuning langsat, bentuk tubuhnyapun sempurna, langsing, kedua payudaranyapun nampaknya tidak terlalu besar, hatinya membatin suatu hari aku harus merasakan tubuhnya, Doni memandangi tubuh Tuti sampai menghilang kedalam kamar mandi.

Dewi yang melihat tingkah anaknya itu tersenyum, kemudian ia berbisik ditelinga anaknya,

“Pasti kamu sedang membayangkan tubuh Tuti telanjang, dan pasti kamu berharap untuk bias menyetubuhinya,”bisik Dewi sambil menjilat telinga anaknya.

“Ah..mamih, gak lah,”jawab Doni perlahan dan tersipu, saat jalan pikirannya diketahui oleh mamihnya itu.

“hehehe… kamu jangan bohong Don, dari cara matamu menatap tubuhnya, mamih langsung tahu,”bisik Dewi kembali.

“Kamu pengen nyobain tubuhnya sekarang, itu juga kalau kamu mau….,”goda Dewi.

“eeh…emang bisa,”tanya Doni penasaran.

“Mau…atau tidak,” Dewi kembali menggoda.

“Hhhmmmm….mau, mih, tapi mamih?,”dengan malu Doni mengiyakan.

“Hmmmm…kita main bertiga aja, kamu kuat gak,” tawar Dewi.

Dewi tidak tahu bahwa Doni sebelumnya sudah menelan obat kuat, karena Doni ingin menyetubuhi mamihnya dan memberinya kepuasan.

“kalau soal itu gak usah khawatir,”jawab Doni tersenyum.

“Oke kalau begitu,” sahut Dewi.

“Kamu sembunyi dulu sana, terus lepas bajumu semua, biar mamih yang ngatur, nanti kalau mamih kasih tanda kamu keluar,” Dewi menyuruh Doni sembunyi.

“Hhhmmm.. oke mih,”Sahut Doni sambil beranjak menuju ke ruangan tempat berganti pakaian.

“Tut, Tuti…sini sebentar,” Dewi memanggil Tuti.

“Ya bu,” sahut Tuti yang segera menghampiri nyonyanya ini.

Saat itu Dewi sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya, Tuti sedikit ternganga saat sampai di tempat Dewi duduk, karena ia melihat tubuh nyonyanya terbayang dengan jelas dari balik daster tipisnya, Tuti melihat kedua payudara nyonyanya yang indah dan besar dihiasi kedua putingnya yang kemerahan, sementara diselangkangannya Tuti melihat bayangan hitam, Tuti menyadari bahwa nyonyanya ini tidak mengenakan pakaian dalam dibalik dasternya yang tipi situ.

“Sini, Tut, duduk sini,” Sahut Dewi sambil menepuk pinggiran tempat tidur disebelah kirinya.

“Ahh..gak usah Bu, biar saya disini saja, daster saya basah, Bu,” jawab Tuti sungkan untuk duduk disamping nyonyanya ini.

“Eh..gak apa-apa, sini duduk, saya mau tanya sesuatu,”kata Dewi.

Dengan berat hati akhirnya Tuti duduk disebelah Dewi,

“Ada apa Bu? Ehh..den Doni sudah kemana, Bu?” tanya Tuti.

“Ohh..Doni kembali kekamarnya, ini Tut, saya mau tanya, kamu sudah berapa lama menjanda,”tanya Dewi

“Ohh..kira-kira 1 tahun setengah, Bu, memang kenapa, Bu?”jawab Tuti sambil bertanya.

“Kamu gak kangen sama itunya lelaki,” tanya Dewi sambil tersenyum.

“Maksud ibu?”tanya Tuti yang masih belum mengerti maksud Dewi.

“Itu lho, Tut, selama satu setengah tahun kamu gak merasa kesepian, tidur gak ada yang meluk, lalu gak pernah melakukan hubungan suami istri,”Dewi menjelaskan.

“Ohh itu, eehhh..gimana yach, Bu, malu..jadinya..kangen sih lalu kalau kesepian sich udah pasti, Bu, kalau yang satu itu, gimana yach, malu Bu..”jawab Tuti tersipu.

“kenapa malu, Tut, kan hanya kita berdua aja, kenapa harus malu sama saya, kan kita sama-sama wanita,”desak Dewi

“Eeehhh…kadang-kadang sich kepengen juga, Bu.” Jawab Tuti malu-malu.

“terus kalau lagi kepengen begituan, kamu ngapain,”kembali Dewi mendesak.

“Iiihh…ibu..malu ah….,”kata Tuti

“Ayo dong Tut, kenapa harus malu, ini kan hanya kita berdua saja yang tahu,” Dewi terus mendesak.

“Aaahh…ibu, saya..hhmmm..saya…paling kalau lagi kepengen begituan…eehhh…. Saya….eeehh….saya…. punya saya… aaahh..malu…,”jawab Tuti malu, pipinya berona merah karena malu, Doni yang mengintip semakin bernafsu melihat Tuti yang tersipu malu semakin terlihat manisnya.

“Punyamu diapain,”desak Dewi.

“Ihhh..ibu…masa saya harus bilang..,”kata Tuti

“Ayo, dong Tut, punyamu diapain,”desak Dewi kembali.

“Itu lho, Bu…di ..raba…di elus-elus sama tangan saya…sampai saya..puas,” jawab Tuti tersipu malu, rona merah dipipinya semakin terlihat.

“Oohh..hanya dielus-elus sama tangan kamu sendiri,”kata Dewi, sambil tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti, Tuti menggelinjang kegelian oleh rabaan tangan Dewi.

“Aaah…geli, Bu,”kata Tuti

“Kamu mau tolongin saya, saya juga sudah lama tidak merasakan punyanya laki-laki,”kata Dewi

“Eehh..Bu, gimana caranya Bu, saya kan perempuan,”kata Tuti bingung

“Kamu lakukan dengan tanganmu, kamu lakukan seperti kamu lakukan kepunyaanmu,” kata Dewi

“maksud ibu,”tanya Dewi bingung

Dewi kemudian meraih tangan Tuti lalu meletakkan tangannya tersebut diselangkangannya, Dewi membuka kedua kakinya, dan mengangkat dasternya, tangan Tuti lalu ia gerakkan di vaginanya, Tuti terperanjat dengan ulah majikannya ini, tapi karena kasihan dengan majikannya ini, iapun lalu mengikuti kemauan majikannya ini, tangannya bergerak perlahan mengelus-elus vagina Dewi, tak lama kemudian Dewipun mulai beraksi, tangan kanannya menyelusup kedalam daster Tuti dan menyelinap kedalam Bra Tuti, payudara Tuti langsung diremas-remasnya, sementara tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti, Tuti kaget mendapat perlakuan seperti itu,

“Eeehh..Bu, jangan, Bu….ooohhh…jjaaanngan…,”tolak Tuti sambil mendesah, karena ia sudah merasakan gairah birahinya yang mulai timbul.

Mulut berkata jangan, tapi tubuh Tuti tidak menolak dengan perlakuan Dewi, tangan Tutipun semakin aktif bermain divagina Dewi, hasrat birahi kedua wanita ini dengan perlahan bangkit, permainan mereka semakin menjadi, entah sejak kapan tubuh mereka berdua sudah telanjang, dari posisi duduk dipinggiran ranjang, sekarang posisi mereka sudah diatas ranjang, Tuti terbaring mendesah-desah menikmati jilatan-jilatan lidah Dewi di vaginanya dan hisapan-hisapan yang mendera kelentitnya, perasaan Tuti melambung tinggi, tubuhnya menggelinjang menikmati serangan-serangan Dewi divagina dan kelentitnya.

“Oooohhh… ssshhh …aaahhh …sshhh ..aahhh ….ooohhh …,”Tuti mendesah.

“Hhhmmm…ssllrrppp…ssllrrppp…en aak..Tut, ssslrrppp.. ssllrrrppp,”tanya Dewi sambil tetap menghisap kelentit Tuti dan menjilati memek Tuti.

“Ooohh…hheeehee..enaaaakk… Bu, nikmaatt…Bu,” jawab Tuti

Tak lama kemudian Dewi memutar tubuhnya sambil mulutnya tetap bermain diselangkangan Tuti, ia menempatkan bagian selangkangannya tepat diatas muka Tuti,

“Slllrrppp… kamu ssllrrpp…juga jilati dan hisap punyaku, Tut, ssslrrppp… sslrrppp,”kata Dewi.

“Ooohhh…iiiyaaaa…Bu…, aaaahhhh…sllrrppp….ssllrrppp…a aahh…,”Tuti menuruti kehendak nyonya majikannya ini.

“Ooohh…ssslllrrppp….aaaghhh…Tu t, itilku dihissaaappp…juga…Tut, ssslrppp…,” Dewi mendesah

Doni yang melihat pemandangan itu semakin terangsang, kontolnya semakin mengeras, dengan sabar Doni menunggu kode dari mamihnya, walaupun hatinya ingin segera memasukkan kontolnya kememek-memek Tuti dan Dewi, nafasnya memburu tanda nafsu birahinya semakin meninggi, sementara itu diranjang aksi kedua wanita ini semakin menggila, keduanya saling menghisap dan mengerang silih berganti, terlihat Dewi memberi kode kepada Doni untuk masuk ke arena pertempuran, kedatangan Doni tidak diketahui oleh Tuti yang saat itu sibuk menikmati jilatan dan hisapan Dewi dan juga sibuk dengan aksi mulutnya di memek Dewi.

Dengan pelan-pelan Doni naik keatas ranjang, ia melihat memek Tuti yang sedang dijilati oleh mamihnya, lubang vaginanya yang sengaja Dewi buka terlihat jelas kemerahan, Doni melihat dalaman lubang itu berdenyut-denyut, saat mamihnya menghisap kelentitnya, dengan perlahan Doni menyelipkan kepala kontolnya kelubang tersebut,

Sleeeppppp………. Kepala kontolnya terjepit dilubang vagina Tuti.

Tuti yang merasakan lesakan di lubang kemaluannya tersentak, tapi ia tidak bias bergerak banyak karena tubuhnya sedang di tindih oleh tubuh Dewi, tubuhnya yang mungil tidak dapat berbuat apa-apa, dan ia tidak mengetahui apa yang mengganjal di lubang kemaluannya itu.

“OOuughhh….aaapaa… itu Bu, aapa.. yang masuk kedalam lubang kemaluan saya,” tanya Tuti kaget

“Tenang, Tut, tenang, nikmati saja kontolnya Doni, pasti kamu gak kecewa,”jawab Dewi menenangkan.

“Eeehhh…jangan, Jangan….dimasukkan Den, den, jangan…Aaghhhh…. Ppelaaan … den…peellaannn…aagggghh…kontol mu besar sekali den…ooougghh… robeeekk.. memekkuuu…,” Tuti menjerit saat Doni mulai meneroboskan kontolnya kedalam lubang vagina Tuti.

Perlahan tapi pasti batang kemaluan Doni mulai menyeruak lubang vagina Tuti yang sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh batang kemaluan lelaki ini, sedikit demi sedikit kontolnya Doni mulai terbenam dalam lubang memek Tuti,

Bleeessss…… bleeeessss…. Bleesssss….

Dan

Bleesssssssss….
Dengan sekali hentak Doni mendorong masuk semua batang kemaluannya sehingga terbenam seluruhnya didalam lubang kenikmatan Tuti.

“Aaaagghhh… memekmu sempit juga…Tut,”Doni mengerang keenakan merasakan jepitan ketat vagina Tuti.

“Oooghhh…. Ssaaakkittt…. Aaahhh…. Hmmmm…aaaaghhh… den…cabut..den.. ,” Tuti mengerang kesakitan merasakan kontolnya Doni yang memenuhi rongga kewanitaannya.

“Sabar..Tut.. nanti juga gak sakit… itu karena kamu sudah lama tidak merasakan batang kemaluan lelaki,” Dewi menenangkan.

Doni mendiamkan kontolnya dalam jepitan vagina Tuti, Dewi mulai kembali menjilati kelentit Tuti, jilatan yang dilakukan Dewi perlahan-lahan mulai menghilangkan rasa sakit di memek Tuti akibat lesakan kontolnya Doni, tapi bukan hanya Tuti yang menikmati jilatan Dewi itu, Doni pun ikut merasakan jilatan mamihnya dipangkal selangkangannya, karena posisi pangkal selangkangannya berdekatan dengan posisi kelentit Tuti sehingga jilatan Dewi dapat Doni rasakan juga, Doni merasakan lidah mamihnya menyapu-nyapu pangkal selangkangannya, Doni merasakan kenikmatan yang sedikit berbeda.

“Ooohhh….ssshhh….ooohhh….sshhh h…,”erangan Tuti mulai terdengar lagi, isak tangisnya telah berganti dengan lenguhan nikmat akibat jilatan Dewi.

Tuti sudah mulai tidak merasakan sakit di vaginanya, tapi ia merasakan enak akibat memeknya dipenuhi oleh kontolnya Doni, Doni sendiri mulai merasakan memek Tuti berdenyut-denyut, seolah meremas-remas kontolnya dengan lembut. Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Doni mulai mengeluar masukkan kontolnya di lubang vagina Tuti,

Sssrtttt…. Bleeessss…. Srrttttt…. Bleeeesss…. Sssrrttt…. Bleeessss…..

Dewi yang masih asyik menjilati kelentit Tuti, melihat bagaimana kontolnya Doni keluar masuk di vagina Tuti dengan perlahan, dan iapun mendengar suara desahan keenakan dari Tuti, menyadari bahwa Tuti sudah dapat menikmati lesakan-lesakan kontolnya Doni, Dewipun bangkit dari posisinya, iapun berbaring disamping Tuti, sambil tangannya bermain di payudara Tuti, kedua payudara Tuti silih berganti ia remas-remas dan ia hisap-hisap, jilatannya bermain di kedua putingnya, gigitan-gigitan lembut ia lakukan juga dikedua putingnya tersebut, akibatnya erangan dan desahan nikmat Tuti semakin kerap terdengar, Tuti merasakan keenakan yang sangat luar biasa yang belum pernah ia alami selama ia berhubungan dengan seks dengan suaminya, batang kemaluan Doni yang besar memenuhi rongga wanitanya, gesekan-gesekan kontolnya Doni di dinding vaginanya terasa sangat erat, di tambah dengan hisapan dan jilatan serta gigitan Dewi di kedua payudara dan putingnya, Tuti merasakan keenakan, matanya kadang terpejam kadang mendelik, mulutnya mendesah dan mengerang.

“OOuughh….eenaaakk…aaaghhh….ss shhh… den…enaaak… kontolmuuu… enak den… aahhh…genjot terusss..memekkku… yaaaaaahhh….,” Tuti mendesah keenakan.

“Ssshhh…uuughhh… memekmu…seempiittt…Tut, enaaakk… kontolkuuu…,” Donipun mengerang kenikmatan.

“Hhhmmm…ssslrrppp…ssslrrppp…, betull kan Tut, kamu pasti enak..sslrrppp…,” gumam Dewi

“Iiiiyyaaaahhh… buuu… ooougghh… kontolnya den Doni…. Enaaakk.. besaarr… lebih bessaaar… dari padaaaaa… punya suamiku… aaaagghhh…,”erang Tuti.

Nampak kepala Tuti bergoyang kekiri dan kekanan, kadang-kadang terangkat saat lesakan kontolnya Doni masuk lebih dalam di lubang vaginanya, lenguhan dan desahannya semakin sering terdengar, gairah birahinya yang terpendam selama satu setengah tahun hari ini terlampiaskan, gejolak birahinya meledak-ledak menikmati sodokan-sodokan kontolnya Doni, Tuti merasakan puncak pendakian birahinya akan segera tercapai, ia merasakan lahar kenikmatannya akan segera meletup,

“Ooohhh….den….terussss….genjot memekkkuuu… yang cepaaatt… den .. yang kuaaat… den….aaawwww….teeruusss…dennn… .yaaah…beegitttuuu…d eeen… makiiiinn ceppaatt… aaaghhh… dennn… makin kuaaatt… deen…. Aaaakuuuu… oooghhhh… mmmau..kheluuarrrrr… den…oohh..enaaaakkkk.,”Tuti mengerang sejadi-jadinya merasakan nikmatnya digenjot oleh Doni.

Mendengar erangan Tuti, Doni semakin mempercepat keluar masuk kontolnya di dalam lubang vagina Tuti, dan saat Doni merasakan kedutan kuat di batang kemaluannya iapun lalu menekan kontolnya sekuat-kuatnya kedalam lubang kenikmatan Tuti, dan

Sssssrrrrrrr…. Sssrrrrr……. Sssrrrrrrr….. Sssssrrrrrr…… lubang vagina Tuti akhirnya menyemburkan lahar kenikmatannya yang sudah terpendam selama satu setengah tahun.

“Ooouugghhh…deeennn…. Eeenaaaakkk….. nikkmaaattt….,hhhmmmm,” Tuti mengerang keenakan saat vaginanya mulai menyemburkan cairan kenikmatannya.

Doni mendiamkan sejenak kontolnya dalam lubang vagina Tuti, untuk memberi kesempatan kepada Tuti menikmati puncak kenikmatan yang diraihnya, dan Doni merasakan memek Tuti berkedut-kedut dengan kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya.


Terlihat nafas Tuti masih memburu, matanya terpejam, dimulutnya tersungging senyuman kepuasan, untuk pertama kalinya Tuti merasakan kenikmatannya bersetubuh dan untuk pertama kalinya juga Tuti mencapai puncak orgasmenya, selama menikah dan melakukan hubungan badan dengan suaminya belum pernah Tuti merasakan kenikmatan bersetubuh apalagi sampai orgasme, selama ia menikah yang ia lakukan hanya melayani suaminya saja, apalagi kalau suaminya melakukan hubungan seks tidak pernah melakukan pemanasan dulu seperti yang ia dapatkan sekarang ini.

Setelah nafasnya mereda Tutipun membuka kedua matanya, tapi ia jadi tersipu malu saat tahu bahwa kedua majikannya sedang menatap dirinya, mukanya langsung memerah, kedua tangannya secara otomatis menutupi kedua payudaranya, ia merasa malu, terutama kepada majikan mudanya itu, dari pertama ia bekerja dirumah ini, sering ia mencuri pandang kepada majikan mudanya ini, dan ia sering membicarakan kerupawanan majikan mudanya itu dengan Narti dan Ani, kedua temannya itu juga sering mencuri-curi pandang majikan mudanya itu.

Gerakan tangan Tuti yang menutupi kedua payudaranya itu, membuat Doni dan Dewi tersenyum, apalagi Doni yang kontolnya masih terbenam dilubang kenikmatan Tuti, tersenyum lebar dengan perbuatan Tuti tersebut.

Dengan perlahan-lahan Doni mulai kembali memaju mundurkan kontolnya di lubang kenikmatan Tuti, Tuti yang masih tersipu malu terhenyak dengan ulah Doni, iapun melenguh merasakan gesekan batang kemaluan Doni di dinding vaginanya, mukanya semakin memerah saat kedua tangan Doni mulai menggerayangi kedua payudaranya yang sedang ditutupi oleh tangannya, tangan Doni mulai menyingkirkan tangan Tuti sehingga kembali payudaranya yang masih ranum dan tidak terlalu besar terpampang dimata Doni, kemudian diremas-remasnya kedua bukit kembar itu sambil tetap menggenjot kontolnya keluar masuk lubang vagina Tuti dengan perlahan, erangan Tutipun kembali terdengar, nafsu birahinya yang tadi sudah padam, perlahan mulai menyala kembali.

Irama genjotan Doni yang pelan tapi teratur, membuat Tuti merem-melek menikmati sensasi gesekan kontolnya Doni di dinding vaginanya, lenguhan dan desahannya kerap terdengar dari mulutnya, apalagi remasan tangan Doni dan pilinan jemarinya bermain di kedua payudaranya dan kedua putingnya yang semakin menegang, Tuti merasakan kenikmatan yang sangat dan terutama ia merasa senang bahwa majikan mudanya ini sedang menyetubuhinya, ia juga bangga bahwa majikan mudanya yang ganteng ini sedang menikmati lubang vaginanya.

“OOoohhh…den… aaaghh…den…enak… den…kontolmu…enak sekali.. terus den genjot memekku…aaaghh…hhhmmm…aaaagghh ..,”desah Tuti.

“Enak..Tut, oooogghh… memekmu..juga enak…,”Donipun mengerang keenakan merasakan jepitan vagina Tuti di kontolnya.

Dewi yang melihat Doni mulai menggenjot Tuti kembali, iapun beranjak kearah Doni, tubuh Doni ia peluk dari belakang dan Dewipun mulai menciumi punggung, telinga, tengkuk Doni, dan salah satu tangannya bergantian mengelus-elus antara dada Doni dan biji peler Doni, Doni yang merasakan serangan Dewipun mulai melenguh, ia merasakan sensasi nikmat yang berbeda, terutama saat tangan mamihnya mengelus-elus biji pelernya yang sedang bergoyang akibat ia sedang memaju mundurkan kontolnya dilubang vagina Tuti, ciuman Dewi dipunggung dan tengkuknya membuat ia merinding kegelian.

Kontolnya semakin gencar keluar masuk di vagina Tuti, gerakannya semakin bertambah cepat, Tuti yang merasakan kontolnya Doni semakin gencar keluar masuk dilubang vaginanya bertambah melenguh, desahan dan erangannya semakin menjadi, cairan pelicin semakin banyak mengalir dari lubang vaginanya, bercampur dengan cairan pelicin yang keluar dari kontolnya Doni, akibatnya lubang vaginanya semakin basah, suara berkecipak aneh terdengar akibat beradunya kedua kemaluan Tuti dan Doni, bagi Doni dan Tuti suara ini menambah gairah birahi mereka, nafsu birahi mereka semakin membara seiring dengan semakin kerasnya suara berkecipak dari kemaluan mereka.

“Oooogghhh… Den. Enaaaak… teruss.. genjot…teruss….yyaaaahh… aaahhh.. Den kontolmuuuu… betul-betull enaaakk…terus den terus…. Genjot teruss…memekku ooooohhh.. den… ooohhh…,”Tuti merintih-rintih keenakan.

Sambil kedua tangannya tetap meremas-remas kedua payudaranya Tuti, genjotan-genjotan Donipun semakin bertambah cepat, sementara itu Doni merasakan elusan-elusan di biji pelernya berubah dengan remasan-remasan lembut, tangan mamihnya tidak mau lepas dari biji pelernya yang sedang bergoyang-goyang seirama dengan gerakan maju mundur kontolnya.

“Hhmmm…enak. Sayang … enak memeknya Tuti…hhmmmm…jangan lupa sayang sisakan buat mamihmu ini…sisakan kontolmu itu sayang….hhmmmm.,”Dewi berbisik lirih di telinga Doni

“Oouughh…sshh…aagghhh… pasti mih, kontolku ini selalu buat mamih, eenaaakk mih, seret…dan rapet…semppitt…ooogghh….,”jawa b Doni

“Oohhh… Den… Ooohhh… percepat genjotanmu.. den… aaaghh..aaakhuu.. mau keeluaarrr…laaggiii…iyaaa deenn….,”rintih Tuti yang merasakan puncak kenikmatannya akan ia raih kembali untuk kedua kalinya.

Doni tersenyum mendengar jeritan Tuti, hatinya membatin obat kuat yang kuminum betul-betul ampuh, untuk kedua kalinya Tuti kembali mau meraih puncak kenikmatannya,

“Hhhmmm…aaggghhh… keluarin Tut, keluarin….enaaakk.. Tut….kontolku enak… ini terima kontolku…aaaghhh,”kata Doni sambil mempercepat genjotannya.

“Iyyaaahh.. den…iyaaaahhh… kontolmu enaaak..sekaliii…ooooughhh.. den aaku gak kuat lagi den…aaaghhh…den….aaaghh…aaakku keluar deeenn…,”Tuti menjerit keenakan dan,

Sssssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr…. Sssssrrrrrr… Ssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr….. memek Tuti memuntahkan lahar kenikmatan untuk kedua kalinya, lubang vaginanya semakin basah oleh cairan kenikmatannya.

Nafas Tuti memburu menikmati puncak pendakian yang berhasil ia raih untuk kedua kalinya, dadanya naik turun seirama dengan nafasnya, kedua payudaranya bergoncang dengan perlahan mengikuti naik turun dadanya, Doni mendiamkan kontolnya terbenam di lubang vagina Tuti untuk memberikan kesempatan kepada Tuti menikmati sensasi orgasmenya.

Dewi tersenyum melihat Tuti kelojotan untuk kedua kalinya oleh terjangan kontolnya Doni, dan ia kagum melihat stamina Doni yang berhasil mengalahkan Tuti dua kali sementara Doni sendiri belum, Dewi terkejut karena dulu Doni selalu kalah bila bermain dengannya, Dewi jadi semakin penasaran ingin merasakan lagi kenikmatan disodok oleh kontolnya Doni, Dewi penasaran apakah ia akan kalah seperti Tuti atau ia dapat mengatasi keperkasaan anaknya, Dewi tidak tahu bahwa Doni telah minum obat kuat sebelum pertarungan ini.

Dewi memagut bibir Doni dengan penuh nafsu, vaginanya sudah ia rasakan sangat gatal ingin segera menikmati sodokan-sodokan kontolnya Doni, lidahnya menerobos kerongga mulut Doni, yang disambut oleh Doni dengan penuh nafsu juga sementara kontolnya Doni masih terbenam dilubang vaginanya Tuti, keduanya asyik berciuman sementara Tuti yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya melihat pemandangan ini dimana kedua ibu dan anak majikannya asyik berpagutan dengan penuh nafsu, sementara Tuti melihat tangan Doni mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, desahan-desahan birahi mereka terdengar, sementara Tuti merasakan memeknya yang masih disumpal oleh kontolnya Doni dan ia merasakan kontolnya Doni itu semakin mengeras dan berdenyut-denyut, walaupun sudah dua kali Tuti mencapai orgasme, tapi ia masih ingin merasakan lagi kemaluan majikan mudanya yang ganteng ini, tapi ia tahu diri untuk melihat atraksi yang akan dilakukan oleh Dewi.

Dewipun mendorong tubuh Doni sehingga kontolnya terlepas dari jepitan vagina Tuti, plooop…. Saat kontolnya Doni terlepas dari jepitan memek Tuti, dan Tuti melihat kontolnya Doni itu bergoyang setelah terlepas dari jepitan memeknya.
Tubuh Doni mengikuti dorongan Dewi, sehingga tubuh Doni berbaring ditempat tidur tersebut, Dewipun mengikuti dorongannya dengan menaiki tubuh Doni perlahan, selama itu kedua mulut mereka tidak terlepas berpagutan dengan mesra dan penuh nafsu.

Dewipun mulai menggesek-gesekkan vaginanya di batang kemaluan Doni, sehingga membuat kontolnya itu semakin keras, dengan tidak sabar Dewi mulai meraih kemaluan anak tirinya itu, diarahkannya kelubang vaginanya,

Slleeeeppppp….. kontolnya Doni terjepit oleh bibir vagina Dewi dan

Bleesssss……kontolnya Doni mulai menyeruak dilubang vagina tersebut saat Dewi mulai mendorong pantatnya, lalu

Bleeessss….. kontolnya Doni semakin masuk kedalam lubang vagina tersebut seiring dengan dorongan pantat Dewi, dan

Bleeessss….. kontolnya Doni akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, setelah dengan sekali hentakan kuat Dewi mendorong pantatnya lebih kebelakang,

“Aaaghhhh….. Doon, masuk semua kontolmu….dimemekku….aaaahhh sudah lama tidak kurasakan besarnya kontolmu ini….oooogghhhh,”Dewi melenguh merasakan kontolnya Doni yang terbenam dilubang vaginanya.

“Miiihhhh… aaaaghhh…memekmu masih sempit saja…aaaahhh…enak..Mih..enak,” Donipun mengerang keenakan merasakan sempitnya lubang memek Dewi.

Tanpa menunggu lama, Dewi mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sehingga kontolnya Doni keluar masuk dengan sendirinya, sementara Dewi menggoyang pantatnya, bibirnya semakin bernafsu memagut bibir Doni, tubuh keduanya seolah menyatu, mata Tuti terbelalak melihat aksi nyonya majikannya ini, Tuti tidak menyangka nyonya majikannya yang lembut bias beraksi liar seperti yang ia saksikan sekarang.

Dewi yang sudah berpuasa selama satu minggu inipun semakin liar beraksi diatas tubuh Doni, goyangan pantatnya betul-betul hebat, kadang-kadang pantatnya maju-mundur, kadang-kadang pantatnya ia putar-putar, Dewi yang sedang beraksi merasakan kontolnya Doni menyodok-nyodok lubang kemaluannya dengan keras dan tegang, kadang-kadang ia rasakan kontolnya Doni seperti sedang mengebor kemaluannya saat ia putar pantatnya.

“Ooohhhh…enak…Don, enaknya kontolmu….aaaahhh…hhmmmmhh…aaa aghh kamu enak Don, enak memek mamih…aaahhh….,”Dewi merintih keenakan.

“Aaaghh… Mih, nikmmat sekali…memek mamih betul-betul legit…ooohhh… Mih, terus mih goyang terus…ooohhh…putar mih, putar,” Doni mengerang merasakan keenakan kontolnya yang sedang keluar masuk di memek Dewi dan kadang-kadang ia merasakan kontolnya seperti diputar-putar saat Dewi memutar pantatnya.

Saat itu Dewi sedang dalam posisi menduduki Doni, sambil memaju mundurkan pantatnya dengan penuh semangat, Tuti melihat kedua payudara Dewi bergoyang seiring dengan maju mundur pantatnya, lalu dengan memberanikan diri Tuti mulai mendekati Dewi, dan mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, tidak hanya tangannya yang beraksi, tapi mulut Tutipun mulai ikut beraksi kedua payudara Dewi silih berganti ia jilati dan hisap-hisap, kedua putingnya tak luput dari jilatan dan hisapan Tuti, sehingga kedua putingnya Dewi semakin mengeras.

“Aaaghhh…Tut, hisapp…yaaah…oohhh…terus hisapp… ooohhh…,”Dewi mendesah keenakan menikmati serangan Tuti dipayudaranya dan serangan kontolnya Doni di kemaluannya.

Gerakannya maju mundurnya semakin bertambah cepat, dengan berpegangan di tubuh Tuti yang sedang asyik bermain dipayudaranya, Dewipun mengangkat pantatnya sedikit dan semakin gencar memaju mundurkan pantatnya tersebut, akibatnya kontolnya Donipun semakin gencar menyodok-nyodok memek Dewi, gerakan Dewi mulai tidak beraturan, tubuhnya kadang-kadang mengejang, nampaknya Dewi hamper mencapai puncak kenikmatannya.

“Aaagghh….Don,, enaaak…sekaliiii…Don, ooogghhh…..aaakuu…mau keluar Don, aaagghhh…kontolmu memang ….nnniiikkkmaaat,”Dewi mengerang,

Dan …

“Doooonnniiiii, aaaaghhhh….mmaammihh keluar… sayang…aaaahhh…. Nikmat ssaaayyyaangg…..oooghhhh….,”De wi merintih, tubuhnya mengejang saat vaginanya memuntahkan lahar kenikmatannya,

Sssrrrrrrr….. sssrrrrrr… ssssrrrrr….. sssrrr….. sssrrrr…. Lahar kenikmatan Dewi menyembur membasahi batang kemaluan Doni yang sedang berada dalam jepitan vaginanya itu.

“Enaaaakk…mih, eeenaaakk… kontolku …Mih., keluarin mih…keluariin ooohhh,” Donipun merintih

Doni melihat tubuh mamihnya mengejan-ejan, sementara itu Tuti yang sedang menghisap-hisap payudara Dewi merasakan tubuh nyonya majikannya itu bergetar dengan hebat, saat ia mendengar teriakannya yang memberitahukan bahwa dirinya telah mencapai puncak kenikmatannya.

Tubuh Dewi bergetar dengan hebatnya saat ia merengkuh puncak kenikmatannya, dinding vaginanya berkedut dengan kuat seperti yang dirasakan oleh Doni pada batang kemaluannya, seolah-olah meremas-remas kontolnya itu, sambil berpegangan pada tubuh Tuti yang masih memainkan kedua payudaranya, Dewi menikmati sensasi orgasmenya kali ini, ia harus mengakui bahwa sekarang ini ia dikalahkan oleh anaknya dalam pertempuran ini, nafasnya masih terdengar memburu, hisapan dan remasan Tuti dikedua payudaranya semakin menambah nikmatnya orgasme kali ini, dimulutnya tersungging senyum kepuasan, matanya masih terpejam menikmati puncak kenikmatan yang berhasil ia raih.
»» Baca selengkapnya.....

Yes, harder. Fuck me...


It was 4 p.m. and the office was shutting down for the day. Stephanie Thompkins was at her desk looking through the stack of correspondence that must be taken care of in the morning, when the phone rang. It was him. “Be in my office in five minutes,” she said and hung up the phone. The thought of having the building’s electrician she had been flirting with in her office set her heart racing. Five minutes…enough time to go to the bathroom, freshen up, and give her desk the appearance of organization.

Two assistants were killing time in the bathroom when she got there. Their faces blushed red as they quietly picked up their purses and left to go back to their desks. “Got ya,” she thought with a grin spreading across her face, “It’s nice to be the boss.” Stephanie peed quickly and washed her hands. She took a little more time putting her hair back into place as she looked to see if her makeup needed to be refreshed. After deciding that the makeup would do, she sprayed a little bit of perfume into the air to let the fragrance mist over her as she walked out of the room.

Her desk was the big problem, though – it would take hours to make it look organized. A couple stacks of paper were thrown together as she glanced at the clock her mentor had given her when she left her last job to start her own business- 4:04, it read. Her heart began to beat faster and her palms became damp with sweat. Enough time to hang up the raincoat she had thrown into a heap on the sofa and dispose of the Chinese take-out that she had forced herself to eat while she worked on the latest proposal for the company’s number one customer. Lucky for her, the window blinds were already drawn.

Stephanie sat down at her desk and took a deep breath. 4:05. “I made it!” she thought with a grin as the elevator across from her office opened. It was him. The muscular body of the electrician began picking its way through the main office towards her when one of the secretaries tapped on her doorframe. “Yes, Linda?” she asked with disappointment edging her voice.

“Could you sign this requisition for me, Ms. Thompkins? It needs to go out with the 4:15 courier.” Stephanie took the purchase order out of Linda’s hand as the electrician entered the room and nodded a brief hello; she placed her signature at the bottom. “Thank you, Ms. Thompkins,” Linda said as she accepted the signed paper and turned to go. “Hi Rick,” mumbled the secretary as she left the office, not noticing the glare she was receiving from Stephanie.

“Hey,” was the soft reply. Rick was the dream of every woman in the office, and a few of the men. He stood just less than six feet tall and had the rippling muscles of a man who liked to lift weights to keep physically fit. His blue eyes shown under short, slightly wavy brown hair the color of chocolate. And everyone who noticed imagined how his large, strong hands would feel caressing their bodies. His voice could melt even the coldest heart, turning it into a pool of warmth.

ads by AdXpansion

Rick looked at Stephanie, and with a smile asked, “Where is the unit I need to check?”

“Right above the door,” she answered, pointing to a spot above his head. She could barely pull her gaze away from his as she picked up the phone ringing on her desk. “Yes, this is Ms. Thompkins. What can I help you with?”

Rick nodded, mentioned something about a ladder and left the room. Stephanie knew he was going to the supply closet located on the other side of the office. She jotted down notes pertaining to the phone conversation she was having, not really paying attention to the man on the other end. All she could think about were the eyes of nearly every other person who worked for her watching the Adonis of a man walking through the workspace.

“I think we can handle the situation for you. Thank you, Mr. Marshall,” she said before hanging up the phone. At that moment, Rick returned carrying a small stepladder.

“Did you miss me?” he asked while setting up the ladder. Stephanie stared at him coldly for a couple of seconds, wondering what the secretaries sitting outside her door were thinking.

Then she smiled and licked her dry lips as she saw him bend down to pick up the pencil he had dropped. “What an ass,” she thought as her eyes languished over his body.

Rick started up the ladder. “Where exactly is the unit, Ms. Thompkins?”

“Actually, I think you might need to close the door in order to get close enough,” Stephanie answered as she moved out from behind her desk.

She pushed the door shut as Rick adjusted the ladder. Stephanie steadied it as Rick climbed the two steps he needed in order to be level with the top of the door. “It’s right up there,” she whispered as she pointed to a blank space of ceiling, her arm lightly brushing against his upper thigh.

She could not tear her eyes away from the growing bulge encased in his tight jeans as she heard a sharp intake of breath. He swallowed and could hardly speak. “There?” was all that could come out of Rick’s mouth for the moment. She hoped more sounds would be coming out of those soft lips soon.

“Yes,” Stephanie whispered as her hands slowly met at Rick’s waistband. She quickly unbuckled the black leather belt and undid the top button of his jeans. She put her face to the front of his crouch and began moving her lips over his ever-increasing bulge.

“Uh…. Ms. Thompkins? Would you like me to get off the ladder?” Rick asked, unable to get his breath.

“No…if you need to, rest your hands on my shoulders. And Rick, call me Stephanie,” she said with a touch of authority.

Stephanie looked up at Rick and smiled as her fingers began unbuttoning the remainder of his fly. He closed his eyes slowly as she pushed them lower on his hips. Stephanie’s smile broadened when she noticed Rick was not wearing any underwear; a moan escaping from both of their lips as she lifted his stiffening manhood from the fabric encasing it.

Gently, she caressed his hardening cock with her hands. Stephanie glanced up at Rick’s relaxed, yet excited, face as if to ask his permission about what she would do next. His eyes were closed and his lips slightly parted as she brushed her lips over the head of his penis. She could feel him moan from deep within his chest.

“Take off your T-shirt,” she said briefly. Rick did as Stephanie commanded, dropping the T-shirt to the floor. He then placed his hands on her shoulders and began to lightly knead the muscles.

Slowly, Stephanie took Rick’s cock into her mouth, running her tongue down its shaft. “Oh, that feels so good,” she barely heard Rick say as she started to move his hard cock back and forth past her lips. She cupped her hands on the tight ass she had noticed earlier and felt him begin to move in time to how she worked her mouth over his member.

Rick placed a hand on the back of Stephanie’s head, leaving the other on her shoulder. “Oh, God…,” he moaned as he started pumping faster. “Let me suck you…please.” The plea was half spoken, half moaned.

Stephanie slowly withdrew Rick’s penis from her mouth, but didn’t let him go just yet. Still cupping his ass, she flicked her tongue over the swelling head of his hard shaft and felt it jump as he groaned loudly.

Stephanie let go of Rick and moved to the sofa. He gingerly stepped down from the ladder and crossed the room in two quick steps. “Are your assistants still working?” he asked softly as he shrugged out of his jeans. His cock was ramrod straight.

“Yes,” Stephanie answered. “They leave at 4:30. It’s 4:20; we have to try to keep quiet for another 15 minutes, just to be sure everyone has left.” She unbuttoned her blouse to show Rick her swelling breasts through the silk camisole she wore. “Suck me…now!”

Rick bent towards her breasts as Stephanie took off her blouse. Rick lifted the camisole over her head and licked the skin between her breasts before taking a nipple into his mouth. As his lips and tongue scorched her flesh, Stephanie shivered with delight. Rick began to tease her nipple with his teeth; a soft cry escaped from her lips.

As he continued to suck Stephanie’s nipples, Rick slowly traced the fingertips of his right hand down her side. He gently lifted Stephanie’s skirt and parted her thighs, moving his hand towards her damp mound. When Rick began caressing her swollen folds, Stephanie let out a gasping “yes.”

Heat filled her eyes when Rick looked into Stephanie’s face. He started kissing his way down her torso, lingering in each spot for a few seconds as if trying to leave his mark. Hesitating briefly at her mound, Rick brought his fingers to his mouth, wet with her juices. He gazed at Stephanie long enough to see her eyes widen and her lips form an “o” of pleasure as he sucked his own fingers.

After having that small taste of her, Rick knew he had to have more. He eased her thighs further apart and rested his hands on her hips. He could see Stephanie’s juicy cunt begging for his tongue to enter as she draped her legs over his shoulders and hugged his head closer to her. “God, you are so wet,” he whispered, loud enough for her to hear, as he moved even closer to her cunt.

He began rolling his tongue over her pussy lips, exploring the folds of her body. Rick slid his tongue deeper through the folds of her cunt until he found her clit, pulsing wildly. Deftly, he placed Stephanie’s clit between his lips and started to suck and tug at it while still licking her pussy.

Stephanie arched her back and started rocking her hips as Rick continued to suck and lick her, his face beginning to drip with her juices. As Stephanie’s breathing became gasps of pleasure, Rick drove his tongue deep into her cunt.

She let out an audible gasp. At the same time, she grabbed and pushed Rick’s head deeper into her as she continued to thrust her cunt into his face. Her moaning was steadily becoming louder and more intense as pleasure rolled over every inch of her body.

Rick was moving his face and tongue wildly over her pussy lips when Stephanie tightened her legs around his shoulders. “Oh, God. Don’t stop,” she almost screamed; luckily the clock on Stephanie’s desk read 4:35 and everyone had left for the day. Well, almost everyone – Linda was standing just outside the boss’ door listening intently, fingering herself and almost as wet as her boss.

Rick began moving his tongue faster and faster, in and out of Stephanie’s pussy, moving her closer to the peak of orgasm. She grabbed his head and pushed him harder into her cunt as she started to pump his face with more force. “Oh, God! Oh, God! Yes! Yes!” she screamed as she orgasm peaked and came in Rick’s mouth.

He stayed with his face in her pussy, tongue slowly sliding up and down her cunt as her breathing steadied. “You taste wonderful, Stephanie,” he said softly as he pulled himself into a kneeling position in order to look at her face. There was a lazy smile on her lips as she motioned for him to come closer for a kiss.

As Stephanie and Rick kissed, they her a stifled moan coming from the other side of the closed door. Stephanie grabbed her blouse and sprang to open the door just as Linda brought her hand out of her pants. “Uh, Ms. Thompkins. I didn’t know there was anyone else here,” Linda exclaimed guiltily.

“You were wrong. Get into this office, Linda,” Stephanie demanded. There was not much Linda could do but comply.

“Yes, Ma’am,” Linda answered meekly, not looking at Rick, who was sprawled out on the sofa stoking himself.

“Would you like to join us?” Stephanie asked, a wicked grin on her face. Linda glanced back and forth at Rick and Stephanie, a startled look on her face. “Take off your slacks and sit on the sofa.”

As soon as Linda had sat on the sofa, Stephanie was on her knees in front of her. “Such a bad employee, listening in on a private consultation. And so wet,” Stephanie purred, stroking Linda’s thighs. Stephanie could feel Linda’s leg muscles tighten beneath her hands.

Stephanie, who had always prided herself for being liberal, began to massage Linda’s pussy with her fingers. “That’s a good girl. You can relax now. That’s it…just let yourself go,” Stephanie whispered as she lowered her face so her tongue could brush over Linda’s clit.

Rick moved to a kneeling position too, next to Linda. His cock was stiff and throbbing as he brought it close to her mouth. As it came closer to her lips, Linda opened her mouth to take it in. Soon, his penis was disappearing into Linda’s mouth as he grabbed her head and started pumping.

In just moments, all three were moaning. Rick looked over at Stephanie to see her head bobbing up and down in Linda’s lap and her ass in the air. He looked down at Linda sucking his throbbing cock faster and faster. And he knew he had to start fucking one of the two beautiful women in the room, so he disengaged himself from Linda’s wonderful mouth and got to his feet.

Rick quickly moved behind Stephanie and said to her, “Don’t stop.” He got down on his knees and put one hand on her hip as he guided himself to her still swollen pussy. He heard her moan as he slid his hard, throbbing cock into her tight cunt and began to slowly thrust in and out. “Your tight cunt feels so wonderful,” he groaned.

Stephanie’s ass started rocking back and forth forcing Rick further inside her as she continued to lick and suck Linda’s clit. Linda, feeling the rhythm of Stephanie and Rick’s fucking, started moving her hip with the same motion. In seconds, she was taking fistfuls of Stephanie’s hair as she screamed out in pleasure.

When Linda’s screaming had stopped, Stephanie looked up to see Linda closing her eyes in satisfaction. “Now I can focus on this huge cock fucking me!” Stephanie thought, rocking towards Rick’s abdomen with more force. She felt Rick’s hands tighten on her hips as he slammed his cock into her pussy, forcing her to exhale quickly. She could hear the slap-slap of their bodies joining together, then coming apart, again and again.

“Come on, baby. Take all of me,” came Rick’s voice, low and throaty. “Let me fuck you hard!”

“Yes, harder. Fuck me, Rick!” Stephanie cried out through quick breaths.

Rick started pounding Stephanie faster and harder, feeling as if he would burst. “Oh, yeah!” he moaned repeatedly as he came closer to cumming. He pulled out of her hot, tight cunt just before he could shoot his load.

As soon as Stephanie felt herself release Rick’s cock, she spun around to face his hand sliding furiously up and down his hard, throbbing member. “Cum in my face, you bastard!” she yelled. He placed his free hand on her shoulder roughly as his cock started to jump.

“Oh, God. Yes!” Rick groaned loudly as he started to shoot his load at Stephanie. Cum was spurting out of his cock – in her hair and mouth, on her face, even on Linda who was still relaxing on the sofa behind her. He let out a sigh as he stroked his cock one last time to let the last drop of cum fall on Stephanie’s tongue.

Feeling spent, Rick dropped down to his knees in front of Stephanie, who was leaning back into Linda’s lap. Linda was caressing Stephanie’s hair as Rick laid his head between Stephanie’s breasts.

“Too bad we can’t get paid for overtime like this,” Stephanie joked to them both as she put her hands on Rick’s head. “We will have another meeting like this tomorrow at 4:20. Make sure you are here on time.”

“Yes, Ma’am,” answered Rick and Linda in unison. Stephanie closed her eyes and smiled content
»» Baca selengkapnya.....

Oh my god, it's so big





I always dreamed of watching my wife kathy being fucked by a well hung black man. We
role play in bed and one of our favorite “plays” is when she’s raped by a black
man with a very large cock. I decided to set up the real thing without her
knowledge because I know her and she would never agree to it.
Our anniversary was coming up and we decided to go out to dinner and then get a
honeymoon suite for some fun. Without her knowledge I found a black man on
Craigslist who was interested. I met him and told him that I wanted him to fuck
my wife but she would pretend to fight him. He was ok with this but he wanted
assurances and made me sign a paper saying this was a fantasy being play acted
by the three of us. I signed the paper and then asked him to show me his cock. I
wanted to make sure it was big enough. He showed me and I was impressed, it was
at least 8″ long when it was flaccid. He said it grew to 10″ long and was very
thick. It would be more than twice the size of my cock and I wondered if Kathy
would be able to take it. We left to meet again tomorrow night at the hotel.
The next night we went out to dinner and had a great time. I tried to get her to
drink but she only wanted water. We went to our room and I ordered champagne and
we each had a glass. I had to do something because James was going to be at our
door in 15 minutes. I didn’t know what to do so I told her I wanted to tie her
to the bed and pretend to rape her. She said ok and got naked and then I got a
towel and tied her hands over her head. I then gagged her with a wash cloth.

I just finished when I looked at my watch and saw it was time. I checked to make
sure she couldn’t get loose and then went to the door. James was waiting outside
and I let him in. I went back to my wife and told her I had a surprise for her.
James walked in and her eyes got very big and she started to shake her head and
try to get loose. I held her down and told her that our fantasy was going to
come true no matter what. I told her if she calmed down I would pull the gag
from her mouth. She calmed down and I pulled the gag out.
“WHAT THE FUCK ARE YOU THINKING Terry; I DON’T WANT THIS YOU ASSHOLE! GET HIM OUT OF
HERE NOW!”
“Honey, just this one time for me please. I’ve always dreamed about this and I
know you did to. We play act this so I know you’ve thought about it.”
“THAT WAS FUCKING PLAY ACTING YOU ASS!”
“OK, I’ll put the gag back in.”
“NO! I can’t breathe with it in.”
“Then your ok with James?”
“NO FUCKING WAY!”
“Yes fucking way! James, show her what she’s going to get.”
James took off clothes and finally pulled off his boxers and his soft 8″ cock
was on display.
“What do you think honey? Do you want some of that? Honey? Hello? Anybody home?
KATHY?”
“. Terry, I can’t do this. I don’t want this, please make
him go away. It’s too big for me. I can’t believe you really want to watch me
being fucked by another man.”
“I’m not only going to watch you being fucked by James but I’m also going to
film it. James, come over here, it’s time to start.”
“NO! NO! NO! I’ll scream if you come one step closer!”
“NO YOU WON’T!” I grabbed the gag and started to put it in her mouth. “Do you
want the gag? If you promise not to scream for help I won’t gag you.”
She shook her head up and down and I took the gag out. “I can’t breathe you
asshole. I won’t scream for help but this is fucked up. I don’t want this.”
James got on the bed with my wife. They were both naked. Kathy is a beautiful
Italian woman of 42 years. She is 5’2″ 135lbs and has firm 36B tits and has
curves in all the right places. She is a brunette and her pussy is shaved. James
is a large black man who is around 25 and must be 6’2″ 220lbs and is all muscle.
James finally says “Kathy, I want you to enjoy this. Please let me make you feel
good. I promise I’ll be gentle and you’ll enjoy this more than anything you’ve
ever experienced. Your husband Terry must really love you to set this up and try
and please you.”
“He’s a selfish bastard! He’s a sick pervert for wanting this. I don’t want your
cock, I only want his.”
“Kathy, you’re a beautiful woman, I going to start now.”
I started the camera as James started licking her tits and then sucked on her
nipples.
“Terry, please, please stop this. I’m begging you. James don’t touch me, leave my
tits alone, please don’t suck my nipples.”
“Honey, I’ll untie your hands if you promise to behave.”
“FUCK YOU BOTH!”
“That can be arranged before the night is over.”
His cock was hard now and she was mesmerized by its size and kept staring at it
while it grew to its full length and girth.
“Kathy, I need to get you ready for my cock. It won’t hurt but I have to get
your juices flowing.”
I told James “there’s some KY on the dresser.”
James got the KY and put it on his cock and stroked it until it was completely
covered.
“No guys, I don’t want this, please stop. I don’t want his cock in me. Mark, it
will destroy my pussy.”
“Honey, you had three kids come out of there, it will tighten up with time.”
James then forced Kathy to spread her legs by putting his body between them and
applied some KY on his fingers and stuck them up her pussy.
“TAKE YOUR FINGERS OUT OF MY PUSSY YOU BLACK BASTARD! NOOOOO! OH, OH, OH!”
James had pushed 3 fingers deep in her pussy and was moving them around getting
the KY deep as possible.
“Kathy, I’m going to stick my cock in your cunt now.”
“NOOOOO! Please no, I’ll do anything but this; I’ll suck your cock and swallow
but don’t do this. It is rape, my husband never told me about this. Mark, tell
him, PLEASE, I’m begging you.”
“Kathy honey, this is now between you and me. I’ll go easy and you’ll love it.”
Kathy started to try and kick James but he just spread her legs and lifted her
knees up and got between her legs and I got behind and underneath them so I
could film the initial penetration. James placed his head against her pussy lips
and pushed and his cock slowly entered her pussy.
“NOOOOOOO! OH MY GOD IT HURTS! YOU’RE SPLITTING ME OPEN! STOP! I CAN’T TAKE IT.
IT’S TOO BIG. PULL IT OUT!”
I watched her pussy lips spread until his head was all the way in. It looked
like a tight fit and her pussy looked like it was about to tear from the
tightness.
“JAMES, STOP, WAIT, OH, TIGHT, TOO BIG, OHHHHHH, OH MY GOD, NO, WAIT, STOP,
DON’T GO DEEPER PLEASE NO, I DON’T WANT THIS, TAKE IT OUT. MARK, PLEASEEEEE HELP
ME, HELP ME, MAKE HIM STOP, IT’S KILLING ME. OH, OH OH HELP ME SOMEBODY I’M
BEING RAPED!”
I said, “SHUT THE FUCK UP KATHY! I’LL FUCKING GAG YOU IF YOU SAY THAT AGAIN!
James, don’t move until she tells you and listen to her if she wants you to go
slow but don’t listen if she tells you to pull out.”
I then noticed that James forgot to put on a rubber. “JAMES! YOU FORGOT TO PUT
ON A RUBBER! WHAT THE FUCK!”
“Mark, I forgot with all this excitement, I’ll fuck her for a while and then put
a rubber on.”
“Terry!!!! I’LL GET PREGNANT! I’M AT THE PERFECT TIME TO GET PREGNANT! OH GOD NO!
TAKE IT OUT NOW!”
I didn’t think it would be a problem if he fucked her for a little while before
putting a rubber on so I said “James, you can fuck her for little while bareback
but don’t come in her.”
“OK Mark.”
“THIS IS CRAZY! I’LL GET PREGNANT YOU IDIOTS!”
“Kathy, just let me get my cock all the way in and fuck you for a few minutes
and then I’ll put a rubber on.”
We all got quiet waiting for Kathy to give James the go ahead to go deeper. I
had a close up of her pussy with the cock head in it and her asshole. I suddenly
saw her asshole start to spasm and I knew she was cumming.
“OH MY GOD I’M CUMMING! FUCK! FUCK! IT’S SO BIG! AHHHHHHHHHH!”
My wife has a special quality and it’s an explosive orgasm. She shoots cum out
like she’s peeing. I got a great close up of it spraying all over James cock and
groin.
“Kathy, that was special, I love it when a woman cums on my cock but that was
the first time I ever saw and felt that. I love it.”
“FUCK YOU!”
“James, I don’t think Kathy was being very nice to you and is ever going to tell
you to go deeper so you can go deeper if she cums on your cock. I think that’s a
sign that she’s ready for more.”
“FUCK YOU BOTH!”
James started to push in deeper.
“OH! OH! OH MY GOD! FUCK! FUCK! TOO BIG! OH SHIT! AHHHHH! IT’S TOO BIG! AHHHHHH!
PLEASE NO MORE, NO MORE, take it out, please.”
James stopped again with half of his cock in her.
“Kathy honey, I’ll stop again. You’re doing good honey, relax, it will go in
easier.”
I had a great shot of the penetration. His cock was now half way in, farther
than I could go but it was the girth that was giving her the problem. Her cunt
was stretched around the cock as tight as possible. They were quiet again and
lay still for a few minutes until I saw her asshole start to wink again. She was
cumming again and she never did this me, just holding still and cumming while I
needed to fuck her long and hard for this to happen.
“OHHHHHHHHHHHHHHHHHH! OHHHHHHHHHHHHHHH! OH MY GOD! CUMMING AGAIN!
AHHHHHHHHHHHHHHH! FUCKING HUGE COCK, TIGHT CUNT, MY CUNT TIGHT, OHHHHHHHHHHHHHH!
OH MY GOD!”
She ejaculated again shooting cum all over the both of them.
James pushed in deeper again.
“OH! OH MY GOD! HOLY SHIT! Slow, go slow, it’s big, ohhhhhh, it’s getting better
now.”
James kept on pushing and finally was all the way in. It was unbelievable that
my wife Kathy had taken this cock all the way in. It had taken 15 minutes to get it
all the way in.
“Kathy, do you like my cock yet?”
“It feels better now but I wish you’d pull it out. I never wanted this.”
James now started to pull all the way out and her cunt lips pulled out with his
cock. It almost looked like he was going to pull her pussy out of her body. His
cock was almost completely out and then he started to push it back in and her
pussy lips rolled back in.
“OH! OH! OH! Untie my hands, please, I’ll behave.”
James untied her hand while he fucked her long and slow. Her hands immediately
went to her crotch and spread her pussy for him.
“OH YEAH! That’s it. Oh my God that’s it. OHHHHHHHHHHHHHH! CUMMING AGAIN!
She screamed and squirted again. The bed was a mess from all her cum but they
just kept on fucking. The pace had picked up now and Kathy was fucking back
hard. Her hands were on his ass pulling him in hard. Kathy started to kiss James
now, frenching him while lifting her pelvis to allow him maximum penetration. I
was a little worried that they were going too far without protection.
“Kathy, James, maybe you should stop for a moment so James can put a rubber on.”
James whispered into Kathy’s ear and they both started laughing.
“No honey, I think we’re ok like this.”
They both started giggling and then got back to animal fucking. They were locked
together with their lips and at the groin. James was deep inside her when I
suddenly saw his cock twitch.
“OH KATHY! OH KATHY! I’M CUMMING HONEY! I’M CUMMING IN YOUR SWEET TIGHT CUNT.”
He jammed his cock in and shot load after load in my wife’s pussy while she
pulled on him to get in deeper.
“OH James, that’s it baby, give me your sperm, shoot it in me and knock me up.”
“NOOOOO! PULL IT OUT! WHAT THE FUCK ARE YOU TWO DOING?”
“You wanted him to rape me so I let him cum in me to teach you a lesson. Rapist
don’t wear condoms so maybe you should have thought about letting him rape me.
James, stay in me so none of your sperm leaks out.”
They stayed coupled whispering and giggling to each other.
“Terry, he’s bigger than you when he’s limp, it’s unbelievable. Did you see how
many times I came; I’ve never done that with you. I wonder if you cock is too
small for me.Terry”
They both really laughed at that.
They kept on kissing and touching each other and finally James started moving
his hips again. Shit, he was already hard again. My wife and James started to
fuck again. They fucked for about 30 minutes with Kathy cumming many times and
James finally dumping another load in her.
They fucked all night long with James never having to pull out because his cock
was so big even when it was flaccid. James must have dumped 5+ loads of cum in
my wife’s pussy before they feel asleep with his cock still in her. I finally
got tired of filming them so I went to sleep in the chair. I woke up to find
them fucking again. They finally finished and James pulled his cock out of my
wife’s pussy. His cock had been in her pussy for lord knows how many hours
straight. Her pussy looked like raw meat; it was wide open, raw and red. It was
completely filled with cum and she was careful not to spill any.
“Terry, do you see what James has done to me? I’m his slut now. I’m going to wait
until all his cum drains into my womb before I get up. Do you want to lick my
pussy and taste his cum? Come on, just give it a taste.”
“FUCK YOU SLUT!”
“HEY! THAT’S NO WAY TO TALK TO MY LADY!”
“YOUR LADY! SHE’S MY WIFE!”
“She going to leave with me and we’re going to fuck for the rest of the weekend.
I’ll bring her back home Sunday night.”
“WHAT!”
“That’s right honey, James is taking me to his house and we’re going to fuck
until Sunday night and there’s nothing you can do about it. You should have
thought this through, letting a big cock like that fuck me has opened my eyes. I
don’t want your puny dick anymore. I’ll live with you for your money but James
is now my lover.”
I went towards Kathy but James stopped me, “Terry, I don’t want to hurt you but I
will.” He grabbed my arm and almost twisted it off. I screamed in pain and they
both laughed.
“James, make him lick my pussy and eat your cum.”
“Mark, do it or I’ll tear your arm off.” He pulled me up by my arm and pushed me
over to her pussy and pushed my head in there. “Lick it! NOW!”
I started to lick her pussy; it was ing. It was wide open and his cum was
everywhere. I could taste his cum and it was horrible.
“James, make him suck the cum up and swallow it.”
My wife was crazy, why was she doing this to me.
James twisted my arm and I screamed again. “Suck the cum from her pussy and
swallow it. I don’t want any of my cum to spill out from your mouth or her
pussy, UNDERSTAND!”
I started sucking the cum out of her pussy like I was sucking on a straw. It was
the worst experience of my life. I finally got most of the cum out and I sat up.
They both laughed at me as I wiped the cum off my face and they started to get
dressed and they left.
I went home and was in a daze until my wife came home the next night. She looked
like she been fucking non stop since she left me.
“Mark, I hope you learned your lesson. I let him have me and forced you to suck
his cum from my pussy so you would know how I felt. How dare you let anybody
have me. You don’t own my pussy. I own it and I’ll decide when, where and who
gets to put their cock in me.”
“Kathy, I’m sorry, it was a mistake.”
“Fucking right it was a mistake.”
“You let him cum in your pussy, now you’re going to be pregnant.”
“No I’m not, he told me he was fixed.”
“You stupid slut! I got medical tests from him to prove he was disease free and
it also said he had a very high sperm count.”
“OH MY GOD! THAT ASSHOLE! I let him fuck me at least 20 times, shit, I’m going
to be pregnant! YOU ASSHOLE, IT’S ALL YOUR FAULT!”
“Where do we go from here?”
“I’m going to fuck James all the time and you can watch whenever you want. I
can’t even describe to you how great a big cock feels. I can’t stop even if I
tried. You can fuck me when James isn’t around but he’ll probably be fucking me
3-4 nights a week. If I get pregnant by him then so be it. If you want to stop
me from getting pregnant, maybe you should suck the cum from my pussy all the
time.”
She pulled her pants and panties off and spread her legs to show me her pussy.
She pulled her pussy lips apart and his cum started to drip from her pussy.
“Come on Mark; suck his cum from my pussy.” She stuck two fingers up her cunt
and pulled a bunch of cum and put it in her mouth and sucked the cum off.
“MMMMMMM, sure you don’t want some? It’s good and I know you liked it before.”
“FUCK YOU SLUT BITCH!”
Oh my God! What have I done?
»» Baca selengkapnya.....