Ngentot Dengan Anak Les

Aku sekarang memberikan les privat untuk mata ajaran matematika kepada anak2 SMP dan SMU. Mereka datang kerumahku setelah magrib. Ampir tiap sore ada saja anak yang dateng les. Aku hanya menerima satu orang setiap dateng sehingga aku bisa konsentrasi membimbing mereka. Salah seorang anak lesku, lelaki, masih SMU, umur 17 tahunan, orang Sunda. Sandi, namanya, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya tidak gemuk tapi besar dan kekar karena Sandi seorang atlit karate.

Suatu sore, ketika Sandi ngeles, suamiku sedang diluar kota. Sore itu aku hanya memakai celana pendek gombrong dan kaos yang kebesaran. Aku baru selesai mandi ketika Sandi datang, sehingga aku tidak mengenakan bra ketika menyambutnya. Toketku yang besar tercetak di kaosku, pentilku yang juga besar membayang juga. Ini membuat mata Sandi melotot memandangi toketku. "Hayo, kamu ngeliat apa San, sampe melotot gitu", godaku sambil tersenyum. Kita berdua duduk di sofa. "Teteh cantik dan sexy sekali", jawabnya. Dia memanggilku teteh, yang dalam bahasa Sunda artinya kakak. "Terus kalo teteh sexy kenapa?", pancingku terus. "Kamu ngaceng ya", aku to the point saja ke dia. Dia terdiam, mukanya memerah. Mungkin dia malu karena aku tau pasti dia terangsang melihat penampilanku. Gak lelaki dewasa, gak lelaki abg, semuanya napsu kalo melihat aku pada posisi dan pakaian tertentu, cuma suamiku saja yang sepertinya gak punya napsu terhadapku. Aku senang bisa mempermaikan napsu lelaki abg yang duduk disebelahku. Aku sengaja meletakkan tanganku di pahanya dan mengelus2nya. Kulihat selangkangannya membengkak, aku hanya membayangkan berapa besarnya barang yang tersembunyi dibalik celananya yang menggembung itu. "Kamu dah punya cewek San?' tanyaku lagi. "Sudah teh", jawabnya. "Kalo pacaran, kamu ngapain aja?" tanyaku lebih lanjut. Dia diam saja. "Kamu pasti ciuman ya". Diapun mengangguk. "Cuma ciuman?" Kembali tidak ada jawaban. "Pasti sembari ciuman kamu ngeremes toket cewek kamu ya". Dia mengagguk perlahan. Aku geli melihat lelaki abg itu blingsatan duduk disebelahku. elusanku dipahanya yang masih terbungkus celana jeans ketat makin naik kearah selangkangannya. "Toketnya besar gak San". "Lumayan". "Mana besar sama toket teteh". "Punya teteh lebih besar". "Kamu pengen gak ngeremes toket teteh?" aku terus memancing napsunya. "Boleh teh", dia rupanya sudah dikendalikan napsunya. Aku meraih kepalanya dan mencium bibirnya dengan penuh napsu. Dia segera membalas ciumanku dan tangannya segera meremas2 toketku. Napsukupun naik jadinya. "Teh, toket teteh besar dan kencang, jauh lebih besar dari toket cewekku". Kubiarkan dia ngeremes2 toketku. "Cuma ngeremes toket San kalo pacaran, pernah gak kamu ngelus nonok cewek kamu". Dia tidak menjawab, dia menciumi pipiku sambil terus merems2 kedua toketku bergantian. Karena tidak dilapisi bra, dia leluasa sekali menggerap toketku. Aku sduah basah juga karena ulahnya, sebenarnya karena ulahku sendiri. "Jembutnya lebat gak San", aku terus menginterogasinya. "Lebat juga teh". "Oh kamu dah pernah negliat toh nonok cewek kamu. Kamu seuka ngeliat jembutnya yang lebat". "Suka banget teh". "Cuma diliat dan dielus doang?" "Cewekku minta dijilat kalo udahnya". "Kamu telanjang dong berdua". "La iyalah teh, udah napsu soalnya". "Jadi kamu udah ngen tot juga ama dia". "Sering juga teh", jawabnya. Gak heran dia jadi napsu sekali melihat penampilanku sore ini. "Nikmat ya San kalo ngen tot, kamu ngecret diluar atau didalem". "Nikmat banget teh, aku keluar selalu dimulutnya, kalo dah mau keluar aku cabut dan dia langsung ngemut sampe aku keluar". "Enak dikamu gak enak didia dong". "Enggaklah, dia udah enak duluan sebelum aku cabut". Aku tidak dapat menahan diriku lagi. Segera aku cium kembali bibirnya dan tanganku segera meremas gundukan diselangkangannya. "Kontol kamu gede juga San, panjang ya. Keenakan dong cewek kamu". Aku kembali mencium bibirnya, tangannya mulai mengelus2 pahaku, terus keatas dan menyelinap dibagian kaki celana pendekku yang gombarang. sampe diselangkanganku, langsung dia mengelus gundukan nonokku yang masih dilapisi cd. Aku menggelinjang karenanya. Dia makin bernapsu, tangannya segera mengangkat kaosku sehingga dia dapat langsung merems toketku, pentilku diplintir2nya. Sudah ahli juga dia rupanya. "Kamu ahli juga ya ngerangsang perempuan, latihannya cuma ama cewek kamu ya". Dia hanya menggangguk.

Aku hanya duduk selonjor, membiarkan dia meremes2 tubuhku, aku merintih karena nikmat. Kurasakan tangannya memencet pentilku, Sandi mendekatkan wajahnya ke arah toketku. Lalu ia menjilat-jilat pentilku, tubuhku menggeliat merasakan kenikmatan isapannya. Pentilku yang berwarna merah tua
sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot pentilku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali. Tangan kanan Sandi kembali menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba nonokku yang masih tertutup CD, nonok.ku sudah basah
Jari-jari Sandi menekan-nekan lubang nonokku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang nonokku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah
nikmat sekali. "Teh, jembut teteh lebat sekali, lebih lebat dari jembut cewekku. Pasti teteh napsunya juga besar ya. Cewekku napsunya besar sekali", katanya sambil terus mengulum pentilku. Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku. Cukup lama Sandi melumat bibirku dan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya mulai meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku ke WC yang ada di dalam kamar tidurku.

Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Dia rupanya sudah sangat bernapsu, lalu kembali mengecup pentilku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya aku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Baju kaosku dilepaskannya, aku mengangkat kedua tanganku untuk membantunya mempermudah melepaskan bajuku. Sepasang toket montokku habis diremas-remas dan diciumi. Pentilku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu. Akupun demikian juga, aku mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher. Dia terus melumat pentilku. Nikmat sekali.

Aku meremas tonjolan kontolnya. Terasa sekali kontolnya sudah ngaceng berat, keras sekali.Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih kontolnya, dia kini sudah berbugil ria. Kontolnya lumayan besar dan panjang untuk anak seumur dia. Keras sekali ngacengnya. Aku mengocok kontolnya. "San, keras banget", kataku sambil jongkok didepannya, menciumi kontolnya dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. "Aah teh, teteh pinter banget bikin aku nikmat, lebih pinter katimbang cewekku", erangnya, "aaaduuuuuhh teh, enak banget emutan teteh". Kontolnya kujilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep2. Kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya di mulutku. aku kocok2 sambil kuremas bijinya. Agak lama aku mencumbu kontolnya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai nonokku. Segera dia memelorotkan celana pendekku sekali dengan cdku. Aku sudah bertelanjang bulat. Dia terbelalak melihat jembutku yang lebat sehingga membentuk segitiga hitam dengan puncak yang mengarah ke bawah. Nonokku tersembunyi di kerimbunan jembutku. Aku dibaringkannya diranjang, paha kukangkangkan dan dia memposisikan dirinya diantara kedua pahaku. Dia mulai menjilati nonokku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku mengerang hebat, "San aakh". Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. "Terus San aakh", erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. Nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya "San, teteh nyampe San, aakh", erangku. "San, nikmat banget deh, belum di***** udah nikmat begini San". Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku. "Masukin aja yuk, teteh sudah ingin ngerasain kontol kamu San!” kataku sambil menciumnya. Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya?” godanya. “Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot. Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa nonokku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan kontolnya
yang besar. Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan kontolnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku.

Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak. Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya toketku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap nonokku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang nonokku yang basah merekah. “Nonok teteh bagus, tebel, pasti enak ng***** sama teteh..,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku. Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas toketku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi.

Lalu.., terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang nonokku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan kontolnya..!! Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kontol Sandi memasuki liang nonokku. Terasa penuh, nikmat luar biasa. “Oohh..,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan kontolnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali. “Saann, kontolmu enaak..!!,” kataku setengah menjerit. Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan kontolnya. Gerakannya
cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang kontolnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang nonokku sampai ke dasar. “Oohh.., toloongg.., gustii..!!” Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.
“Aahh, kontolmu.., oohh, aarrghh.., kontolmuu.., oohh..!!” Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang kontol yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami ngen tot dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kontolnya didalam nonokku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak. “Teteh mau keluar!” aku menjerit-jerit.

“Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ngen totin teteh!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang. “Sodok terus, Saann!! Yah, oohh, yahh, ugghh!!” “Teruuss.., arrgghh.., sshh.., ohh.., sodok terus kontolmu!” “Oh, ah, uugghh.. ” “Enaak.., kontol kamu enak, kontol kamu sedap, yahh, teruuss..” Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa nonokku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme! Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.
Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging.

Sandi mengikuti gerakanku, batang kontolnya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam nonokku. Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal perjalanan birahinya sudah cukup lama sejak tadi. Aku menikmati gerakan maju-mundur kontol Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, nonokku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku. “San.. Kamu hebat banget.. Teteh kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang. “Emangnya teteh suka kalau aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan. Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kontolnya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam nonokku. Aku mulai mengerang-erang lagi. “Oorrgghh.., aahh.., ennaak.., kontolmu enak bangeett.. Ssann!!” Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu
mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme. "San, nanti ngecret aja di nonok teteh". "Gak apa2 teh?" "Gak apa kok, malah tambah nikmat kan kalo ngecret didalem nonok teteh".

Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya kontolnya dari nonokku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang kontolnya yang keras menghunjam mulut nonokku yang menganga. “Aarrgghh..!!” aku menjerit. “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati
gecakan-gecakan keras batang kontol Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat. “Terus, Sayang.., teruuss..!”desahku. “Ooohh, enak sekali.., aku keenakan.., enak banget ng***** ama teteh!” Erang Sandi. “Teteh juga, nonok teteh keenakaan..!” Balasku. “Aku sudah hampir keluar, teh.., nonok teteh enak bangeet.. ” “Teteh juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss.., yaah, teteh juga mau keluarr!” “Ah, oh, uughh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaar..!” “Yaahh teruuss, sodok teruss!! Teteh, Saann.., teteh mau keluar, teteh keenakan ng***** sama kamu.., yaahh.., teruss.., arrgghh.., sshh.., uughh.., aarrghh!!” Tubuhku mengejang sesaat sementara otot nonokku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kontolnya dalam-dalam di nonokku. “Oohh..!!” dia pun menjerit, sementara terasa kontolnya menyembur-nyemburkan cairan peju di dalam nonokku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu. Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, kontolnya masih terus bertautan dengan nonokku. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.“Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian. “Hmm..” Aku menggeliat manja. Terasa batang kontol Sandi bergerak-gerak di dalam nonokku. “Nonok teteh enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu. Nonok cewekku gak bisa begitu..” “Apalagi kontol kamu.., gede, keras, dalemm..”

Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati toketku. Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Pentilku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata. “Aku bisa enggak puas-puas ngen tot ama teteh.. Teteh juga suka kan?” Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. "Kamu lihai sekali ngen totnya San, pasti cewek kamu terkapar ya dien tot ama kamu". Dia diam saja, terus menjilati dan mengemut pentilku, sampai akhirnya napsuku bangkit lagi. Luar biasa lelaki abg ini, gak ada matinya. Staminanya kuat banget. "Kamu gak dicari ortu kamu San". "enggak teh, aku sudah pamit mo belajar di rumah temen abis les". "Emangnya besok kamu gak sekolah". "Libur teh, persiapan ulangan umum", jawabnya sambil meneruskan aktivitasnya. Artinya malem ini dia bisa bersamaku mengayuh biduk dilautan kenikmatan. "Malem ini kamu nginep disini ya San". Dia hanya mengangguk.

Sandi langsung saja menindihku. Kontolnya diarahkan ke belahan nonokku yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan kontolnya sehingga kepala kontolnya mulai menerobos masuk nonokku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep2. Sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan2 sehinggga kepala kontolnya masuk nonokku makin dalam dan bless…… kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku. "Aah, kontol kamu nikmat banget deh", erangku sambil mencengkeram punggungnya. Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. "San, ssh, enak San, terusin", erangku. Aku menggeliat2 ketika dia mulai mengeluarmasukkan kontolnya di nonokku. Aku mengejang2kan nonokku meremes2 kontolnya yang sedang keluar masuk itu. "Teh, nikmat banget empotan nonok teteh", erangnya. Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu2 bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku. Setiap kali dia menancapkan kontolnya dalam2 aku melenguh keenakan. Terasa banget kontolnya menyesaki seluruh nonokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin bernapsu mengenjotkan kontolnya. Gak bisa cepet2 karena kakiku masih melingkar pinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di nonokku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan kukangkangkan lebar2. Posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin keras "San, teteh mau nyampe San". "Kita bareng ya teh", katanya sambil mempercepat enjotannya. "San, gak tahan lagi San, teteh nyampe San, aakh", jeritku saking nikmatnya. Kakiku kembali kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontolnya nancep dalam sekali di nonokku. Nonokku otomatis mengejang2 ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga. "Akh teh, aku ngecret", dia mengerang sambil kembali mengecretkan pejunya beberapa kali di nonokku. Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kontolnya masih tetep nancep di nonokku. aku menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos2an, dia mencabut kontolnya dari nonokku. Kontolnya berlumuran lendir nonokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku, "Teh, teteh nikmat banget deh kalo dien tot. Lebih nikmat dari ngen totin cewekku", katanya sambil mengelus2 pipiku.

Hari sudah gelap ketika kami selesai ngen tot. Aku merasa lapar, "San, teteh laper San", kataku. "Iya teh, aku juga laper lagi nih, abis kerja keras sih", jawabnya. "Mandi yuk" ajaknya. Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap2 pahaku. "Teteh cantik sekali", katanya. Tangannya pidah ke bukit nonokku mempermainkan jembutku yang lebat. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku. "Geli San", kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku. Aku menggeliat2 jadinya. Segera tangannya meremes2 toketku."Toket teteh besar ya, kenceng lagi", katanya. "Kamu suka kan", jawabku. “Suka banget teh", jawabnya sambil terus meremes2 toketku. DIa kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, berpakaian. "Makan yu". Kami mencari tempat yang romantis untuk makan malam. Sehabis makan, kami masih ngobrol di restoran sambil menikmati suasana malam. Hampir tengah malem baru balik ke rumahku.

Di kamar, kami kembali berbaring diranjang, bertelanjang bulat. Kontolnya yang belum aku apa2in sudah ngaceng berat. Aku menjatuhkan dirinya dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku. Toketku diremes2nya, aku terengah, napsuku berkobar lagi. Pentilku diemutnya. Tangan satunya menjalar kebawah, menerobos lebatnya jembutku dan mengilik2 itilku. "Aakh San, kamu pinter banget ngerangsang teteh", erangku. Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di itilku makin terasa. Kilikan di itilku membuat aku makin liar. Tanganku mencari kontolnya, kuremes dan kepalanya kukocok2. Kontolnya langsung tegak berdiri dengan kerasnya. Kontolnya kuraih, aku jilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan kuemut2. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai menjilati nonokku yang terpampang dimukanya, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku melepaskan emutanku di kontolnya dan mengerang hebat, "San aakh". Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. "Terus San aakh", erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. Nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya "San, teteh nyampe San, aakh", erangku. "San, nikmat banget deh, belum di***** udah nikmat begini".

Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kontolnya kenonokku dan didorongnya masuk pelan2, "San, enak, masukin semuanya San, teken lagi San, akh", erangku merasakan nikmatnya kontolnya nancep lagi di nonokku. Sandi mengenjotkan keluar masuk, ketika kontolnya sudah nancep kira2 separonya, dia menggentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semuanya di nonokku. "San, aakh", erangku penuh nikmat. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya, "San, teteh nyampe San, ooh", aku mengejang2 saking nikmatnya. Nonokku otomatis ikut mengejang2. Dia meringis2 keenakan karena kontolnya diremes2 nonokku dengan keras, tapi dia masih perkasa. Kemudian dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging.

Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Mulutnya terus merambat ke selangkanganku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari nonokku ke arah pantatku. Kedua jarinya membuka bibir nonokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalem nonokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kontolnya. Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kontol besarnya kembali nancep di nonokku. "San", erangku ketika akhirnya kontolnya ambles semuanya di nonokku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula2 pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah2 saking enaknya. Toketku diremes2nya dari belakang, tapi enjotan kontolnya jalan terus. Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi, dia duduk di ranjang dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. Kontolnya sudah nancep semuanya lagi di nonokku. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu menolehkan kepalaku sehingga dia langsung melumat bibirku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku sambil terus ciuman dengan liar. Tangannya gak bosen2nya ngeremes toketku. Pentilku yang sudah keras itu diplintir2nya. Gerakanku main liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kontolnya nancep dalem banget. "San, teteh dah mau nyampe lagi San, aduh San, enak banget", erangku. Tau aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kontolnya yang masih perkasa lepas dari nonokku. "Kok brenti San", tanyaku protes.

Aku ditelentangkan lagi diranjang, aku dinaikinya dan kembali ditancepkannya kontolnya kedalam nonokku. Dengan sekali enjot, kontolnya sudah ambles semuanya. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Nonokku mulai berkontraksi, mengejan, meremes2 kontolnya, tandanya aku dah hampir nyampe lagi. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya, dan "San, teteh nyampe San, akh", jeritku. Diapun merasakan remesan nonokku karena aku nyampe. Enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya, "Teh..." dia berteriak dan terasa pejunya ngecret dengan derasnya di nonokku. "San, nikmat banget ya malem ini", kataku. Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemes dan nikmat.

TAMAT.
»» Baca selengkapnya.....

Dua Mahasiswi Cantik

Cerita ini hanya fiktif belaka, adapun kesamaan nama, tempat dan lain-lain hanya semata ketidak sengajaan penulis..ini asli khayalan penulis yang belum terwujud ampe sekarang...n mudah-mudahan bisa terwujud secepatnya....


Namaku adalah wawan, berumur 23 tahun, aku mempunyai tubuh yang atletis sehingga banyak cewe? yang ingin jadi pacarku, namun aku belum mau terikat sama pacar, aku masih mau bebas menikmati masa muda...statusku adalah mahasiswa disalah-satu PTN dikotaku.


Hari ini adalah hari senin, jadwal kampusku padat sekali sehingga pagi-pagi aku sudah bangun dan bersiap kekampus, o-i-a aku tinggal in the kost...tempat kost ku dilantai 1 sementara dilantai dua adalah tempat kost cewe?..
selesai mandi aku langsung berpakaian kemudian ngopi sambil merokok. Ketika aku sedang nongkrong didepan kamarku turun seoarang laki-laki dari lantai dua, dia tidak menegurku dan langsung lewat didepanku begitu saja..dalam hatiku berkata ?sombong banget nih cowo?..?pasti habis ambil jatah ama tia?...
Yang lewat tadi adalah pacarnya tia, cewe? yang ngekost diatas..tia memang cantik..tinggi, putih dan bodynya padat..pagi itu aku gue langsung konak ingat tia, sempat terlintas untuk ML dengannya.
Sesampainya di kampus Erik langsung menghampiriku, erik adalah teman seperjuanganku, biasa dalam hal berburu kenikmatan sesaat,
?wan, gimana kalau ntar malam kita berburu lagi, udah lama nih nggak pernah diasah? erik berkata sambil tersenyum,
?akh aku lagi ada proyek rik, nanti aja klu sdh selesai, baru kita berburu lagi, tempatnya terserah kamu deh? balasku sambil berlalu..
Sebenarnya aku masih kepikiran sama Tia...maka akupun menyusun rencana untuk ntar malam..
Untuk diketahui sebenarnya keinginan untuk ML itu nggak muncul begitu saja, ini karena kejadian beberapa malam yang lalu, saat itu suasana tempat kost lagi sunyi, akupun iseng naik ke lantai dua untuk minjam buku, sesampainya di depan kamar tia, terdengar eluhan-eluhan nikmat...nalurikupun segera menuntun untuk melihat yang terjadi di dalam, kebetulan sedikit ada celah di balik kaca nako jendelanya..wah ternyata si Tia lagi dientot ama pacarnya? sehingga niatku untuk meminjam buku tidak jadi.
Malam harinya aku pun menyusun rencana......
Malam itu kira-kira pukul 9 malam suasana di kostku lagi sepi, orang disamping kamarku lagi keluar cari tugas diwarnet. Aku pun berfikir inilah saatnya untuk bercinta sama tia..otakku sudah dditutupi oleh nafsu birahi yang tinggi..
Akupun naik keatas kekamar tia, kebetulan kamarnya terbuka, kulihat tia sedang mengerjakan tugas, dia terlihat seksi menggunakan sarung bali dan tanktop.
?Hi..lagi ngapain nih?? tanyaku..
?biasa kerja tugas, kenapa wan lu mau minjam buku lagi..?
?nggak..gue cuman bete dibawah kaga ada orang makanya gue naik..nggak mengganggu kan??
?nggak kok, kebetulan nih gue lagi bikin tugas di corel, lu bantuin gue ya, lu kan jago corel..?
?beres bos..?jawabku ?mana yang lainnya kok sepi banget?
?yeny ada tuh dikamarnya sama cowo?nya,, kayanya lagi asyik..? jawab tia sambil tersenyum
?eh gimana bikin lay out iklan yang baguswan, lu ajarin gue donk?
Akupun mengambil alih komputer sehingga tia kini duduk dibelakangku..
?Wan lu bikinin yang meriah iklannya ya. Kalo bisa ini warnanya lu rubah biar kontras? sambil tia menujuk pada monitor sehingga toketnya menempel di punggungku..
?beres bos..? konsentrasi kupun hilang..yang ada hanya nafsu sementara senjataku sudah mulai tegang...akupun mulai merencanakan sesuatu..
?tia tutup donk pintunya dingin banget nih ntar gue sakit tipes lagi gara-gara batuin lu.?
?Ga usah deh wan..ga enak masa kita berdua dalam kamar..lu kan bukan pacar gue..?
?makanya lu jangan berfikiran kotor terus donk, masa lu ngga percaya ama gue, emangnya lu mau gue apain????
?oke deh, tapi lu jangan macem-macem ya, just kerjain tugas gue tuh..?
Tia pun menutup pintu kamarnya, kemudian duduk kembali disampingku.
Nyali ku agak ciut karena ternyata tia bukan cewe? gampangan baru disuruh tutup pintu aja susah banget gimana kalo gue suruh buka baju bisa teriak nanti. Aku pun berencana mengurungkan niat ku karena takut kalo nanti tia teriak..
Kukerjakan tugasnya sementara sesekali tia menunjuk monitar jika ada yang salah dan toketnya menempel dipunggungku..
Waktu sudah pukul 10 malam nampaknya tia sudah mulai ngantuk di pun menyandarkan kepalanya dibahuku..
?pinjam bahu lu ya..leher gue pegel nih.. wan matiin lagunya udah malem nih..? akupun mematikan winamp dikomputer..
suasana dikamar kini sangat hening namun tiba-tiba terdengar suara rintihan nikmat dari kamar sebelah, dan kami pun saling berpandangan..
?diapain tuh yeni ama pacarnya?? tanyaku pura-pura bego
?biasa...lu kaya kaga? tau aja wan?
Akupun mulai konak sementara tia kambali bersandar dibahuku..
Suara rintihan yeni semakin lama semakin terlihat nikmat dan tanpa kusadari nafas tia kini mulai tidak teratur..wah lagi konak nih cewe? ini kesmpatan gue pikirku dalam hati..akupun bersiap-siap menunggu waktu yang tepat..kuperhatikan tia duduknya mulai gelisah..aku pun berbalik dan memegang tangannya dan langsung melumat bibirnya...tia tampak terkejut dan mendorongku namun langsung kudekap erat-erat tubuhnya sehingga dia tidak bisa bergerak..
?lu apa-apaan sih, dia pun mendorong tubuhku dengan kuat sehingga pelukan ku pun terlepas...?
?sory tia...gue kelepasan...abiz gue konak dengar suara yeny dari sebelah...?
?sory banget yaach? aku pun memohon sama tia
Tia pun pun hanya diam menatapku dan kemudian mengangguk..
Oh..syukurlah tia mau maafin gue..gue takut dia melapor di ibu kost bisa diusir gue..
?lu tidur aja biar tugas lu gue yang selesaikan, gue janji ga bakal ngapa-ngapain lu..?
Tia masih terdiam nampaknya dia bingung harus ngapain...
Akupun kembali mengerjakan tugasnya tia yang tinggal sedikit..
10 menit kemudian tugasnya tia udah selesai..
?tugas lu udah selesai..gue turun ya..sory tadi gue khilaf banget..?
Aku pun berdiri dan keluar dari kamar..tiba-tiba tia memanggilku..
?wan thanks ya..sory tadi gue gu dorong lu terlalu keras..?
?ga papa..gue cabut dulu ya..?
Aku pun kembali kekamar ku menahan konak..kemudian karena terlalu konak akupun onani dikamar dibantu koleksi film bokep ku dikomputer..setelah onani tiba-tiba hpku berbunyi tanda ada sms..teryata dari tia..akupun langsung baca isi sms itu.
?wan lu kekamar donk sekarang, ada yang mau gue kasih?
Wow pucuk dicinta ulam pun tiba pikirku dalam hati..ternyata tia juga konak nih..pasti dia mau ngajak gue ML.
Akupun langsung naik kekamar tia ditangga aku berpapasan sama yeny dengan pacarnya. Kayanya pacarnya udah mau pulang, sampai didepan kamar tia kuketuk pintunya.
?masuk aja ga dikunci kok jawab tia dari dalam...?
Aku pun masuk kedalam dan kulihat tia sedang barbaring dikasurnya sementara sarung balinya agak terangkat sehingga pahanya yang putih terlihat...kututup pintu dan langsung ku cium bibirnya tia..dan tia mendorongku..
?eit sabar dulu donk..lu udah konak banget ya...sebenarnya tadi gue juga konak tapi gara-gara lu tiba tiba brutal gue jadi takut tau..? ?tapi lu janji jangan bilang siapa-siapa yah apalagi ama pacar gue?
?beres sayang? dan langsung kulumat bibirnya..tia pun membalas dengan memainkan lidahnya,,sesekali dia menghisap lidahku..kini tangan ku mulai memainkan toketnya, dan mulai menciumi lehernya
?sshhh..uhfff..terus wan..enak banget wan..?
Kumasukkan tangan ku kedalam tank tonktopnya dan ternyata dia sudah tidak pake bh..kuremas-remas kedua bukit kembarnya..tia nampak sangat menikmatinya..tangannya mengelus-elus kepalaku dan mulutnya mengeluarkan desahan desahan kenikmatan....
Kini kulepaskan tanktop serta sarung balinya dan kini tia telah bugil karena dia juga sudah tidak mngenakan cd..
Tia pun juga melepaskan baju dan celana pendek serta cd ku...
?wow gede banget punya lu wan ga muat nih masuk memek gue? tia pun mengelus-ngelus kontholku.
?lebih gede mana konthol gue atau konthol pacar mu tia? tanyaku
?konthol lu jauh lebih gede, tapi gue takut ntar memek gue jadi longgar, pokoknya ini yang pertama dan terakhir wan ya, soalnya gue kasian tadi liat lu udah konak banget, pasti bawaannya ga enak kan? sementara tangannya tia masih mengelus-elus konthol ku, ?bisa longgar memek gue nih kalo tiap hari dimasukin rudal kaya gini?
?oke deh gue ga bakal minta lagi tapi kalo ntar lu pengen lagi sms aja..?
Tia pun tersenyum dan langsung melumat bibir ku....aku pun membalas dengan hangat dan kumainkan klitorisnya dengan jari-jariku...
Shhh...uhffff..
Kini kujilat puting susunya yang berwarna pink..
Shhh...oh..ouchhh enak banget wan terus wan gue ga tahan nih...
Kini kepalaku turun kearah perutnya dan tangannya tia mendorong kepalaku supaya lebih turun ke bawah. Kuturunkan kepalaku arah vaginannya, jembut nya gondrong..kayanya ngga pernah dicukur namun vaginya sangat harum sehingga birahi ku tambah meningkat dan kumudian ku mainkan klitorisnya dengan lidahku...
?Ouh...uhff.....enak banget wan lidah lu enak banget..terusin wan puasin aku malam ini? suara tia mulai meracau...
Aku pun menegurnya
?jangan terlalu ribut ntar kedengeran ama anak2 disebelah...?
?ga ada orang kok cuman yeny yang ada, yang lainnya lagi pada pulang kampung, biarin aja yeny dengar siapa suruh tadi juga ribut..?
?lanjutin lagi wan lidah lu enak banget..?
Aku pun melanjutan memainkan klitorisnya tia dan jariku memainkan bibir vaginanya.. ?uhfff..enak banget nih wan gue ngga tahan ....?
Akupun semakin liar memainkan lidah ku kadang kumasukkan kedalam lubag vaginanya....tia pun kadang menjambak rambut ku menahan nikmat..
?wan gue ga tahan nih gue meu keluar....terus wan ouhhh.....gue sampe wan....uhffffff?
?cairan kenikmatan keluar dari lubang vaginanya dan aku pu terus menjilatnya sampai bersih...?
Gila kamu wan ternyata lu hebat banget...bisa ketagihan gue...
Akun pun maju kedepan sehingga konthol ku kini berada didepan bibirnya..
?ogah ah wan..gue ga mau isep konthol lu..konthol pacar gue aja ga pernah gue isep...gue jijik?
Namun aku tidak memperdulikkannya karena birahiku sudah memuncak..kutarik kepalanya sehingga konthol ku kini menempel dibibirnya..kupaksa masuk sehingga mulutnya tia kini mulai terbuka. Kudorong pelan pelan dan nampaknya kini tia mulai menikmatinya dia membuka mulutnya sehingga kotolku masuk setengah..
Tia pun mengulumnya. mulutnya memompa konthol ku...
?Ouhhh nikmat banget tia,...terusin isep yang kuat konthol gue....?
tia pun melepaskan kontholku dan menuruhku berbaring...
?lu baring aja wan biar gue isep, ternyata konthollu enak banget?
Kini tia asik mengulum kontholku dengan ganasnya dan tangannya memainkan biji pelirku..
?ouhh..tia enak banget sayang....terus...kocok terus konthol gue pake mulut lu...?
Lagi asik tia mengulum kontholku tiba-tiba pintu kamar dibuka...
Kamipun terkejut..ternyata yeny...
Gue boleh ikutan ngga? gua konak banget nih denger suara lu tia...pacar gue udah pulang tapi gue ngga puas abis dia cepet banget keluar...
?gabung aja, wawan juga kayanya kuat kok muasin kita berdua..kunci pintunya ntar ada yang ganggu? tia langsung menyuruh masuk yeny..
Yeny pun langsung masuk dan melepas dasternya dan langsug bugil karena tidak pake cd dan bh...
Wow tubuh yenny ngga kalah baguss ama tia, putih, bersih n toketnya gede banget mungkin terlalu sering digunakan sama pacarnya kali.
Tia pun melanjutkan mengulum kontholku dan yeny langsung melumat bibirku..
Gila niatnya mau mempekosa kok malah gue yang diperkosa, ama dua cewe cantik lagi..
Yeny turun ke dadaku dan menjilati puting ku..
Ouh..nikmat banget..lu berdua emang jagooo. Terus sayang i love it....kini yeny turun keselangkangan ku dan bergantian mengulum kontholku sama tia..
Sungguh sahabat yang serasi saling berbagi konthol......
Kini tia menghadapkan memeknya ke mulutku..
?sekarang lu makan nih memek gue....?
Tia pun mendorong memeknya kemulutku dan aku pun langsung menjulurkan lidahku...
Tia pun terus memompa semetara yeny teru asyik mengulum kontholku....
Kira-kira sepuluh menit kami saling ber-oral seks...
Aku pun membaringkan tia di kasur semantara yeny duduk sambil memainkan jari di memeknya...
?wan jangan lu tumpain didalem ya..gue lagi masa subur nih..?
?Tenang aja sayang?
Aku pun memainkan kontholku di bibir vaginanya....
?shhhh..ouhhh masukin wan gue ga tahan nih......?
Akupun memasukkan kontholku pelan-pelan...agak susah karena kontholku lumayan besar (18cm) walaupun vaginanya tia sudah sangat becek...
?dorong yang dalem wan konthollu enak banget terus wan...?
Bles.... kontholku masuk semua kedalam memeknya tia...
Aku pun mulai memompa kontholku...
?ouh..hhshhhh...uhfff..terus wan entot teru memek gue....?
?enak kan konthol gue...mana lebih enak konthol gue atau kontholnya pacar lu?
?konthol lu lebih enak sayang...gede banget...terus sayang entot terus, tusuk yang dalem memek gue...?
Sementara yeny kini mulai menjilati puting susunya tia sambil meremas remasnya..
Tia mulai bergerak tidak teraturr menahan nikmat...sementara tangangku asyik bermain fucking finger di memek nya yeny...
?Terus sayang aku mau keluar nihh....entot terus memek gue terusssssssss...ouhhhh...gue sampe wan..?
konthol ku serasa dijepit dan kemudian terasa hangat karena cairan kenikmatannnya tia.. akupun terus memompa memeknya tia yang sudah sangat becek...
Clep..clep...clep..terdengar bunyi dari memeknya tia yang terus ku pompa..sementara yeny kini mengelus-elus dadaku yang penuh keringat...
?Tia memek lu enek banget gue entot lagi ya...konthol gue rasanya ga mau lepas?
?entot terus memek gue wan...gue seneng banget ...terus wan.....konthol lu perkasa wan...?
Tia pun mengoyangkan pingulnya mengikuti irama kontholku ku..tampaknya birahinya telah bangkit kembali....
Kuketekuk kakinya kedepan sehingga kontholku lebih leluasa menerobos memeknya tia....
?oh nikmat banget wan konthollu masuk dalam banget...terus wan...entot yang kuat memek gue...nikmatin sepuasmu sayang...ouhhhh...uhfff...?
Kulihat yeny sedang asyik meainkan klitorisnya sendiri.nampaknya dia sudah sangat konak...
?wan gue mau keluar lagi nihh....terus sayang...yang kenceng....... konthollu enak wan...?
Akupun mempercepat goyangan ku dan sekali lagi tubuh tia kembali mengejang dan menumpahkan cairan kenikmatan...kucabut kontholku...dan kulihat memeknya tia nampak merah dan carairan kenikmatannya keluar mebasahi kasur...
?gue cape banget wan...ternyata lu hebat muasin wanita.....?
aku pun melumat bibirnya dengan nafsu...tiba tiba kontholku serasa hangat dan kulihat ternyata yeny telah asyik mengulum kontholku....
?wan lu kok kuat banget sihhh..mulai tadi belum keluar..memek gue aja udah tiga kali..?
aku pun hanya tersenyum..
aku pun duduk dan menyuruh yeny terus mengulum kontholku...
?terus yen..kuluman lu enak banget...isep yang kuat kontholku....?
Yeny pun dengan ganas mengulum kontholku...
?wan entot gue sekarang ya...gue ga tahan nihhh...konthol lu gede banget...memek gue udah gatel nih pengen rasain konthol mu...?
Aku pun menyuruhnya menungging ala dogy style..kudorong pelan-pelan kontholku sampai amblas kedalam...
?ouh...nikmat banget kontholmu wan....terus wan goyang....?
Ku pompa terus memek nya yeny..
?wan enak banget...shhhh..uhff....entot terus wan,....entot yeny terus wan...yeny suka dientot ama kamu...?
Yeny mulai meracau tidak karuan sementara tia memelukku dari belakang dan dan menggesek-gesekkan jembutnya di pantatku sambil menciumi leherku...
Tia terus berbisik kepadaku ?aku sayang kamu wan maukan kamu puasin aku terus..?
Aku hanya diam karena sedang berkonsentrasi mengentot memeknya yeny...
?wan gue mau keluar nih...terus wan....entot terus....ouh....?
Cret..cret..cret..terasa kontholku disiram oleh cairan cintanya yeny....aku pun terus memompanya karena aku belum apa-apa...
Yeny nampak menahan rasa sakit dan nikmat...kutarik rambutnya sehingga wajahnya menghadap kebalakang melihatku....
?enak yen kontholku....??
?enak banget wan...entot terus memek gue....terus wan...?
Kini yeny memutar-mutar pingulnya sehingga kontholku serasa terpilin-pilin
?terus yen..gue mau keluat nih...enak banget...?
?iya wan gue juga mau keluar lagi....entot yang kenceng memek gue wan....?
?gue tumpai dimana ni yen...?
?tumpain didalam aja wan...memek gue pengen ngerasin sperma mu...?
aku pun menggenjot dengan cepat memeknya yeny dan tia sedang asyik mencupang leherku...
?gue keluar nih wan...ouh...aahhhh?
?gue jua yen.....ouhhhhhhhhhh....?
Cret...cret....cret...aku pun menumpahkan spermaku didalam memeknya yeny sambil kupompa pelan-pelan..
Sperma ku sebagian keluar lewat bibir vaginanya...
?enak banget di entot sama elu wan...uhfff...cape? banget gue..?
Aku pun mencabut kontholku, karena tadi aku udah onani jadi kontholku langsung lemes..yeny langsung menjilati sisa2 sperma dikontholku sampai bersih...
Setelah itu dia pamitan
?gue udah dulu ya cape? banget nih soalnya tadi udah juga ama pacar gue..lu lanjutin aja berdua...kasian tuh sih tia, dia kayanya masih konak tuh..bye..?
Yeny pun keluar kamar...dan kini tinggal saya sama tia..
?tia sebenernya gue udah lama banget pengen ML ama elu tapi gue takut ngajak soalnya lu udah punya pacar?
?wan konthol lu enak banget..jauh lebih enak dari kontholnya pacar gue jadi kapanpun lu minta memek gue, bakal gua kasih..hati gue memang milik pacar gue , tapi memek gue boleh lu milikin selama ada kesempatan..?
Akupun sangat seneng mendengarnya..wah bisa ngentot kapan aja nih..tinggal naik keatas..pikirku dalam hati...
?wan entot gue sakali lagi dong gue masih pengen nih...lu masih kuat kan..tapi konthol lu kok udah lemes sih...?
?gue tadi abis onani abis gue udah konak banget..tapi kalo lu masih mau, lu kasi bangun nih ade gue..?
Tia pun tersenyum manis dan denga lahap mengulum kontholku yang masih lemas..dia memasukkan semua kontholku sampai kemulutnya dan menghisapnya..kurasakan lidahnya bermain diujung kontholku..
?ohhh nikmat banget tia...terus ade gue mulai bangun nih....?
konthol ku pun mulai tegang kembali, tia mengulumnya dengan lembut seperti sedang menikmati lolypop...
?cepet juga nih berdiri kontholmu wan..?
?isep terus ya..isepan lu enak banget...?
Tia pun meghisap kontholku sambil lidahnya menggelitik ujung kontholku...
Hampir sepuluh menit dia menhisap kontholku...
?masukkin ya sayang gue udah ga tahan nih liat konthol lu..?
Tia pun jongkok diatas konthol ku dan mengarahkan konthol ku kevaginanya..
Pelan-pelan tapi pasti dia menurunkun pantatnya..kulihat rona mukanya yang memerah menahan sakit campur nikmat yang diberikan oleh konthol ku...
?ouh...konthol lu kok bisa gede banget sih wan..kayanya sampe ke rahim gue nih..?
Tia pun mulai menggoyang pinggulnya seperti inul sedang goyang ngebor....
?ouhh tia...enak banget sayang...terus sayang.........?
konthol ku serasa di pijat dari segala arah sementara tangan ku meremas toketnya dengan kuat menahan rasa nikmat...
?oh sayang..kontholmu enak banget ...remas yang kuat tete gue sayang...ouhh..uhff....?
Aku pun meremas toketnya dengan kuat dan menggoyang pnggulku...
Nikmat sayang gue mau keluarnih....terus...
Dia pun meremas tanganku yang berda ditoketnya..sepertinya dia sedang menahan sesuatu yang sangat nikmat dan kepalanya mengadah keatas..
?ouhhhh....gue keluar lagi sayang nikmat banget.....uhffff....?
Cairan cintanya pun mengalir dibantang kontholku dan membasahi jembut ku
Dia pun menunduk mencium bibir ku sementara kontholku masih berada divaginanya...
?thanks sayang lu udah muasin gue...gue cape banget nih....?
Aku pun tidak memperdulikannya kubaringkan dia dan ku pompa kembali memeknya.. ?ouhhh sakit sayang......terus...sayang.... .uhfff....?
Aku pun memompa semakin liar...
?memek lu enak banget tia ....terus tia ...goyang terus pinggul lu...gue mau keluar nih?
Tia pun menggoyang pinggulnya...
?sayang jangan dikeluarin didalam ya....?
Aku pun mencabut konthol ku kemudian berdiri dan menyuruh tia mengocoknya..
Tiapun jongkok mengocok konthol ku
?ayo sayang keluarin spermamu....gue pengen rasain spermamu...?
Tia terus mengocok dengan semangat sambil menjilat ujung kontholku...
?hisap sayang pake mulutmu gue mau keluar nihhh..?
Tia pun langsung memasukkan kontholku kemulutnya dan menghisapnya semantara tanganya memainkan bijinya..
Ku entot terus mulutnya tia, terasa sangat hangat kontholku didalam mulutnya tia..
?hisap tia gue keluar nih....ouhhhh achhh........?
Creeet...creett...crettt...spe rma ku tumapah semua dimulutnya....tia langsung menelannya dan menjilati sperma yang masih tersisa di kontholku...diapun menjilat sperma yang disekitar bibirnya....
?sperma lu enak banget..rasanya asin...tapi nikmat wan..?
kontholku pun langsung lemas karena sudah keluar tiga kali dalam waktu beberapa jam..
?Gue cape banget nih tia....?
tia pun berbisik...?wan gue konak lagi sekarang gara gara isep konthol lu..?
Gila nih cewe nafsunya tinggi banget sementara tenaga ku sudah habis terkuras...
?wan lu jilatain memek gue ya ampe keluar...?
Dia pun berbaring dan mengangkang...aku pun mulai menjilati memeknya yang sudah sangat becek....terasa asin namun nikmat....
?wan lu balikin badan lu donk biar gue isep konthol lu...soalnya gue tambah konak kalo isep konthol lu?
Aku pun berbalik, kini kami bergaya 69 menyamping....kepalu ku dijepit oleh pahanya tia dan lidah terus memainkan lubang vaginanya dan kadang kutusuk masuk kevaginanya. Semantara jari ku kutusuk masuk kedalam lubang anusnya...
?enak wan tangan lu...kocokkin anus gue wan...terus wan...?
Kini pinggul tia mulai bergoyang menekan mulutku...semantara kontholku terus dihisap dengan kuat sehingga kini kontholku telah berdiri kembali...
?terus sayang hisap yang kuat lubang vaginaku....ohhh aku mau keluar sayang...ouhhhhh...achhh...?
Cret..crett...terasa cairan asin membasahi lidahku....aku pun menjilatnya sampai habis...
?udah sayang kan..kamu puas kan?? aku pun memeluknya
?puas banget sayang kontholmu enak banget, pengen rasanya isep kontholmu terus..sayang kontholmu masih berdiri tuh gara-gara ku isep tadi....?
?Biarin aja aku udah cape banget nih ntar lemes sendiri kok...?
Kulihat jam telah pukul 2 pagi dan aku sangat ngantuk namun nampaknya tia tidak mau menyia-nyiakan konthol ku yang lagi ngaceng..
?kamu tiduran aja ya,,biar kontholnya ku isep ampe keluar....kasian udah terlanjur berdiri nih..?
Ternyata tia punya nafsu yang tinggi....dia pun mengulum kontholku dengan lahapnya sementara aku hanya berbaring menikmatinya...
?shhh...uhfff terus sayang..?
Sekitar setengah jam dia mehisap akhirnya aku mau keluar....
?isep sayang aku mau keluar nih.....?
Dia pun mengulum kontholku dengan cepat dan cret..cret...sperma ku kembali keluar di mulutnya dan nampaknya hanya sedikit...dia pun asik menjilati nya sampi bersih dan badanku pun terasa lemas sekali...
?Gila kayanya gue yang diperkosa ama tia nih...dia kok kuat banget ya...?pikirku dalam hati.. Kulihat tia terus menjilat kontholku dan aku pun memejamkan mata karena mengantuk dan akhirnya tertidur....dan tia pun tertidur disamping kontholku..
Kira-kira pukul 10 aku terbangun..kulihat tia sedang menyiapakan makanan, rambutnya basah habis keramas...dia hanya memakai sarung bali yang dililitkan sampai didadanya..
?udah bagun wan...mandi gih sana trus makan nih..pasti lu laper banget kan..?
?Oke deh sayang....?jawabku..
Kamar di kosku ada kamar mandinya didalam jadi ga perlu repot-repot keluar kamar..akupun mandi dan tidak menutup pintu..kulihat tia memandangku terus penuh nafsu...
?pacar lu ga datang hari ini tia..??tanyaku
?katanya mau datang ntar siang jam 2..? balas tia ?wah...gue harus balik nih kekamar gue..? ?ntar lagi aja ..baru jam 10..lu makan aja dulu..?
Tia terus memandangiku dan kini tangannya meremas toketnya sendiri..akupun memanggilnya..
Tia pun langsung masuk ke kamar mandi dan melepaskan sarung balinya..
?wan lu entot gue lagi sekarang ya...memek gue gatel nih liat konthol lu...?
?gila lu tia...ga ada cape? nya...?
?abis lu sih mandi kaga tutup pintu, ya konak deh gue liat konthol lu..?
Dia pun jongkok mulai menghisap kontholku yang masih lemas...
Tidak berapa lama kemudian konthol ku kembali berdiri tegak....
Kusuruh Tia nungging dan tangang nya berpegang ke bak mandi...
Kumasukkan kontholku kedalam memeknya yang sudah basah..dan ku entot dengan brutal...
?achhhh sakit sayang...pelan-pelan dong ntar memek gue robek nih..?
Aku tiadak peduli dan terus menggoyang pinggulku semakin ganas...
?sakit sayang...nikmatttt....terus... perkosa aku...entot terusss..?
Aku memompa memeknya tia dan tanganku meremas-remas toketnya yang bergelantungan..
?nikmat sayang terus....konthol mu panjang banget?
Tia terus meracau dan Tidak lama kemudian kurasakan tubuh tia mengejang
?ouhhh gue keluar sayang...enak konthol mu sayang...?
Aku pun mencabut konthol ku dari memeknya....
?sini gue isep lagi ampe keluar wan..?
?Ngga ah gue mau entot lu aja ampe keluar..sekarang lu baring yah?
?dimana ? disini sayang...?? ? ya iyalah...suasana pasti tambah asyik...?
Kemudian kubaringkan tia di lantai kamar mandi dan kubuka lebar lebar pahanya sehingga terlihat jelas vaginanya yang merekah...
Ku tancapkan kontholku perlahan lahan dan beberapa saat kemudian kontholku sudah keluar masuk di memeknya...
?ouchhh nikmat sayang entot terus sayang,,siram rahimku dengan sperma mu...
Terus sayang..?
Nampaknya gejolak birahi tia sudah memuncak sehingga dia meracau tidak karuan..kepalanya menggeleng kekiri dan kekanan di lantai kamar mandi sehinga terlihat sangat seksi...
Aku pun memompa semakin cepat...
?entot terus sayang,, tusuk terus memek ku..?
?aku mau keluar lagi...terus sayang....ouchhh..ahh... uhff..aku sampe sayang..?
Cairan cinta pun keluar dari vaginanya tia sementara itu aku juga udah mau keluar...
Kemudian kucabut kontholku dari memeknya dan kuarahkan kewajahnya...
Crot...crott...crot...sperma ku keluar membasahi wajah tia...kumasukkan kontholku kedalam mulutnya dan dia langsung menjilat dengan lahapnya....
kubersihkan wajah nya dari spermaku menggunakan tangan ku dan dia langsung menjilat jari-jari ku yang penuh dengan sperma......
Aku pun kemudian menariknya untuk berdiri...dan kami pun mandi bersama-sama
Setelah mandi kami langsung makan..kulihat sekarang telah pukul setengah dua..
?gue turun dulu ya sayang..pacar lu udah mau datang kayanya tuh...?
?oke deh sayang, kalo lu mau entot gue lu sms aja truz bilang kalo mau pinjam buku..kalo gue bales lu langsung naik aja ya...?
?oke sayang aku pun mencium bibirnya sekali lagi dan turun meninggalkan tia...?
Diluar aku ketemu yeny...
?gila nih..kayanya lembur ya...kirain lu udah turun ternyata masih didalem..?
yeny pun berbisik...ntar kalo gue panggil lu entot gue lagi ya...gue ketagihan ama konthol lu yan gede...
?oke deh kapan pun lu panggil gue selalu siap..?
Akupun kembali kekamarku...dan tidak berapa lama kemudian pacarnya tia datang dan langsung naik keatas...
?kasian pacarnya baru gue garap semalaman..? kata ku dalam hati
Aku pun langsung beli telur ayam kampung untuk memulihkan stamina ku..
Ketika aku mau tidur tiba-tiba hp ku berdering dan ternyata yeny yang telpon...
?wan lu naik donk entot gue nih...gue konak nih abis tia lagi konthol ama pacarnya tuh..?
?oke deh sayang?
Aku pun naik keatas dan kembali memuaskan yeny....
Begitulah kegiatan ku satiap hari jika sedang tidak ada kuliah...
Aku kaya cowo panggilannya tia ama yeny.. dan kadang kami pun main langsung bertiga....
»» Baca selengkapnya.....

Putri Ibu Kos

Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-¬temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat ‘muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.


Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

“Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah... sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.

“He... masa?” balasku.

“Iya... Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he...

“Ah, neng Ika macam-macam saja...,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

“Wah... dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian... Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

“Neng Ika ini... Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

“Kak Dai kan tidak akan tahu...”

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. ‘Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok...

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

“Mbak Di... Mbak Dina...,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.

“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

“Ng... bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

“Mas Bob... Mas Bob...,” terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

“Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.

“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”

“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

“Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh... ranum dan segarnya.

“Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

“Mas Bob... ini benar nggak?” tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya... gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

“Ih... Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

“Ih... Mas Bob jangan begitu dong...,” kata Ika manja.

“Sudah... udah-udah... Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

“Mas Bob Mas Bob buka baju saja Mas Bob...,” rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.

Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.

“Ahhh... Mas Bob... Ika sudah menginginkannya dan kemarin... Gelutilah tubuh Ika... puasin Ika ya Mas Bob...,” bisik Ika terpatah-patah.

Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.

“Mas Bob... ngilu... ngilu...,” rintih Ika.

Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

“Aduh mas Booob... ssshh... ssshhh... ngilu mas Booob... ssshhh... geli... geli...,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.

Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.

“Mas Booob... kamu nakal.... ssshhh... ssshhh... ngilu mas Booob... geli...” Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.

Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.

“Au Mas Bob... shhhhh... betul... betul di situ mas Bob... di situ... enak mas... shhhh...,” Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

“Mas Booob... enak sekali mas Bob...,” Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-nya. Dan berhasil!

“Auwww... mas Bob...!” jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.

Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

“Mas Bob... mas Bob... mas Bob...,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.

“Mas Bob... Ika sudah tidak tahan lagi... Masukin konthol saja mas Bob... Ohhh... sekarang juga mas Bob...! Sshhh. . . ,“ erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk... Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:

“Ah-ah-ah-ah-ah...”

Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya, sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas Booo00oob ...!“ Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.

Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.

Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.

Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.

Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

“Ah... ah... mas Bob... geli... geli ...,“ mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

“Mas Bob... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu... ngilu...”

Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

“Ah... mas Bob... terus mas Bob... terus... hzzz... ngilu... ngilu...” Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

“Edan... mas Bob, edan... Kontholmu besar sekali... Konthol pacan-pacanku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan... edan...,” ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬remas perlahan kontholku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang kontholku.

“Mas Bob. kita main di atas kasur saja...,” ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.

Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.

Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.

Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

“Mas Bob... geli... geli ...,“ kata Ika kegelian.

Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya

dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

“Mas Bob... mas Bob... ngilu... ngilu... hihhh... nakal sekali tangan dan mulutmu... Auw! Sssh... ngilu... ngilu...,” rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Ika.

Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.

“Mas Bob... masukkan seluruhnya mas Bob... masukkan seluruhnya... Mas Bob belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno... tidak mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia... bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob...”

Jan-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

“Edan... edan... kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob...,” katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.

Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.

Aku menghentikan gerak masuk kontholku.

“Mas Bob... teruskan masuk, Bob... Sssh... enak... jangan berhenti sampai situ saja...,” Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

“Sssh... sssh... enak... enak... geli... geli, mas Bob. Geli... Terus masuk, mas Bob...”

Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan... satu... dua... tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Ika dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

“Auwww!” pekik Ika.

Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.

“Sakit mas Bob... Nakal sekali kamu... nakal sekali kamu....” kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.

“Bagaimana Ika, sakit?” tanyaku

“Sssh... enak sekali... enak sekali... Barangmu besar dan panjang sekali... sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku...,” jawab Ika.

Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Ika.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

“Ah... mas Bob, geli... geli... Tobat... tobat... Ngilu mas Bob, ngilu... Sssh... sssh... terus mas Bob, terus.... Edan... edan... kontholmu membuat memekku merasa enak sekali... Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Bob. Nyemprot di dalam saja... aku sedang tidak subur...”

Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Ika.

“Ah-ah-ah... benar, mas Bob. benar... yang cepat... Terus mas Bob, terus...”

Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas¬-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

“Sssh... sssh... Ika... enak sekali... enak sekali memekmu... enak sekali memekmu...”

“Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali... terusss... terus mas Bob, terusss...”

Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.

“Mas Bob... mas Bob... edan mas Bob, edan... sssh... sssh... Terus... terus... Saya hampir keluar nih mas Bob...

sedikit lagi... kita keluar sama-sama ya Booob...,” Ika jadi mengoceh tanpa kendali.

Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.

“Mas Bob... mas Bobby... mas Bobby...,” rintih Ika. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam “mengayuh sepeda” aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

“Mas Bob... ah-ah-ah-ah-ah... Enak mas Bob, enak... Ah-ah-ah-ah-ah... Mau keluar mas Bob... mau keluar... ah-ah-ah-ah-ah... sekarang ke-ke-ke...”

Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun berteriak tanpa kendali:

“...keluarrr...!”

Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

“Mas Bob... kamu luar biasa... kamu membawaku ke langit ke tujuh,” kata Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan Kak Dai.”

Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti

dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.

“Mas Bob... kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan... kamu perkasa... dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya...”

Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang hams menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Ika, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.

“Ahhh... mas Bob... kau langsung memulainya lagi... Sekarang giliranmu... semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku... Sssh...,” Ika mulai mendesis-desis lagi.

Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.

“Sssh... sssh... sssh... enak mas Bob, enak... Terus... teruss... terusss...,” desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.

Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret...” Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

“Mas Bob... ah... mas Bob... ah... mas Bob... hhb... mas Bob... ahh...”

Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, “Hhh...”

Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt... srottt-srrrtt... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Ika:

“Ak! Uhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh...”

Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

“lka... Ika... edan... edan... Enak sekali Ika... Memekmu enak sekali... Memekmu hangat sekali... edan... jepitan memekmu enak sekali...”

“Mas Bob... mas Bob... terus mas Bob rintih Ika, “enak mas Bob... enaaak... Ak! Ak! Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh...”

Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.

“Ika... aku... aku...” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

“Mas Bob... mas Bob... mas Bob! Ak-ak-ak... Aku mau keluar lagi... Ak-ak-ak... aku ke-ke-ke...”

Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Ika mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.

Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, “...keluarrrr...!” Tubuh Ika mengejang dengan mata membeliak-beliak.

“Ika...!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.

Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Ika terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. Kali ini semprotannya lebih lemah.

Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Ika.

“Mas Bob... terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. indah sekali... sungguh... enak sekali,” kata Ika lirih.

Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.

Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

“Mas Bob... kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob... Jangan khawatir, kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas Bob,” begitu kata Ika.

Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.

TAMAT
»» Baca selengkapnya.....