3 some uhhhh...


Aku menikah sudah 5 tahun lamanya. Banyak orang bilang umur pernikahan 5 tahun adalah masa masa genting. Dan akupun merasa kebosanan, terutama dalam setahun terakhir, soal urusan sex. Suamiku kurang suka mengekploitasi teknik teknik dalam gaya bercinta, terlalu monoton.
Terkadang aku berpikir, mengapa suamiku tidak ingin menyeleweng. Tapi dia terlalu baik, padahal aku perlu merasa cemburu. Karena cemburu adalah rasa memiliki. Dan pernah aku berpikir untuk selingkuh, sebenarnya aku nggak suka, hanya ingin membuat suamiku cemburu saja.

Kemarin suamiku pulang membawa film bokep, hmmm..”Ayo ma nonton..lama kita gak nonton bareng…refreshing….OK ?” Ajak suamiku sambil tiduran.

Filmnya cukup heboh, karena penuh adegan satu cewek yang disetubuhi 2 cowok. AKu selama ini Cuma sekali dua kali nonton tapi tidak pernah melihat adegan bercinta model begitu. “ Bercinta model apaan itu pa ? kok kelihatannya enak banget” Tanyaku, terus terang aku menyukai gaya bercinta seperti itu.

“Itu threesome namanya ma, kenapa ? kelihatan enak ya…memang kamu suka ? “ Tanya suamiku, wajahnya agak cemberut.

Hmmm kesempatan untuk melihat seberapa besar cemburunya. “ Kelihatannya asyik tuh pa…gimana ya rasanya disetubuhi 2 cowok ganteng begitu. Kepengen nehhh…” Kataku santai.

“Hmmm..gitu ya..bener kepengen nehh ? aku bilangin ma…kalo kamu nyeleweng main dengan 2 cowok gitu, aku cerai kamu, bener nih…!!” Katanya emosi.
“Haduh papa…ya deh..kalo gitu ngapain bawa film kayak begini…mestinya jangan dibawa dong..mending bawain yang ceweknya dua gitu..papa sendiri yang kepingin kan ?”Gerutuku.
“Ya deh…ya deeehhh…Sebenarnya aku memang penasaran aja, kata temen bercinta model threesome gitu asyik, tapi yang melibatkan istri…wah aku keberatan lah…masak kamu dinikmati cowok lain. Tapi memang aku terangsang banget sih membayangkannya. “ Kata suamiku bingung.
“ Sedari tadi aku coba bayangin kamu yang ada di adegan itu. Antara marah , cemburu, dan terangsang berat. Coba ma kamu lihat, coba kamu bayangin kamu yang disetubuhi berdua gitu, gimana menurut kamu…haduhhhh gila …”Mata suamiku tidak lepas dari televisi.
“Hmmm…kalo aku bilang enak,…papa marah…susah kan ? Kalo aku bilang gak pengen kenyataannya aku jadi kepikiran…bohong lagi.” Kataku pelan.
Mata Robert suamiku memandangku tajam : “ Sebenarnya kamu kepengen coba gak sih ma…?”
“Gak mau jawab !!! pikir aja sendiri…udah ah…aku mau bobo…” Kataku menghindar.

Sejak kejadian itu suamiku hampir setiap hari sebelum tidur selalu nonton bokep threesome tersebut. Sementara fantasiku kini malah melebar sambil terus membayangkan kalo disetubuhi lebih dari 2 cowok…hhhh tambah repot kan ? Sementara percintaan kami juga masih monoton. Rupanya suamiku juga merasa.

Sekarang setiap malam minggu, kegiatan suamiku bertambah dengan menonton bokep bersama 3 sahabatnya, Edo, Donny dan Rudi. Terus terang aku agak keberatan karena mereka terkadang suka menginap, atau tepatnya tertidur di sofa ruang tengah karena mabuk semalaman, dan yang paling parah adalah suamiku. Edo, Donny dan Rudi sebenarnya juga temanku kuliah juga, jadi kami sudah saling mengenal lama, bahkan Edo pernah pacaran denganku 3 bulan ketika belum mengenal suamiku sekarang.

Minggu pagi, Edo sudah nongol di dapur menemaniku. Sementara suamiku masih tertidur di bath up !!! kebangeten nggak ?

“Nggak mabuk semalem Do ? “Tanyaku
“Gak ah…bosan, masa setiap malem minggu abis nonton bokep terus mabuk. “Edo nyengir.

3 sahabat suamiku ini masih bujang, Aku yakin kalo dulu gak kebobolan, Robert juga gak bakalan menikah.

Kami ngobrol tentang macam macam sampai akhirnya Edo nyeletuk tentang obsesi threesome suamiku. “ Suamimu memang aneh, masa dia pernah bilang kalo pengen lihat kamu bercinta dengan cowok lain. Aku pikir dia serius, tapi setelah aku tanya beneran eh dia mundur lagi, rupanya Robert kebingungan Rin…kenapa sih dia jadi aneh begitu dan lagi kamu kan bukan tipe suka sex bebas..” Tanya Edo pelan.

“Ah Robert memang gak jelas, aku kapan itu juga sengaja menggoda dia, eh dia marah marah…”Jelas ku.
“Tapi sebenarnya kamu ingin mencoba gak sih Rin…ummm sorry terlalu to the point ya…hehehe” Edo meralat omongannya.
“Menurut kamu enak gak sih Do ? Kalo nonton sempat juga sih terlewat pengen coba, ah tapi aku kuatir nyesel setelahnya…dan lagi Robert kalo tahu bisa kacau semuanya…”Jawabku perlahan, aku nggak merasa jengah bicara dengan Edo, karena dia juga dulu eks pacar, selain itu ketika kuliah di teknik kami memang terbiasa bicara ceplas ceplos.
“Mengenai enaknya,hmmm laki laki pasti bilang enak, tapi aku belum pernah nyoba, Cuma yakin kalo enak aja hehehe, kalo dari sudut pandang si cewek wah aku nggak tahu, kamu sendiri yang bisa jawab Rin.. Jawabnya pelan.

Dalam hati sebenarnya aku pengen mencoba tapi gak mau dengan sembarangan orang. Kalo dengan Edo sih…hmmm boleh juga, dia kan bekas cowok ku.

“Hmmm, gini aja, kita coba dulu tapi kalo tiba tiba moodku ilang,kita harus berhenti. Bagaimana menurutmu ? sekarang aja mumpung suamiku masih tidur, kalo mabuk begitu paling 3 jam lagi baru bangun” Usulku ke Edo.
“Maksudmu “kita” itu siapa ? Kamu dan aku Rin ? “Tanya Edo gak yakin.
“Ya iyalah…kita coba dulu berdua, nanti kalau aku sudah merasa nyaman, ajak si Donny gabung…sementara Rudi jaga jaga kalo kalo suamiku bangun. selain itu aku gak mau suami ku mengajak threesome dengan cowok sembarangan. Kalo dengan kamu aku kan nggak malu dan kaku. Anggap aja ini belajar dulu“ Aku jadi teringat ketika bermesraan dengan Edo ketika pacaran dulu, kami tidak pernah melewati batas, maksimal petting.

Edo terlihat terkejut, dengan cepat aku tarik ke kamar tamu di lantai atas. Masih didepan pintu, Edo sudah menciumi leherku. “Do..kali ini kamu bisa masuk, nggak petting lagi….tapi pelan pelan ya.” Bisikku
Edo meciumi bibirku perlahan. Terus terang aku agak nervous, malu juga dengan Edo kenapa aku kelihatan begitu bernafsu ingin bercinta dengan orang lain, bagaimana penilaian dia terhadapku, hhhh..ah biarlah…terlanjur basah..semoga saja suamiku gak nongol tiba tiba.

Gaya bercinta Edo masih seperti dulu…lembut dan menghanyutkan, tiba tiba saja dia sudah mengulum payudaraku…hah kapan dia melepas bra-ku ? “ Do…pelan pelan ya…shhhh..”

Makin turun makin turun, mulutnya kini sibuk menyedot vaginaku…lidahnya menari nari di klit-ku ahhh bikin malu saja….”Do..jangan Do…aduhh..shhh”

Kemudian dia melepas celana dalamnya…batang Edo masih kalah dengan Robert suamiku, jauh malah. Mungkin kalau masuk tidak terasa, tapi bukankah sesuatu yang baru tetap bikin deg degan ?
Edo mendekatkan batangnya ke mulutku. Rupanya dia ingin aku mengoralnya.
“Do…sorry do, aku belum siap mengoral batang lain selain suamiku..maaf ya…” Aku kocok lembut batangnya.
Edo tampak mengerti dan tidak memaksa, perlahan batangnya mengarah ke vaginaku. Tiba tiba vaginaku terasa hangat…
Ahhhh…aku disetubuhi cowok lain !…aku disetubuhi cowok lain !!….ahhhhh aneh rasanya.
Benar milik Edo tidak terlalu terasa di vaginaku…tapi tetap saja membuatku gemetar. Tenyata begini rasanya bersetubuh dengan laki laki lain, nikmat juga, sensasinya yang tidak bisa aku jelaskan..

Aku lingkarkan kakiku ke pinggangnya, batangnya terasa mentok tapi tanpa gesekan. Edo tampaknya juga merasa. “ Sepertinya punya Robert lebih besar dari milikku”Bisiknya perlahan sambil menggigit lembut telingaku.

Aku tersenyum “ Hanya beda dikit kok…” Kataku menghibur, padahal jauuuuuhh….!

“Rin gimana kalo aku panggil Donny, kita coba threesome….”

Aku menganggu lemah sambil berpikir, apa nanti yang akan dilakukan oleh Donny karena aku nggak mau oral, nggak mau anal.
Rupanya Donny sudah berdiri dipintu sambil senyum senyum, sialan jadi dia sedari tadi sudah menonton pertunjukan gratis, dan aku tidak merasa sama sekali, aduhh kuatir juga kalo tiba tiba suamiku ikutan nongol. Ahhh biarlah..toh Robert juga ingin threesome tapi nggak berani mulai.

Dalam waktu singkat Donny sudah bugil, hmmm tubuhnya masih atletis tapi batangnya malah lebih kecil dari punya Edo…sial.
Donny mulai menciumi buah dadaku…hmmm enak juga, Satu laki laki memasukkan batangnya dan laki laki lain menciumi dadaku, sementara jemariku mngocok lembut batangnya. Ahhhh beginilah rasanya threesome…hehe enak juga.
Sebelum batangnya mendekat ke mulutku, Edo sudah memberi kode larangan ke Donny. Hmmm good…

Aku berpikir lagi harus mencoba variasi bagaimana lagi ya…ini cowok cowok kurang pinter eksplorasi. Payah….

Aku teringat di salah satu film bokep milik Robert ada adegan dua batang masuk barengan ke vagina…hmm kira kira sakit gak ya….mungkin nggak lah karena batang mereka cukup kecil, di dobel pun hanya sedikit lebih besar dari punya Robert, nggak ada salahnya dicoba.

Ide itu membuat mereka terkejut…ah bikin ilfil saja melihat tampang mereka.

“Wow !! beneran nih ? “ Tanya Donny

Gimana coba menurut kalian, nyebelin kan komentarnya…dasar laki laki.

Donny segera memposisikan tubuhnya di bawahku, WOT. Perlahan batangnya menyelusup di vaginaku. Edo memandangku dengan khawatir, perlahan batangnya diarahkan ke vaginaku tapi dari sisi atas.
Perlahan dia gesekkan ke klitorisku, pelan pelan mulai menyelusup diatas batang Donny.
Ahhhhh ternyata bisa masuk !! bisa masuk !! Vaginaku terasa penuh dan yang terpenting ternyata nikmat sekali !
“Pelan ngocoknya Do…pelan ya..takut sobek.. Don… jangan cepat cepat please…ahhhh”

Dua batang itu bergantian keluar masuk, terkadang bersama sama, gila !! nikmat sekali…apalagi Donny menciumi leherku dari belakang sementara Edo mengulum putting merah mudaku.
Semakin lama semakin cepat…tempat tidur berderit lebih keras. Hentakan pinggul Edo tambah mnghunjam, kocokan batang Donny lebih terasa.
“Rin…nikmat Rin…aaaahhh nikmat sekali” Wajah Edo memerah, sementara hembusan nafas memburu Donny menerpa telingaku.
Ahhhhh aku bisa orgasme nih…bisa orgasme nih…pahaku terasa menegang…

Tiba tiba Edo berteriak keras, terasa semburan spermanya ke rahimku, aduh enak banget…Donny ikutan melenguh…rupanya dia ikut memuncratkan spermanya.
Dua semburan sperma tersebut membuat tubuhku kaku sampai pada puncak orgasme, nafasku tercekat, Jantungku rasanya berhenti…ahhhhh aku sampai..aku sampai!!
“Do !! aku …aku …!! Ahhhh” Tubuhku melemas mengikuti dua tubuh laki laki di atas dan bawahku.

Sambil memejamkan mata aku mencoba menenangkan deburan jantungku, menarik nafasku yang tersengal sengal.

Tiba tiba aku teringat suamiku, ahh jangan jangan dia sudah bangun.
Pelan kubuka mataku dan melirik ke arah pintu…Dieeeggg !!! dadaku serasa dihantam palu godam.

Robert suamiku berdiri lemas di berpegangan handle pintu. Wajahnya merah padam. Nafasnya ngos ngosan…mulutnya terbuka..tiba tiba brrruuukk!! suamiku terkulai pingsan.
»» Baca selengkapnya.....

eksibisi pertamaku


perkenalkan namaku Mevy, umurku 23 tahun. Saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di kota Pontianak semester 7. Sebagai gambaran, aku berkulit kuning langsat (masih keturunan tionghoa), tinggiku 164 cm dan berat 63 kg dengan ukuran bra 34B. Aku anak pertama dari 2 bersaudara, adikku cewek masih duduk di bangku kuliah semester 3. Selain itu aku juga punya lesung pipit di kedua belah pipiku, dengan rambutku yang sebahu. Saat ini aku masih sendiri setelah hampir 1 tahun putus dengan pacarku.

Aku ingin menceritakan pengalaman "gila"ku, yang sudah lama aku simpan. Sudah lama aku ingin berbagi ceritaku ini,

Sejujurnya aku akui kalau aku mempunyai sifat aneh yang mungkin jarang dimiliki wanita yang seusia denganku. Yah boleh dibilang aku "beda" dengan perempuan kebanyakan. Aku mempunyai sifat suka mempertunjukkan bagian-bagian tubuhku kepada orang lain, khususnya laki-laki. Hal ini sudah kualami sejak aku berumur 17 tahun, waktu itu aku masih duduk di bangku SMU kelas 2. Ceritanya aku baru pulang dari sekolah, hari itu aku capek sekali karena tadi pagi habis mengikuti pelajaran olah raga, kemudian siangnya aku mengikuti latihan Paskibra sehingga begitu pulang tanpa membuka pakaian sekolahku, aku langsung tertidur di kamarku.

Sialnya aku lupa menutup pintu, mungkin karena badan ini sudah begitu lelah sampai-sampai hal sekecil itu tak terpikirkan olehku. Berhubung aku masih memakai pakaian sekolah, otomatis rok sekolahku masih belum kubuka. Sehingga mungkin tanpa sadar aku telah tidur dengan posisi yang sangat menantang buat laki-laki yang melihatku. Saat itu aku lupa kalau dirumah adikku sedang kerja kelompok dengan teman-teman sekolahnya. Sekilas waktu aku datang dari sekolah tadi cukup ramai juga, kebanyakan dari teman-teman adikku yang datang adalah cewek, cowoknya hanya ada 2 orang, dan itupun aku tak mengenalnya. Berhubung kamarku berada di depan ruang tamu tempat adikku dan temannya mengerjakan tugas kelompok, sehingga akan kelihatan tempat tidurku. Entah berapa lama aku tertidur, begitu terbangun dari tidurku tanpa sengaja mataku melihat teman adikku yang cowok sedang melihat ke kamarku, atau tepatnya kearah bawah tubuhku. Barulah aku tersadar kalau rokku telah tersingkap hingga hampir ke pangkal pahaku sehingga dengan jelas teman adikku itu bisa melihat dengan bagian rahasiaku.

Saat itu aku baru tersadar kalau aku masih mengenakan pakaian seragam sekolahku, mungkin teman adikku itu sedang memperhatikan gundukkan daging yang masih tertutup dengan celana dalam berwarna biru yang kukenakan. Entah mengapa aku tiba-tiba punya ide gila untuk membiarkan kejadian itu terus berlangsung. Bahkan dengan santainya aku membuka kedua pahaku dan berlaku seolah-olah aku masih tidur. Enyah mengapa kurasakan jantung ini berdegup dengan kencang, sensasi yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Bahkan dengan mengintip dari balik bantalku, kulihat teman adikku itu masih melihat kearahku. Kulihat mukanya merah sambil sesekali menelan air ludah. Hal itu kusadari dengan melihat jakunnya yang naik turun dari tadi sejak melihatku.

Kemudian aku pura-pura mengubah posisiku, jikalau tadi ia bisa melihat dengan jelas bagian depan kemaluanku yang masih tertutup celana dalam itu, kini aku ingin menunjukkan bagian pantatku yang kata teman-teman sekolahku aku memiliki pantat yang lumayan aduhai. Walaupun aku tidak bisa melihat reaksi teman cowok adikku itu tapi dapat kubayangkan bagaimana wajahnya setelah kuperlihatkan bagian pantatku itu. Bahkan dengan pura-pura tertidur pulas sengaja aku naikkan rok ku agar ia bisa melihat dengan jelas seluruh bagian pantatku. Tapi entah mengapa tak lama kemudian aku mendengar tawa keras dari teman-teman adikku itu, seolah menertawakan sesuatu yang sangat lucu.

Barulah kusadari kalau mereka itu menertawakan aku setelah adikku masuk ke kamarku dan membangunkan aku yang pura-pura tertidur dan mengatakan bahwa rokku tersingkap. Aku cuek saja pura-pura tidak tahu akan hal itu, lalu setelah adikku keluar dari kamarku, aku tiba-tiba tertawa walaupun dengan perlahan dan mengatakan pada diriku sendiri dalam hatiku kalau "aku sudah gila". Kemudian aku keluar kamar untuk menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil, saat aku keluar kulihat teman adikku yang tadi mengintipku tanpa sengaja mataku dan mata cowok teman adikku itu bertemu pandang, aku tersenyum dan dibalasnya setelah itu ia menunduk dan kulihat sekilas wajahnya memerah. Melihat itu kembali aku tersenyum dan melanjutkan langkahku menuju kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi sebelum aku pipis kuraba vaginaku dan aku terkejut karena ternyata vaginaku telah basah dengan cairan yang saat itu aku masih belum mengerti cairan apa itu. Semula ku beranggapan kalau cairan itu adalah keputihan, namun setelah kuperhatikan celana dalamku cairan itu lumayan banyak dan tidak berbau seperti layaknya keputihan. Akhirnya lama kelamaan baru aku sadari kalau itu adalah orgasme pertama yang kualami dalam hidupku. Mungkin cairan itu keluar saat aku merasakan nikmatnya ketika aku mempertontonkan bagian rahasiaku kepada teman adikku tadi. Pikirku saat itu, ternyata begini rasa nikmat saat orgasme. Tiba-tiba aku punya ide gila yang selama ini tak pernah terlintas di otakku. Aku ingin menunjukkan seluruh bagian tubuhku tanpa sehelai benangpun kepada laki-laki. Namun aku tak tahu bagaimana caranya.

Akhirnya setelah sekian lama menunggu, hampir setengah tahun, akhirnya saat itu datang juga. Walaupun itu boleh dibilang bukan suatu kesengajaan, tapi aku bersyukur.

Saat itu rumahku kedatangan tamu, dia adalah sepupuku dari keluarga mamaku. Namanya Ivan, ia seumur denganku saat itu dan sama-sama masih duduk dibangku SMA kelas 2. Menurut penilaianku Ivan adalah seorang cowok yang humoris, ia sering membuatku tertawa dengan joke-jokenya yang spontan, menurutku walaupun tampangnya tidak terlalu ganteng namun aku cukup terpesona melihatnya karena ia memiliki sesuatu yang sangat aku sukai dari kaum lelaki yaitu dagunya yang berbelah. Saat itu Ivan sedang berlibur di rumahku, karena kami sedang libur kenaikan kelas.

Otomatis selama hampir sebulan Ivan akan menginap di rumahku. Saat itu juga aku baru teringat akan "rencanaku" untuk mengulangi kegilaanku dulu. Akhirnya saat yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga, hari itu hari minggu. Dirumah saat itu hanya tinggal aku, adikku, dan ivan. Waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi, aku baru bangun tidur saat kulihat Ivan dan adikku sedang nonton TV di ruang tamu. Saat melihatku, Ivan tersenyum dan berkata,

"Yee.. Anak perawan kok bangun siang?!!"

Aku hanya tersenyum mendengarnya, tak lama kemudian aku kembali ke kamarku mengambil handukku untuk mandi, saat aku melintas kulihat hanya Ivan sendiri yang sedang menonton.

"Lho, Nita mana?? Kok sendiri aja nontonnya??"
"Nita ada temannya datang, tuh didepan" Jawab Ivan.
"Oo.. Ya udah. Eh 'Van, kamu udah mandi belum??"
"Mandi, aku mah udah dari tadi mandinya. Kamu tuh baru bangun, sana mandi.. Bau tau".
"Biarin bau.. Tapi tetep cakep. Kirain kamu belum mandi. Kalo belum sih.." Ucapku menggantung.
"Kenapa?? Mo ngajak mandi bareng??" Tanya Ivan spontan.

Aku cukup terkejut juga mendengarnya, tapi dengan santai aku menjawab,

"Maunya sih, kalo situ nggak keberatan"

Ivan hanya terdiam mendengar jawabanku. Lalu dengan santai aku melangkah menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Kurasakan seolah-olah Ivan sedang menatapku dari belakang. Setelah masuk ke kamar mandi, sengaja tidak kututup rapat pintu kamar mandi. Aku berharap Ivan mengetahui kesengajaanku ini, aku ingin merasakan bagaimana nikmatnya mandi sambil diintip laki-laki. Setelah menanggalkan seluruh pakain yang melekat ditubuhku, sambil bernyanyi kecil aku membasahi tubuhku dengan air yang keluar dari shower. Sekitar 10 menit kemudian, kudengar bunyi langkah menuju arah dapur. Lewat sela-sela pintu yang sengaja tidak 'ku tutup tadi, aku lihat Ivan sedang mengambil air minum.

Sekilas kulihat arah matanya sedang menatap pintu kamar mandiku dan aku yakin ia melihat tubuhku walaupun tidak seluruhnya terlihat. Lalu aku pura membungkuk untuk membersihkan kakiku, sengaja kuarahkan pantatku ke sela-sela pintu agar Ivan dapat dengan leluasa melihat bagian yang kuanggap paling seksi dari seluruh tubuhku itu. Sekitar lima menit kemudian aku mengubah posisiku, kali ini aku berdiri menyamping, sekilas kulirik kalau Ivan masih berdiri ditempatnya, kuusap-usap payudaraku yang berukuran 34B itu. Kupastikan agar Ivan bisa melihat gerakanku itu walaupun dari samping. Aku merasakan sensasi yang luar biasa dahsyat saat aku mengelus-elus pentil susuku.

Badanku bregetar hebat menahan gairah yang seakan-akan mau meledak. Ah, aku berkhayal, seandainya Ivan menerobos masuk dan mencumbuku tentu tidak akan kutolak. Kini tanganku turun untuk mengelus vaginaku. Kumain-mainkan clitorisku, ach.. Ingin rasanya aku berteriak "Ivan.. Apa yang kau tunggu lagi!! Cumbu aku, puaskan aku!!"

Aku seolah tak perduli lagi. Tak lama kemudian aku merasakan ada suatu yang akan keluar dan dapat aku pastikan kalau aku akan orgasme. Kupercepat elusan tanganku di clitorisku, dan tak lama kemudian..

"Akhh.. Eesstt.."

Tanpa kusadari aku mengerang menahan kenikmatan yang sedang aku rasakan dan aku yakin Ivan pasti mendengarnya. Barulah setelah itu aku membersihkan badanku. Setelah mengeringkan badanku, aku keluar dari kamar mandi dan kulihat Ivan sudah tidak ada lagi di tempatnya semula berdiri. Saat aku melewati ruang tamu. Kulihat ia sedang nonton TV sambil berbaring.

"Wah, lama amat mandinya. Jangan-jangan udah habis tuh airnya, hampir aja aku mo' numpang kencing di rumah tetangga kalo' kamu nggak keluar-keluar. Tidur yah..??" Ledek Ivan

Aku hanya menjulurkan lidahku mendengar ucapannya, sekilas saat aku akan masuk ke kamarku, kulihat bagian bawah pusar Ivan tampak menonjol. Aku yakin ia pasti horny, karena dari tadi mengintip aku mandi.

Setelah masuk ke kamarku, sengaja tidak kututup pintu kamarku, sehingga kamarku hanya ditutupi kain korden. Sehingga apabila tertiup angin, kupastikan kain itu akan tersibak. Setelah membuka lilitan handuk yang menutupi tubuhku, aku mengeringkan sisa-sisa air dari tubuhku sambil sesekali melirik Ivan yang ada tepat di depan kamarku, kuharap ia sadar kalau aku ingin mengulangi kejadian di kamar mandi, kini di kamarku. Sambil bernyanyi-nyanyi aku mengambil BH, CD dan daster dari dalam lemari bajuku. Aku ingin terlihat seksi saat Ivan melihatku memakai daster didepannya, karena aku yakin pasti ia tidak pernah melihat seorang gadis sepertiku memakai daster. Kemudian terlintas di pikiranku seandainya aku tidak memakai bra, pasti akan terlihat dengan jelas lekuk-lekuk payudaraku.

Kemudian kutaruh kembali BH yang tadi kuambil. Lalu aku mulai memakai celana dalamku saat tiba-tiba angin bertiup kencang hingga menyingkap kain penutup kamarku sehingga terlihat dengan jelas posisiku yang sedang memasukkan kaki kananku ke dalam segitiga pengaman wanita itu. Dan tanpa sengaja mataku bertatapan dengan mata Ivan yang sedang tercengang melihat pemandangan indah itu. Tapi aku cuek saja dan tetap meneruskan kegiatanku memakai celana dalam. Aku tersenyum mengingat raut wajah Ivan saat melihatku bugil tadi. Setelah lengkap berpakaian, aku keluar dan kulihat Ivan tidak ada ditempatnya semula. Lalu kudengar bunyi pintu kamar mandi yang barusan ditutup. Oh, mungkin ia sedang buang air kecil, pikirku.

Tak lama kemudian Ivan keluar dari WC dan menuju kearahku. Kulihat wajahnya memerah, tapi aku tak tahu karena apa. Sambil nonton TV, aku dan Ivan berbincang-bincang sambil sesekali aku tertawa dibuatnya dengan cerita-cerita lucunya. Saat aku tertawa itu ku rasakan payudaraku yang tanpa BH itu berguncang-guncang. Aku lihat Ivan sesekali melirik ke arah gunung kembarku itu, dan aku yakin ia pasti tahu kalau aku tidak memakai BH. Tanpa kusadari ternyata tonjolan putingku itu nampak jelas tercetak dari balik dasterku.

"Ah, udahan ah 'Van. Cerita lo' bikin aku sakit perut nahan pipis. Dari tadi ketawa melulu". Ucapku.
"Lha pipis di tahan-tahan, ntar jadi penyakit baru tahu." Jawab Ivan.
"Ya udah aku pipis dulu nih.."

Lalu aku beranjak menuju ke kamar mandi untuk pipis. Setelah buang air kecil, saat aku akan keluar kulihat pakaian dalamku sebelum aku mandi tadi masih menggantung di belakang pintu. Lalu aku mengambilnya dengan maksud akan kurendam di ember, tanpa sengaja saat aku memegang celana dalamku kurasakan ada banyak lendir tepat dibagian penutup vaginaku. Saat aku perhatikan, ada banyak lendir berwarna putih kental disitu. Aku bertanya-tanya apakah ini cairanku, tapi setahuku tadi saat aku mo' mandi, aku ingat kalau celana dalamku tadi masih kering karena saat ini aku masih dalam masa subur. Pun aku yakin kalau itu bukan cairan keputihan, karena cairan yang ini banyak sekali seperti lendir. Saat kusentuh cairan itu terasa hangat dan melekat, baunya pun persis dengan bau pemutih pakaian.

Kulihat di BHku juga ada cairan lendir itu walaupun tidak banyak. Aku berpikir, apakah ini cairan milik Ivan, karena aku pernah membaca suatu artikel kalau cowok itu senang sekali onani bahkan aku juga pernah membaca di internet kalau ada sifat cowok yang suka mengoleksi pakaian dalam cewek bekas pake', kalo ngga salah namanya Fetish.

Kini aku yakin ini pasti sperma milik Ivan, mungkin ia tidak bisa menahan nafsunya sehingga dilampiaskan melalui pakaian dalamku ini. Aku tidak menyangka ternyata Ivan yang kuanggap "alim" itu bisa melakukan onani, dan pakaian dalamku yang menjadi korbannya. Tapi aku tidak marah, malah aku ingin merasakan bagaimana rasanya air mani Ivan ini. Kemudian aku keluar dari kamar mandi, dan masuk ke kamarku. Saat aku melewati ruang tamu, kulihat tidak ada siapa-siapa. Mungkin Ivan ada dikamarnya di lantai dua.

Begitu sampai ke kamarku, kukunci pintu kamarku dan kembali ku buka lipatan celana dalamku yang terdapat sisa-sisa air mani Ivan tadi. Dengan perlahan, kuhirup aroma sperma milik Ivan itu. Mungkin kalau ada orang yang melihatku pasti akan jijik dan mengatakan aku jorok. Tapi aku tak perduli dan tetap ku hirup aroma nikmat itu. Kurasakan panas yang keluar dari tubuhku walaupun di kamarku telah terpasang AC. Kubuka daster yang kukenakan dan juga celana dalamku hingga aku telanjang bulat. Kemudian aku berbaring di atas tempat tidurku, sambil tetap mencium bau khas lendir milik laki-laki yang bernama Ivan itu.

Karena penasaran, kumainkan lendir itu dengan jari telunjukku. Timbul rasa penasaran ingin "mencicipi" sperma Ivan ini, tapi aku takut hamil. Tapi karena rasa penasaranku begitu kuat, kubuang jauh-jauh rasa takutku itu dan tanpa rasa jijik sedikitpun kujilat sedikit air mani Ivan itu. Kurasakan rasa asin dan entah rasa apa lagi, tak bisa kujelaskan. Karena penasaran, kujilat lagi sedikit sperma Ivan yang ada di celana dalam ku itu, hingga tanpa sadar akhirnya kujilat dan kutelan seluruh air mani Ivan itu hingga celana dalamku yang tadi belepotan dengan air mani Ivan itu menjadi basah oleh air liurku karena bekas menjilatinya tadi. Entah mengapa aku jadi ketagihan, rasa asin tadi seolah berubah menjadi suatu rasa nikmat yang memabukkanku. Akhirnya karena terangsang hebat, ku mainkan klentitku, aku pun mendesah hebat menahan getaran kenikmatan hingga akhirnya aku orgasme.

"Aahh.. Esstt.."

Sesaat aku terkulai lemas, dan tanpa sadar aku akhirnya tertidur dengan tubuh telanjang. Saat aku bangun kulihat jam ternyata aku tertidur hampir 1 jam. Cepat-cepat aku memakai bajuku kembali dan keluar untuk mencuci pakaian dalamku tadi. Setelah mencuci, tiba-tiba kurasakan kalau rumahku sepertinya sepi tidak ada orang. Lalu aku membuka kamar adikku, ternyata dia tidak ada. Akhirnya aku baru teringat akan Ivan, aku lupa menyuruhnya makan. Kulangkahkan kakiku menuju lantai dua, menuju kamar Ivan. Kulihat pintunya terbuka sedikit, pikirku apakah Ivan sedang tidur. Saat tanganku akan membuka pintu kamarnya, aku dikejutkan dengan pemandangan yang membuatku surprise. Aku lihat Ivan sedang berbaring telanjang diatas tempat tidurnya, kelihatannya ia sedang horny berat karena kulihat ia sedang mengelus-elus penisnya. Untuk pertama kalinya aku baru melihat bentuk penis laki-laki.

Lumayan besar juga milik Ivan. Yang makin membuatku surprise adalah ternyata Ivan sedang memegang celana dalam berwarna merah. Aku yakin itu pasti milik adikku karena aku tidak mempunyai celana dalam berwarna merah. Kulihat Ivan sedang mencium-cium celana dalam adikku itu tepat di bagian tengah-tengahnya. Lalu ia mulai mengocok penisnya sambil tetap mencium CD adikku itu. Aku yang melihat itu kembali menjadi terangsang. Kuremas-remas payudara sebelah kananku sambil melihat Ivan. Ah, kalau aku tidak dapat mengendalikan diriku mungkin sudah dari tadi aku masuk kekamar Ivan. Aku membayangkan seandainya penis Ivan itu menusuk-nusuk memekku, ah pasti nikmat sekali. Tak lama setelah itu aku lihat wajah Ivan tiba-tiba memerah dan tubuhnya menegang, dan kulihat ia meletakkan celana dalam adikku itu tepat di diujung penisnya dan kudengar ia mendesis pelan menyebut nama adikku.

"Achh.. Fitri.. Enak sekali sayang!!"

Oh, mungkin ia sedang membayangkan begituan dengan adikku. Sialan, makiku dalam hati kenapa ia malah memilih Fitri untuk menjadi bahan onaninya. Kenapa tidak aku, tiba-tiba saja aku menjadi cemburu. Padahal aku lebih cantik dibandingkan adikku itu.

Tak lama setelah itu, kulihat Ivan mengangkat celana dalam yang tadi ditutupkannya di atas penisnya saat onani. Kulihat celana dalam adikku itu basah dibagian tengahnya. Dan kulihat juga di ujung penis Ivan itu ada sedikit cairan putih, sama seperti yang terdapat di celana dalamku tadi. Ternyata dugaanku tidak meleset, lendir yang tadi ada di celana dalamku itu adalah kepunyaan Ivan. Ternyata ia juga ingin membaginya dengan celana dalam adikku.

Kemudian aku turun dan pura-pura sedang nonton TV, semoga saja Ivan tidak mengetahui kalau aku tadi mengintipnya sedang onani. Itulah sedikit pengalamanku yang bisa kuceritakan. Sebenarnya masih ada pengalamanku ynag lain yang lebih seru, dan aku janji akan menceritakannya nanti.

Buat rekan-rekan sesama Exhibitionis, mari bergabung bersama saya di mailing list yang khusus membahas tentang kaum eksibisi, tapi tidak menutup kemungkinan diluar dari itu yang ingin bergabung. Kita curhat dan berbagi cerita bersama. Kirim saja e-mail kosong di eksibisionist-subscribe@yahoogroups.com. Kemudian setelah mendapat balasan, reply kembali dengan email kosong, tujukan dengan alamat yang sama.
»» Baca selengkapnya.....

bercinta di atas meja sekolah


Aku seorang gadis bersekolah di SMA, namaku Shinta. Aku anggota cheerleader PCT. Pada suatu hari, ada pertandingan basket antara anak melawan anak SMA 8 di sekolahku. Aku sebagai anggota tim cheerleader PCT, berpakaian minim, memberi support kepada tim sekolahku ... pada tengah2 pertandingan, salah satu pemain cadangan tim SMA 8 tersenyum padaku .... dia bukannya melihat teman2nya bermain, melainkan memandangiku terus. Ketika babak pertama usai, dia datang menghampiriku, dan kami berkenalan ... sebut saja namanya Indra. Setelah kami berkenalan, lalu kami bercakap2 sebentar di kantin sma.
Setelah tidak berapa lama ... tiba2 dia berbisik di telingaku, katanya ," Kamu cantik sekali deh Shinta .." sambil matanya tertuju pada belahan dadaku ... mukaku langsung merah ... kaget dan dadaku berdetak kencang. Tiba2 terdengar suara "PRITTTTTTTT....!!!" tanda bahwa babak ke-2 akan dimulai ... aku langsung mengajaknya balik ke lapangan.

Dalam perjalanan ke lapangan, kami melewati kelas2 kosong ... tiba2 dia menarik tanganku masuk ke dalam kelas 3 Fis 1 ... lalu dia langsung menutup pintu ... aku langsung bertanya padanya," ada apa indra ... babak ke-2 udah mau mulai nih ... kamu gak takut dicariin pelatih kamu ??". Dia tidak membalas pertanyaanku, melainkan langsung memelukku dari belakang, dan dia berbisik lagi padaku,"Badan kamu bagus ya sekali ya Shin .." Aaaahhhh. aku tak bisa berbuat apa2 selain berbalik badan dan menatap matanya .... dan tersenyum padanya.

Dia langsung mencium bibirku dan aku yang belum pernah berciuman dengan cowo, tidak bisa berbuat apa2 selain membiarkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Setelah kira2 5 menit bercumbu, mulai tangannya meraba dan meremas dadaku...aku pasrah saja padanya, karena terus terang aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Tangannya masuk kedalam baju cheers no.3 ku itu, dan mulai memainkan puting payudaraku, lalu dia menyingkapkan bajuku dan memeloroti rokku hingga aku tinggal mengenakan BH dan celana dalam saja.

Lalu ia membuka baju basket dan celananya, sehingga ia hanya mengenakan celana dalam saja. Tampak jelas padaku bahwa "burung"-nya sudah tegang dibaik celana dalamnya. Ia memegang tanganku dan menuntun tanganku kedalam celana dalamnya. Aku merasakan "burung"-nya yang besar dan tegang itu dan ia memintaku untuk meremas-remas burungnya itu. Ia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, setelah aku membuka celana dalamnya, tampak jelas burungnya yang sudah ereksi ... besar juga pikirku ... hampir sejengkal tanganku kira2 panjangnya.

Baru sekali itu aku melihat kemaluan cowo secara langsung, biasanya aku hanya meihat dari "Blue" film saja kalau aku diajak nonton bersama teman2 dekatku. Ketika aku masih terpana melihat burungnya, dia melepas BH dan celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku.

Setelah ia menyingkirkan pakaian dalamku, badannya yang tinggi dan atletis layaknya sebagai seorang pemain basket itu, menindih badanku diatas meja kelas dan ia mulai menjilati puting payudaraku sampai aku benar2 menggeliat keeenakan, kurasakan basah pada bibir kemaluanku, aku baru tau bahwa inilah yang akan terjadi padaku kalau aku benar2 terangsang. Lalu tangannya yang kekar itu mulai meraba bibir kemaluanku dan mulai memainkan klitorisku sambil sesekali mencubitnya. Aku yang benar2 terangsang tidak bisa berbuat apa2 selain mendesah dan menggeliat di atas meja.

Cukup lama ia memainkan tangannya pada kemaluanku, lalu ia mulai menjilati bibir bagian bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan klitorisku. Tak lama aku bertahan pada permainannya itu, kira-kira 5 menit kemudian, aku merasakan darahku naik ke ubun2 dan aku merasakan sesuatu kenikmatan yang amat sangat nikmat, badanku meregang dan aku merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku itu, Indra tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurnya sajalah yang membasahi kemaluanku itu.

Badanku terasa lemas sekali ... lalu Indra duduk di atas pinggir meja dan memandangi wajahku yang sudah basah bermandikan keringat. Ia berkata padaku sambil tersenyum," Kamu tampak cape banget ya Shin ..." Aku hanya tersenyum. Dia mengambil baju basketnya dan mengelap cucuran keringat pada wajahku, aku benar2 kagum padanya, "Baik banget nih cowo" pikirku ... Seperti sudah mengerti, aku jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus ngelus burungnya, sambil sesekali menjilati dan menciuminya, aku juga tak tau bagaimana aku bisa bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku hanya membalas perbuatannya padaku, dan cara yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.

Indra hanya meregankan badannya ke belakang sambil mengeluarkan suara2 yang malah makin membuatku ingin memasukkan burungnya ke dalam mulutku, tak berapa lama kemudian aku memegang pangkal kemaluannya itu dan mulai mengarahkannya masuk kedalam mulutku, terasa benar ujung burungnya itu menyentuh dinding tenggorokanku ketika hampir semua bagian batang kemaluannya masuk kedalam mulutku, lalu aku mulai memainkan burungnya didalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan basah lagi tanda kalau aku sudah benar2 terangsang padanya.

Kira2 5 menit aku melakukan oral sex pada Indra, tiba2 badan Indra yang sudah basah dengan keringat itu mulai bergoyang goyang keras sambil ia berkata." aaaaarghhh.....aku udah gak tahan lagi nih Shin.. aku mau keluarr..." aku yang tidak benar2 memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan burungnya, sampai kurasakan cairan hangat kental putih dan rada asin muncrat dari lubang kemaluan Indra, aku langsung mengeluarkan burungnya itu dan seperti kesetanan, aku malah menelan cairan spermanya, dan malah menghisap burungnya sampai cairan spermanya benar2 habis.

Aku duduk sebentar di bangku kelas, dan kuperhatikan Indra yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan irama nafasnya yang terengah-engah itu.

Aku hanya tersenyum padanya, lalu Indra bangun dan menghampiriku. Dia juga hanya tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat. "Kamu cantik dan baik banget ya Shin" katanya tiba2 aku hanya tertawa kecil dan mulai mencium bibirnya. Indra membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya kedalam lubang kemaluanku cukup lama kami bercumbu, lalu ia berkata," Shin boleh nggak aku emm itu" "itu apa Ndra ??" tanyaku. "Itu .. masa kamu gak tau sih ??" balasnya lagi.

Sebelum aku menjawab aku merasakan kepala batang kemaluanya sudah menyentuh bibir kemaluanku cresttt creest terasa ada yang terobek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar kemudian indra berkata " shin kamu ternyata masih perawan !!!" aku hanya bisa tersenyum dan merasakan sedikit perihi kemaluanku terasa agak serat waktu setengah kemaluanya masuk ke vaginaku. digerak-gerakan perlahan batang kemaluanya yang besar tapi setelah agak lama entah mengapa rasa sakit itu hilang dan yang ada hanya ada rasa geli, enak dan nikmat ketika indra menggoyangkan badannya maju mundur pelan pelan aku tak tahan lagi seraya mendesah kecil keenakan..kemudian semakin cepat saja indra memainkan jurusnya yang maju mundur sesekali menggoyangnya kekiri kekanan.dan dipuntir- puntir putingku yang pink yang semakin membuatku menggelepar gelepar seperti ikan yang dilempar kedaratan.

Keringat sudah membasahi badan kita berdua aku sadari kalau saat itu tindakan kita berdua bisa saja dipergoki orang tapi aku rasa kemungkinanya kecil karena kelas itu agak terpencil .ahhhh ahhhh ahhh aku mendesah dengan suara kecil karena takut kedengarann orang lain ..kullihat tampang indra yang menutup matanya dan terenggah- engah nafasnya. cukup lama juga indra bermain denganku memang benar kata orang kalau atlit itu kuat dalam bersenggama ..ahhhhh awww..awwww geli dalam lubang kemaluanku tak tertahankan tiba-tiba kurasakan seuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan muncrat dari dalam vaginaku .oh itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku..badanku terasa rileks sekali dan mengejang. ditutup mulutku oleh indrap mungkin ia takut kalu aku mendesah kekerasan.

Meja kelas yang agak tua itu bergoyang goyang karena ulah kita berdua .aku masih merasakan bagimana indra berusaha untuk mencapai puncak organsmenya iya lalu duduk di bangku dan menyuruhku untuk duduk di kemaluan nya .aku menurut saja dan pelan-pelan aku duduk di kemaluannya . Indra memegang pinggulku dan menaik turunkan diriku .aku merasakan belum pernah aku merasakan kenikmatan yg seperti ini .aku mendesah desah dan indra semakin semangat menaik turunkan diriku .lalu badan indra mengejang dan berkata,"shin aku mau keluarrrrrr " sekarang malah giliranku yg semangat memacu gerakan tubuhku agar indra bisa juga mencapai klimaks nya .tapi lama indra mengeluarkan burungnyna dan terdengar ia mendesah panjang, "Ahhhhhh shin ..aku keluar .ku liat air maninya kececeran di lantai dan sebagian ada yg ke meja .lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. ia berkata, "kamu nyesel yah shin?" aku menggeleng sambil berkata, "ngak koq ndra .sekalian buat pengalaman bagiku ."

Aku teringat kalo orang orang di luar kelas sangat banyak yg menonton pertandingan lalu aku buru buru mengenakan pakaianku dan menyuruh indra juga untuk memasang pakainnya .sebelum keluar iya bertanya padaku, "shin kapan kita bisa 'begituan' lagi? Dan aku menjawab terserah kamu ndra .tapi nanti setelah pertandingan selesai kamu tunggu aku yah di pintu gerbang lalu nanti kita jalan jalan.." Ia tersenyum dan mengangguk lalu kami berdua keluar kelas dan sengaja berpisah ..

Begitulah pengalamanku, tak kusadarai ternyata melakukan hubungan seks itu sangatlah nikmat dan aku berniat untuk merasakannya lagi..
»» Baca selengkapnya.....

Bercinta Dengan Om


Kisah daun muda, ya kisah cerita daun muda, atau anak yang baru gede, yang orang banyak sebut sebagai abg, cerita seks nya tak kalah hot dengan cerita seks dewasa lain nya, walau masih muda, bukan berarti cerita seks nya muda, bahkan pengalaman seks anak muda jaman sekarang jauh lebih hebat, karena belajar langung dalam film bokep yang selama ini beredar.berikut cerita seks bercinta dengan om-om.

Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.

Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.

Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.

Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.

Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.

Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.

Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.
Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang.”
“Makasih, Bi.” jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.

Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

“Ooh..” pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulubulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

“Halo Karin, apa kabar kamu..?” sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku. Aku pun balas sun dia walau kagok, “Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?”
“Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?” tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.

“Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?” ujarku basa-basi.
“Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih.” balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya.
“Ooh..” jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi.
“Ke dapur yuk..!”

“Kamu mau minum apa Rin..?” tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur.
“Air putih aja Om, biar awet muda.” jawabku asal.
Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
“Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
“Boleh kok Rin.” kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
“Aaah..!” pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
“Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh.
Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert.
“Om.. udah Om..!” kataku lirih.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

“Kamu cantik, Karin..” ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Robert juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Robert bernafsu.
“Oom.. aah.. aaah..!”
“Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi
ini..” godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
“Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

“Sshh.. jangan panggil ‘Om’, sekarang panggil ‘Robert’ aja ya, Rin. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
“Iya deh, Om.” jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
“Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!” kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
“Aeeh.. uuh… Rob.. aawh.. ehh..!”
Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
“Aaww.. gede banget sih Rob..!” ujarku karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
“Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!”
Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.

Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Robert mengerang keenakan.
“Ah Rin… enak Rin.. aduuuh..!”
“Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. terusss.. eehh..!” balasku sambil merem melek keenakan.

Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja.
“Awwh.. awwwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.

Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

“Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterrr..!” rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku. Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosokgosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

“Aaah.. Riin..!” erangnya.

Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami samasama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

“Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Robert.
Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
“Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?” ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
“Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik.” pujiku.
“Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?” balasnya.
“Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh.”
“Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi.”
“He.. he.. he..” aku tersipu malu.

“Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa.” ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om Robert.
“Iya, makasih ya Karin sayang..” jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
“Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore.” elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert.
Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang.

Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya.
“Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?”
Sambil menahan tawa aku pun berkata, “Iya Pak, dikasih ‘wejangan’ pula..” Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he..

Cerita seks memang tak akan ada habis di ceritakan, selalu saja ada yang baru di cerita dewasa. nantikan postingan kami selanjutnya, tentang cerita seks dewasa yang membuat anda betah untuk berlama-lama di website kami. Sekian…
»» Baca selengkapnya.....

DI Entot Cowok Negro


Namaku Marini, berumur 33 tahun yang berprofesi seorang perawat rumah sakit swasta terkenal di Jakarta, dan aku kebetulan seorang wanita keturunan Chinese, sudah berkeluarga dengan suami seorang keturunan juga. Dia bekerja di sebuah perusahaan pelayaran kecil milik keluarga. Aku tidak cantik menurutku, tapi aku dikaruniai kulit putih, bersih dan halus, walaupun aku hanya merawat seadanya, sedangkan tubuhku masih terawat, karena aku memang senang berolah raga sedari kecil.

Kehidupanku biasa biasa saja seperti layaknya keluarga menengah yang hidup di kota besar ini. Kami tinggal di daerah Jakarta Utara mempunyai seorang anak masih SD klas 1 saat itu.

Pengalaman sex saya biasa saja. Sebelum menikah dengan suamiku Satya, aku pernah melakukan hubungan sex dengan pacar pertamaku yang juga seorang keturunan. Karena aku seorang perawat RS, maka aku mempunyai pengalaman melihat dan memegang berbagai macam kemaluan lelaki, sebab saat aku memandikan pasien, maka mau tak mau dan suka tak suka aku membersihkannya. Dan kuakui sebenarnya aku mempunyai libido yang di atas rata rata, sebab kalau aku memandikan pasien, sering aku jadi terangsang sendiri.

Setelah menikah aku hanya berhubungan dengan Satya, namun kuakui, aku pernah melakukan beberapa kali bercumbu sampai dengan oral sex dengan 2 orang dokter yang baik dan kami saling bersimpati. Ada keinginan untuk sampai dengan hubungan sex sesungguhnya tapi sungguh aku dan kedua dokter itu hanya sampai dengan oral saja. Dengan oral kami sama-sama mencapai orgasme walaupun bukan orgasme genital, tapi cukup memberikan kepuasan bagi kami masing masing.

Keadaan berubah, saat aku bertugas di VIP dan mendapatkan seorang pasien yang sangat simpatik, walaupun sebenarnya awalnya aku kurang suka karena dia adalah seorang pria hitam asal Nigeria yang mondar mandir antara Jakarta dan Lagos. Orangnya pendiam tidak banyak bicara, mungkin karena banyak menahan sakitnya. Tubuhnya tinggi besar, kulitnya hitam, tapi kelihatan terawat tubuhnya. Dia dirawat disebabkan terserang sakit radang usus yang cukup akut, sehingga selama lebih dari 2 minggu tidak diperkenankan dokter untuk turun dari bed dan dua minggu berikutnya setelah dioperasi baru dinyatakan sembuh total.

Selama 5 minggu lebih, hampir sepenuhnya aku yang merawat. Aku ditunjuk oleh dokter kepala untuk merawatnya karena dari semua perawat senior hanya aku yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Aku dibebaskan dari tugas-tugas lain dan berkonsentrasi sepenuhnya pada pasien VIP ini.

Pada awalnya tidak ada yang aneh, hubungan kami hanya sebatas antara perawat dan pasien. Pasien yang bernama Siof ini hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris dengan dialek Afrika. Pada awalnya agak sulit juga aku menangkap maksudnya.

Singkat cerita aku merawatnya dengan tulus sebagai perawat. Selama minggu pertama tugasku tidak begitu banyak, hanya mencek selang infus, mengamati suhu tubuhnya, denyut dan tekanan jantungnya serta menyibin dengan pispot untuk buang air. Pada minggu kedua selang mulai dilepas, tugasku bertambah menyuapinya bubur sumsum cair dan membersihkan tubuhnya dengan memandikannya. Dia mulai agak banyak berbicara, bercerita tentang negerinya, bisnisnya dan keluarganya. Ternyata dia mempunyai seorang anak dan seorang istri. Dia pun menanyakan tentang aku. Tingkah lakunya benar benar kalem dan sopan, tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya bahwa orang Negro bertemperamen keras atau urakan.

Kejadian diawali ketika aku jaga malam saat Siof sudah dalam masa penyembuhan setelah operasi pemotongan usus. Aku diminta datang lebih awal seperti biasa untuk memandikan si Negro itu. Tidak seperti biasanya, kali ini penisnya sedikit ereksi saat aku bersihkan. Sebenarnya sudah terlalu sering aku melihat berbagai penis, tapi yang hitam legam baru kali ini. Apalagi ukurannya, saat tidak ereksi saja besarnya sudah melebihi punya Satya, malah sedikit lebih panjang. Saat aku perhatikan wajah Siof, dia tenang saja, tapi matanya terpejam seperti menikmati saat penisnya aku bersihkan.

“Thank’s a lot Rin” katanya berterima kasih setelah selesai.

Dan aku cuma tersenyum, senang karena pekerjaanku dihargai. Malamnya setelah tugasku menyuapinya makan malam dan tugas lain selesai, seperti biasa aku menemaninya kalau sedang tidak ingin menonton TV. Saat aku masuk ke kamarnya, Siof sedang membaca pocket book. Buku itu langsung diletakkan sambil tersenyum, dan seperti biasa aku duduk di sofa, tapi kali itu Siof meminta aku duduk di kursi sebelahnya. Aku pindah dan kutanyakan keadaannya seperti biasa. (Percakapan kami untuk seterusnya langsung aku terjemahkan dalam bahasa Indonesia).

“Saya merasa segar, tapi kadang-kadang masih sakit”. ujarnya sambil berusaha mendekatkan tubuhnya ke arahku, tapi aku larang untuk bergerak.

Akhirnya kami mengobrol kesana kemari dan dia bertanya, mengapa aku baik sekali terhadapnya, sebab kalau di negaranya perawat tidak sebaik aku, menurutnya. Tentu saja itu adalah tugasku sebagai perawat, karena dengan merawatnya sebaik mungkin, pasien akan lebih tenang dan diharapkan akan cepat pulih.

“Terima kasih, kamu telah membuat aku cepat sembuh” katanya tanpa ekspresi.
“Bukan aku, tapi obat dan semangatmu yang membuat kamu cepat baik” sahutku.
“Setelah aku sembuh nanti, bisa kita berteman?”.
“Apa mau kamu, orang kaya berteman dengan seorang perawat?”. Kulihat dia terkejut dengan ucapanku yang sekenanya.
“Berteman tidak ada kata kaya atau miskin, atau dibatasi dengan suku atau bangsa” katanya lirih, sambil meraih tanganku. Kubiarkan tanganku dielus tangan besar dan hitam itu. Kontras sekali kulihat dengan tanganku yang termasuk putih.
“Boleh aku cium tangan yang telah merawatku selama ini?”. Siof melirikku meminta persetujuan. Kubalas senyumannya dan mengangguk. Siof tersenyum dan mencium tanganku sambil memejamkan matanya.

Seterusnya kami teruskan mengobrol dan tanganku terus dibelainya. Jam 10.00 malam, kuanjurkan Siof tidur, dan dia mengerti. Tapi aku terkejut saat aku berdiri, ditariknya tanganku dan menarik wajahku. Aku terkejut dan jantungku serasa copot, tapi ternyata Siof tidak mengarah mencium bibirku, Siof mencium keningku sambil mengatakan terima kasih dan selamat malam. Kuucapkan selamat malam juga dan kubalas kutepuk-tepuk pipinya.

Dua hari setelah itu, ketika aku memandikan Siof pagi-pagi, saat aku masuk kamarnya ternyata Siof masih teridur. Sambil mempersiapkan peralatan mandinya, dia terbangun sambil mengucapkan selamat pagi. Dia bertanya, mengapa tadi malam tidak datang? Aku minta maaf, karena harus membuat laporan para pasien.

Seperti biasa kami mengobrol sambil aku memandikan raksasa ini. Tapi aku kembali terkejut, ternyata kali ini penisnya dapat eraksi penuh. Aku tercengang dengan ukurannya, dan saat aku bersihkan lipatan di ‘kepala’ (Siof tak disunat), terasa semakin keras, rupanya Siof menikmatinya. Kuperhatikan nafasnya semakin memburu karena terangsang, dan lirih kudengar tarikan panjang nafasnya sambil mendesah.

Setelah selesai dan aku akan keluar ruangan, diraih dan diciumnya tanganku serta sekali lagi aku ditarik dan kali ini selain keningku, pipiku juga diciumnya. Aku tersenyum dan kubalas ciuman di pipinya.

Setelah kejadian itu kami semakin dekat rasanya. Hari berikutnya sama seperti sebelumnya, tapi pada hari ketiga setelah kejadian itu, aku sengaja membawa penggaris, aku ingin mengukur panjangnya, penasaran rasanya. Penggaris aku siapkan dan aku masukkan pada buku status pasien.

Seperti biasa, pagi pagi jam 5.00 aku siap memandikan Siof. Dan kali ini dia sudah bangun dan sudah semakin sehat. Kembali saat aku bersihkan di balik kulit kepala penis yang tidak disunat itu, terasa semakin keras, sengaja aku kocok perlahan supaya lebih maksimal. Dan saat saat dia memejamkan matanya, diam-diam aku ambil penggaris yang sudah aku siapkan. Tapi rupanya Siof memperhatikan tingkahku, dia tersenyum lebar hingga aku sedikit malu dibuatnya.

“Berapa senti Rin..?” katanya masih tersenyum.
“23 senti” jawabku malu, aku benar benar malu.

Sambil meletakkan penggaris, tangan kananku tanpa sadar terus mengocok pelan-pelan, dan diremasnya lenganku sambil berdesis-desis menikmatinya. Ada rasa kasihan juga, setelah kurangsang ternyata dia terangsang berat. Maka tanpa pikir panjang, aku teruskan membelai dan mengocok dengan busa sabun yang semakin banyak. Dan hanya dalam beberapa detik, lenganku dicengkeram kuat dan menyemburlah sperma Siof sambil berdesis tertahan panjang menahan kenikmatan.

Banyak dan sangat kental sperma yang keluar. Melihat pemandangan itu aku jadi horny juga rasanya, dan aku merasakan celanaku basah. Cepat-cepat aku bersihkan semua, karena aku takut ada orang masuk ke kamar ini. Sebelum aku keluar, Siof sempat mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih Rin, kamu baik sekali” ujarnya sambil membelai-belai tanganku. Aku balas dengan anggukan dan senyuman. Diraihnya wajahku dan diciumnya pipiku dan kali ini bibirku dikecupnya, walaupun hanya ujung bibirku dan hanya sesaat.

Sempat dua kali lagi aku mengeluarkan spermanya sebelum akhirnya dia sudah dapat mandi sendiri. Namun kejadian berikutnya adalah dua hari sebelum Siof keluar rumah sakit.

Pada malam itu seperti biasa dan saat itu tidak banyak laporan yang kubuat saat aku jaga malam dan aku menemaninya sebelum tidur. Saat aku masuk kamarnya dia membaca buku di sofa panjang. Kami mengobrol banyak, tentang waktu dia kuliah di Inggris, tentang anaknya dan akhirnya obrolan sampai di momen saat aku mengeluarkan spermanya. Aku katakan bahwa aku kasihan dengannya saat terangsang berat saat itu dan sekali lagi dia mengucapkan terima kasih.

Setelah waktunya tidur, aku bimbing dia untuk ke tempat tidur. Namun dia tidak langsung ke tempat tidur, tapi malah hanya pindah duduk di sofa tunggal. Aku berdiri dihadapannya. Siof menengadah memandangku sayu. Dengan nada bergetar, dia memintaku untuk mencium, sambil menunjuk kemaluanku. Aku bingung untuk menolaknya, takut tersinggung, kalap dan marah. Belum aku menjawabnya, tangannya sudah menyusup ke dalam bajuku mengusap paha luarku. Dan makin ke atas akhirnya menurunkan CD-ku. Tersentak aku, tapi aku tanpa berpikir panjang malah membuka kancing baju seragamku bagian bawah, aku pikir dia hanya akan mencium sesaat saja.

Terlepaslah CD-ku dan disibakkannya bajuku. Aku terdiam mematung. Tapi aku pasrah saja dan saat bibir kemaluanku tersentuh, semakin bergetar tubuhku. Akhirnya aku malah merapatkan kemaluanku ke bibir Siof dan kuangkat satu kakiku di sandaran tangan sofa. Dan tanpa sadar aku mulai menggoyangkan pinggulku, supaya Siof lebih leluasa menciumi kemaluanku dan akhirnya aku pun malah dapat menikmati.

Semakin kuat kurasakan lidahnya menari dan menjelajahi seluruh lekuk kemaluanku. Aku merasakan cairan epirtelku semakin deras seiring dengan rangsangan yang semakin kuat, semakin nikmat lidah yang sesekali menyelinap ke dalam. Kuelus elus kepala Siof dan akhirnya tubuhku mengejang dan kurapatkan kepala Siof. Dan rupanya Siof tanggap bahwa aku akan mencapai puncak. Orgasm. Maka dihisapnya klit-ku kuat-kuat serta ujung lidahnya cepat sekali menggelitik klit-ku. Nikmat sekali rasanya.

“Uuhh.” lenguhanku tertahan. Kurapatkan kakiku dengan tubuh mengejang.

Setelah Siof selesai mencumbu kemaluanku, aku lemas dan kurebahkan tubuhku sesaat di bed pasien. Aku minta supaya penisnya jangan dimasukkan, Siof memaklumi dan seluruh sisa cairan yang masih ada di sekitar kemaluanku dibersihkan dengan lidahnya. Oh enak sekali. Namun aku buru buru mengancingkan baju dan CD-ku kukantongi lalu aku segera meninggalkan ruangan inap Siof dengan lari-lari kecil.

Esoknya aku sulit melupakan peristiwa tersebut, tapi nikmat juga untuk dikenang. Paginya seperti biasa aku kontrol. Dan dia sudah kelihatan segar, walaupun tubuhnya masih agak lemah. Terus terang aku ada keinginan dalam hatiku untuk menikmati barang besar dan panjang tersebut. Tapi tidak tahu bagaimana mesti memulainya, malu juga untuk memulai.

Pada hari berikutnya sebelum aku pulang dari tugas, aku dipanggil dokter kepala perawatan VIP. Jantungku berdebar kuat, dan aku pucat, takut dan malu bercampur aduk. Apakah ketahuan perbuatanku tadi malam? Benar-benar bingung aku saat itu, dan sambil berjalan gontai aku menuju ruangan dokter kepala. Sebelum masuk aku berusaha tenang, dan akhirnya aku ketuk pintu dan aku masuk.

“Se.. laammat Pagi Dok” sapaku bergetar.
“Oh kamu Rin, selamat pagi, duduklah, kamu sakit?”
“Tidak Dok, mung.. kin kurang tidur saja.”
“OK begini Rin.. (jantungku makin berdebar serasa akan copot), Mr. Siof besok sudah bisa keluar, tapi rasanya perlu pengawasan sekitar 5 hari lagi sampai seminggu atas permintaanya” kata dokter kepala. Plong rasanya. Aku tahu maksudnya.
“Terus maksud Dokter bagaimana?” tanyaku.
“Kami sudah putuskan selama masih dalam pengawasan, Mr Siof minta untuk didampingi seorang perawat. Sebab saat ini adiknya tidak selalu berada di apartemennya”.
“Nah, kalau kamu tidak keberatan, kamu yang aku tunjuk untuk mendampinginya selama masih dalam pengawasan” sambungnya.
“Dok, kalau boleh usul, mengapa tidak dirawat di sini saja?” usulku.
“Memang itu baik, tapi Mr. Siof bilang sudah bosan di ruang rawat dan ruang itu akan segera diisi pasien lain yang sudah menunggu. Bagaimana. Apa kamu sanggup?”.
“OK dok, saya sanggup saja, tapi surat perintah untuk saya kapan?”
“Nanti siang juga sudah selesai, saya taruh di ruang ini. Untuk ijin suami ya. Beres deh, jangan kuatir, nanti aku call suamimu..” kata dokter sambil tersenyum, dan membuat aku malu sendiri. Takut jangan jangan dokter tahu kejadian tadi malam.
“OK Rin, mulai besok siang, tugasmu mengawasi kondisi pasien Mr. Siof di apartemennya sampai sembuh total” kata dokter kepala dan aku pun keluar mengikuti langkahnya.

Pikiranku kacau, campur aduk, dan terbayang apakah akhirnya aku akan ditiduri Siof? Ada rasa ingin merasakan, tapi juga ada rasa takut. Sampai aku pulang masih terbayang seandainya aku sampai tidur dengan Siof. Ohh, aku belum bisa membayangkannya. Esoknya aku datang agak siang dan langsung ke ruangan dokter kepala, langsung aku diberikannya surat tugas.

“Paling lima hari atau seminggu juga sudah sembuh Rin” katanya sambil menepuk pundakku. Padahal aku tahu Siof sebenarnya sudah sehat benar, paling hanya memulihkan tenaganya saja.

Dari situ aku langsung ke ruang rawat Siof. Aku dapati dia sudah siap untuk meninggalkan RS, semua barangnya sudah masuk dalam kopor dan dia bilang bahwa semua urusan administrasi sudah selesai, tinggal menunggu perawat yang akan merawat di tempat tinggalnya. Dan ternyata dia belum tahu bahwa aku lah yang akan merawatnya. Sambil memelukku dia menyambutku.

“Terima kasih Rin, kamu telah memperhatikan aku sepenuhnya..” Katanya dengan nada sedih. Aku mengerti, mungkin kalau bukan aku yang akan merawatnya, aku akan sedih juga.
“Tenang Siof, akulah yang akan menemanimu sampai kamu sembuh” kataku.
“Benar!!??” ujarnya surprise sambil badanku diguncang-guncang penuh gembira.

Seterusnya kami berkemas dengan dibantu office boy membawa barang Siof ke mobilku.

“Tidak naik taxi saja?” kata Siof.
“Lebih leluasa pakai mobilku yang jelek ini” jawabku sambil nyengir.
“Not too bad, aku suka dengan mobilmu”

Dalam perjalanan tidak terlalu banyak kami bicara. Sebelum ke apartemennya Siof minta diantar mampir ke salon untuk memotong rambutnya, dia minta dicukur habis. Aku perhatikan setelah selesai cukur plontos, mirip pemain bola dari Inggris yang aku kurang jelas namanya sebab bentuk kepalanya bundar sekali.

Setelah sampai di apartemennya, ternyata Siof tinggal di sebuah apartemen sangat mewah di bilangan Slipi. Apartemen dengan dua kamar tidur yang cukup besar, dua kamar mandi di dalam, satu dapur modern, ruang santai dan ada ruang tamu. Aku pikir Siof pasti orang berkecukupan, dengan menyewa apartemen besar dan mewah.

Setelah aku persilakan Siof istirahat, aku mulai membereskan semua kelengkapan Siof dan aku menyiapkan semua obat untuk selama seminggu. Dan rupanya Siof sudah memesan makanan untuk makan siang untuk diantar kekamar. Sebab tak lama aku selesai ada pelayan restoran membawa kereta dorong dengan penuh makanan.

Setelah kami makan siang, kusiapkan obat untuk Siof sambil kami mengobrol serta menonton TV. Kupersilakan dia tidur. Dan akhirnya dia tertidur dan aku juga tidur di sofa panjang. Sorenya seperti biasa saja, dia mandi dan aku bereskan tempat tidurnya, dan berikutnya aku gantian mandi.

Sebelum aku mandi, aku lihat Siof memakai kimono motif Jepang asli. Dan astaga, terlintas saat dia merapikan duduknya, Siof tak memakai CD. Aku berdesir melihat pandangan sepintas tersebut, tapi rasanya tak mungkin aku bisa menghindar lagi untuk bercinta dengan Siof. Maka dengan jantung berdebar, aku mandi dengan pikiran tidak tenang, tapi akhirnya kupasrahkan yang akan terjadi ya terjadilah, bukankah aku memang juga ingin merasakan penis raksasa itu.

Maka sehabis mandi sengaja kuusapkan pewangi hampir di seluruh tubuhku. Dengan jantung berdebar cepat aku tinggalkan kamar mandi mewah tersebut. Aku berusaha setenang mungkin, dan aku berusaha bercanda dengan Siof, untuk mengurangi ketegangan. Namun ternyata Siof sudah mengorder makan malam di kamar. Setelah aku selesai menyisir rambut, sebagian lampu telah dipadamkan, ternyata sudah ada dua lilin yang menyala di meja, romantis sekali batinku.

Setelah makan malam selesai, kami bersantai menonton TV dan Siof bergegas ke kamar mandi. Dia akan menggosok gigi dan pipis. Aku ikuti, karena aku juga akan menggosok gigi. Saat aku sedang menggosok gigi, Siof buang air kecil di belakangku, tapi tak sangka setelah selesai dia menyabun dan mengeringkan kemaluannya. Rasanya hal yang jarang dilakukan laki-laki.

Setelah selesai kami kembali ke kamar dan meneruskan menonton TV. Kami tidak banyak bicara, karena perhatian kami tertuju ke TV, namun batinku bekerja terus dengan denyut jantung yang memburu, dan akhirnya semakin cepat saat Siof bangkit dari sofa menghampiriku untuk mengajak menonton TV dari bed. Aku tahu, kami tak akan menonton TV lagi, maka aku benar-benar menyerah dan pasrah, walaupun dalam hati kecilku ingin juga. Hehehe.. Maka waktu aku merebahkan tubuhku di samping Siof, rasanya jadi berdebar namun penuh harap. Siof mulai membalik tubuhnya menghadapku dan tangan kanannya diletakkan di atas perutku.

“Rin, kamu sudah tahu maksudku kan?” katanya lirih di telingaku. Merinding aku mendengarnya, dan aku hanya menganguk.
“Yyes. I know, your..” Belum selesai aku menjawab, kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke
pipiku.

Dengan tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan lembut. Ternyata dicium pria bibir tebal nikmat sekali, aku bisa mengulum bibirnya lebih kuat dan ketebalan bibirnya memenuhi mulutku. Sensasi nikmat yang belum pernah kudapat. Sedang kunikmati lidah Siof yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan besarnya menyelusup dalam kimonoku dan meremas lembut payudaraku. Ohh.., payudaraku ternyata tercakup seluruhnya dalam tangannya. Dan aku rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak birahiku, padahal baru awal pemanasan.

Bibir Siof mulai meneruskan jelajahannya, sambil menarik tali kimonoku, leherku dikecup, dijilat kadang digigit lembut. Sambil tangannya terus meremas-remas payudaraku. Tubuhnya sudah di atasku, bibirnya terus menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai puting kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Kadang-kadang seolah seluruh payudaraku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai menjamah kemaluanku yang pasti sudah basah sekali. Dibelainya buluku yang hanya sedikit. Sesekali jarinya menyentuh klit-ku.

Bergetar semua rasanya tubuhku, dan jarinya mulai sengaja memainkan klit-ku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam vaginaku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus bergantian menjilati puting kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke kemaluanku yang seminggu yang lalu diciuminya sampai aku orgasme. Kali ini diciumnya bulu tipis kemaluanku dan aku rasakan bibir kemaluanku dibuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali kemaluanku dibuat mainan oleh bibir Siof, kadang bibirnya dihisap, kadang klitku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir kemaluanku sambil menghisap klit. Siof benar benar mahir memainkan kemaluanku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan. Dan..

Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan klitku dengan mulutnya, kuremas-remas kepalanya yang botak, untuk kedua kalinya aku orgasme hanya dengan bibir dan lidah Siof. Siof terus mencumbu kemaluanku, rasanya belum puas dia memainkan kemaluanku hingga kembali bangkit birahiku dengan cepat.

“Siiooff.., please fuck me, please..” kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar.

Siof pun bangkit membuka kimononya. Dan dengan berdebar menunggu dengan semakin berharap. Sepintas kulihat, kemaluan Siof sudah maksimal, tegak hampir menempel ke perut. Dan saat Siof pelan-pelan kembali menindihku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar vaginaku menunggu masuknya kemaluan raksasa itu. Aku pejamkan mata. Dan Siof mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku lagi, kurasakan di antara bibir kemaluanku mulai tersentuh ujung kontol raksasa. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir kemaluanku terdesak menyamping. Terdesak benda besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang kemaluanku dimasuki kontol Nigeria itu. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kemaluannya.

Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung penis itu menyentuh bagian dalam kemaluanku, maka secara refleks kurapatkan pahaku, tapi betapa aku terkejut. Ternyata sangat mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang.

Siof terus menciumi bibir dan leherku. Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas tetekku. Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada kontol besar yang mulai beraksi dipompakan halus dan pelan. Mungkin Siof menyadarinya, supaya aku tidak kesakitan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah kualami. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kontol besar itu. Kenikmatan, keanehan, tidak bisa kutuliskan.

Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan Siof tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya makin kuat. Dengan tusukan kemaluan Siof yang agak kuat dan dipepetnya klit-ku diteruskan dengan menggoyang goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. Vaginaku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah kualami senikmat seperti sekarang. Ohh, aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan.

“Shiitt.. ooff.. off.. off, oohh.. hh, i.. i got it..”

Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku. Oh, setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku orgasme dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Siof membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Siof tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya tetekku diremas-remas pelan.

Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas tetekku lebih kuat. Birahiku naik lagi dengan cepat, saat kembali Siof memompakan kontolnya semakin cepat. Uuhh, sekali lagi aku mencapai orgasme, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi.

Siof terus memompakan rudalnya dan kali ini Siof ikut menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan tetekku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan sperma yang kuat di dalam vaginaku, menyembur berulang kali, seperti yang pernah kulihat. Oh, terasa banyak sekali cairan kental dan hangat menyembur dan memenuhi vaginaku, hangat sekali dan terasa sekali cairan yang keluar seolah menyembur seperi air yang memancar kuat. Setelah selesai, Siof memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut payudaraku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan perlakuannya terhadapku.

“Rin, kamu luar biasa, kemaluanmu pintar dan nikmat sekali, small hole but very strong” pujinya sambil membelai dadaku.
“Kamu juga. Kamu hebat. Bisa membuat aku orgasme beberapa kali, dan baru kali ini aku bisa orgasme beberapa kali dan merasakan penis raksasa. Hihi..”
“Jadi kamu suka dengan punyaku?” godanya sambil menggerakkan penisnya dan membelai belai wajahku.
“Yes Siof, you have very wonderfull penis, very big, hard and long” jawabku jujur dan memang sebelumnya aku hanya penasaran dan hanya bisa membayangkannya, tapi ternyata memang luar biasa.

Siof memang sangat pandai memperlakukan wanita. Dia tidak langsung mencabut penisnya, tapi malah mengajak mengobrol sembari penisnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka membelai tetekku. Aku merasakan cairan sperma yang bercampur cairanku mengalir keluar.

Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan penis yang telah menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil Siof menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya. Dibimbingnya aku ke kamar mandi. Saat aku berjalan rasanya masih ada yang mengganjal kemaluanku dan ternyata banyak sekali sperma yang mengalir di pahaku. Dan kami mandi bersama. Selesai kami ke tempat tidur dan Siof memutar lagu classic untuk menghantar kami tidur. Nyenyak sekali aku tidur dalam pelukannya, merasa aman, nyaman dan benar-benar malam ini aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.

Pagi aku bangun masih dalam pelukannya. Ternyata Siof sudah bangun tapi tak mau mengusik tidurku. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Seterusnya kami bergegas ke kamar mandi, dan kulihat Siof langsung membuka kimono dan menghidupkan shower lalu mandi. Dia sudah tak tahan menahan pipis rupanya. Sambil badannya diguyur shower, dia juga pipis sambil nyengir setelah permisi. Aku cuma tertawa geli dan aku menggosok gigi dan ikut mandi juga.

Saat mandi kami saling menyabun dan bercumbu di bawah shower. Dan tak terlewatkan pula kami saling membersihkan kemaluan kami. Setelah selesai Siof keluar duluan, sedang aku masih menikmati shower dengan sedikit horny. Selesai dengan rambut yang sudah kering, aku masuk ke kamar, ternyata Siof sudah menyiapkan roti hangat dan kopi di meja dekat sofa, padahal masih belum jam enam. Hanya lampu duduk yang hidup, dan aku dipersilakan minum kopi dan makan roti sambil mengobrol, sarapan dan diiringi lagu lembut.

Setelah aku makan sepotong roti, dia lalu memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan belaiannya. Akhirnya setelah selesai makan, diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai menyelinap di dalam kimonoku dan mulai meremas-remas lembut tetekku, diteruskan menarik tali kimonoku dan tangannya menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit dan aku ingin melihat dengan jelas penisnya, selagi di bawah sinar lampu yang cukup terang. Aku bersimpuh di depan Siof dan kubuka tali kimononya dan kusibakkan.

Ohh, ternyata sudah mulai ereksi penisnya, walau masih belum begitu mengeras. Dan kepala penisnya sudah mulai sedikit mencuat keluar lalu aku raih dan aku belai dan kulupnya kututupkan lagi. Aku suka melihatnya dan sebelum penuh ereksinya langsung aku kulum penis Siof. Aku suka memainkan kulup penis yang tebal dengan lidahku saat penis belum sepenuhnya ereksi. Maka kutarik kulup ke ujung, membuat kepala penis Siof tertutup kulupnya dan segera kukulum sebelum ereksi penuh, kumainkan kulupnya dengan lidahku dan kuselipkan lidahku ke dalam kulupnya sambil lidahku berputar masuk di antara kulup dan kepala penisnya. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya penisnya makin membengkak dan Siof mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh.

Dan rupanya Siof makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke tempat tidur. Sambil menarik tali kimonoku Siof mematikan lampu duduk dan menghidupkan lampu sorot di atas tempat tidur bagian bawah. Sebenarnya aku agak malu, tapi sudahlah, paling dia juga ingin gantian melihat dengan jelas kemaluanku. Dan ternyata benar, saat aku akan naik kakiku ditahannya sambil tersenyum. Manis juga, batinku, diteruskan dengan membuka kakiku dan Siof langsung menelungkup di antara pahaku.

“I love it and I like it Rin” ujarnya sambil membelai bulu kemaluanku yang jarang.
“Mengapa?”
“Sebab hanya sedikit bulu, dan bibir kemaluanmu bersih tak ada bulunya serta tebal bibirnya”.

Aku merasakan Siof terus membelai bulu kemaluanku dan bibirnya. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka kemaluanku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang dilakukan Siof. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir kemaluanku, aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan epitelku.

Siof terus memainkan kemaluanku seolah tak puas-puas memperhatikan kemaluanku, kadang kadang disentuh sedikit klit-ku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan bibir Siof. Terasa dia menghisap lubang kemaluanku yang aku yakini sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk kemaluanku, masing-masing bibir dihisap-hisap. Dan saat dihisapnya klit-ku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung klit-ku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar berteriak..

“Aauuhh!!”. Benar benar hebat Siof merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi.
“Please.. Sioff.. please.. fuck.. mee.. again..” ujarku sambil menarik bantal.

Siof langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan penis raksasanya ke arah kemaluanku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang penisnya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir kemaluanku. Kali ini aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala penisnya telah menyentuh di antara bibir kemaluanku, aku menahan nafas untuk menikmatinya.

Dan dilepasnya dari pegangan saat kepala penisnya mulai menyelinap di antara bibir kemaluanku dan menyelusup lubang vaginaku hingga aku berdebar nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan Siof mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. Kurapatkan pahaku supaya penisnya tidak terlalu masuk ke dalam. Siof langsung menjepit kedua pahaku hingga terasa sekali kontol Siof menekan dinding vaginaku.

Penisnya semakin masuk. Belum semuanya masuk, Siof menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah Siof puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan memompanya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras dan dengan merapatkan serta digoyang goyangkan, tangan satunya meremas tetekku, bibirnya dahsyat menciumi leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku kepuncak. Orgasme.

Tak tahan aku berteriak, terus Siof menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan.

Akhirnya Siof pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal bercinta dengan Siof, dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam bercinta, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara, atau memang aku yang kurang pengalaman dalam bercinta di tempat tidur, sebab pengalamanku tidur dengan dua lelaki sebelumnya, keduanya tak ada yang menandinginya.

Lamunanku lepas saat paha Siof mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas tetekku. Pelan-pelan mulai dipompakan kontolnya. Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus menelusuri permukaan tubuhku. Dadanya yang berbulu lebat merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai putingku. Dan kontolnya dipompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa.

Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat. Siof makin meningkatkan cumbuannya dan memompakan kontolnya makin cepat. Gesekan di dinding vaginaku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh batang kontolnya serta digoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di klit-ku. Maka jebol lah bendungan, aku mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba Siof dengan cepat memopakan lagi.

Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, Siof benar-benar membuat aku kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat Siof menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku hingga aku di atas tubuhnya. Aku terkulai di atas tubuh Siof.

Dengan sisa tenagaku dan sisa rangsangan, aku keluarkan penis Siof dari vaginaku. Dan kuraih batang penis Siof. Tanpa pikir panjang, penis yang masih berlumuran cairanku sendiri kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga akhirnya aku telungkup di atas Siof lagi dengan posisi terbalik. Kembali kemaluanku yang berlumuran cairan jadi mainnanya, aku makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kontolnya. Dipeluknya pinggulku hingga sekali lagi aku orgasme. Dihisapnya klit-ku sambil ujung lidah Siof menari cepat sekali. Tubuhku mengejang dan kujepit kepala Siof dengan kedua pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir kemaluanku merapat ke bibir Siof.

Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa sadar aku menggigit agak kuat penisnya dan kucengkeram kuat dengan tanganku saat aku masih menikmati orgasme. Tubuh Siof pun mengejang dan kulihat kakinya menggeliat-geliat serta pinggulnya bergoyang kuat. Aku masih menikmatinya saat seluruh bibir kemaluanku dihisapnya dan ujung lidahnya menyentuh klit-ku hingga aku tersentak.

Dengan pancaran kuat sperma Siof memenuhi dalam rongga mulutku, bahkan ke tenggorokanku. Belum sempat aku mengeluarkan penisnya dari mulutku, terjadilah semburan berikutnya. Dan selanjutnya terus kukocok kuat dan kuarahkan semburan maninya ke wajahku. Sebagian besar sperma yang keluar di mulutku masuk tertelan. Kulihat semburannya makin sedikit dan makin melemah pancarannya walau masih banyak dan kental sekali yang keluar. Terus kukocok dan kuperas-peras serta kembali kumasukkan penisnya ke mulut dan kuhisap kuat-kuat.

Siof menggelinjang dan berteriak keras. Rupanya dia menikmati apa yang aku lakukan. Aku ingin membalas kenikmatan yang telah diberikannya padaku. Akhirnya penisnya mulai melemas dan tetesan maninya habis. Baru kali ini aku sampai menelan sperma. Walaupun sebelumnya aku sudah sering melakukan oral, namun baru kali ini aku menelan sperma.

Wajahku penuh sperma Siof, dan sebagian dari mulut yang tak tertelan meleleh keluar. Tanpa sadar kuratakan sperma yang melekat di wajahku dan kukulum kembali penis Siof yamg sudah melemah, kuhisap sisa sisa sperma yang masih tersisa di dalam dan yang berceceran di kepala penisnya yang sudah mulai tertutup kulupnya.

Tubuh Siof melemah. Tangannya telentang, tapi bibirnya masih sesekali menghisap menempel di bibir kemaluanku. Aku pun terkulai lemas di atas tubuh Siof dengan tetap memainkan penisnya di wajahku sambil menikmati bibir Siof yang masih menempel di bibir kemaluanku. Nikmat luar biasa, lemas. Tapi sungguh kami mendapatkan kepuasan yang tiada tara khususnya aku.

Aku benar benar sudah dibuat gila oleh Siof, bau khas sperma yang biasanya kurang kusuka, kali ini kunikmati bahkan menelannya, baik yang memancar langsung ke tenggorokanku maupun saat aku menghisap habis sisa-sisa setelah penisnya melemas. Kuletakkan penis Siof yang telah lemas di bibirku dan kupeluk kedua pahanya. Akhirnya aku terlelap sesaat setelah kelelahan. Saat aku terbangun, ternyata wajahku terasa kaku karena sperma yang mengering dan kemaluanku masih menganga menempel di bibir Siof, karena saat tertidur posisi kakiku masih mengangkangi wajahnya.

Demikianlah pembaca, selama satu minggu paling tidak kami dua kali bertarung dalam sehari atau kadang bahkan empat kali, seperti tak ada puasnya. Setelah sembuh benar dia meneruskan bisnisnya dan bila Siof sedang di Jakarta, kami tak pernah melewatkan kesempatan untuk bercinta. Melampiaskan kangen? Ya, aku kangen dengan penisnya yang besar dan pemiliknya yang pandai mengolah tubuhku. Dan dia pun kangen dengan vaginaku yang katanya sempit dan menghisap kuat. Dan itu masih terus berlanjut sampai dengan aku menceritakan kisahku ini, dan entah sampai kapan aku pun tak pernah tahu.
»» Baca selengkapnya.....

Seks kilat dengan Teman Sekantor


Di kantor itu aku baru diterima sebagai pegawai tetap, sebagaimanabiasanya proses beradaptasi dan berkenalan dengan pegawai yang lainnya,ada salah satu pegawai wanita yang tadinya sih biasa-biasa saja, tidakmenarik perhatianku namanya Riri (bukan nama sebenarnya) dalamperjalanan waktu kami sedikit akrab karena kebetulan dia duduk disamping meja kerjaku.

Dari ceritanya ternyata dia hanya part time karena di rumah tidakada kerjaan, lagi pula dia baru datang ke Jakarta ikut suami, tubuhnyakecil mungil putih agak sintal aku taksir umurnya baru tiga puluhanlebih dikit, dia selalu memperhatikan setiap gerakku dan suka curipandang, kalau aku tatap dia tersenyum sedikit menggoda, karena itu akucoba berani bercanda mulai dari yang ringan sampai nyerempet-nyerempetporno, dia selalu menanggapi, suatu saat aku bilang..
“Ri, pergelangan kakimu seksi lho, coba aku pegang boleh nggak”.
“Boleh, kenapa gitu”, jawabnya.

Aku lingkarkan jari tanganku dan kuukur, ternyata jempol dan jaritengahku bisa ketemu dan di belakang mata kakinya ada lekukan yangtegas.
“Wah, gila ini perempuan pasti suaminya beruntung”.


Aku memang pernah dapat info bahwa ciri wanita yang demikian,istilah dengan teman temanku pokoknya tidak habis tiga ribu deh,(saking enaknya) hal ini yang bikin aku ingin mencoba kalau bisa.Kesempatan itu datang waktu dia bilang dia mau mengundurkan diri, akutawarkan..

“Kita rayakan perpisahan dengan jalan berdua mau nggak”.
Eh, ternyata ia bersedia, lalu sepulang kantor kuajak dia nontonbioskop, aku pilih cerita film yang sepi penontonnya dan memilih tempatstrategis, singkat cerita aku cuma sempat nonton seperempat cerita,karena kuberanikan pipiku kusentuhkan ke pipinya yang akhirnya berlabuhdi bibirnya, terasa bergetar bibirnya yang tipis dan lembut itu.

Tanganku mulai membelai dan dia diam saja aku tahu dia menahan nafasketika tanganku mulai mengunjungi sudut cita-cita laki-laki, semulapahanya bertahan namun renggang juga, lalu jemariku menerobos daricelah celana dalamnya, semula cuma lembab tapi sedikit sentuhan dititik celah bibir kemaluannya terasa licin dan segera membasahipermukaan dari bawah sampaihingga ke atas, kutekan sambil kugesekclitorisnya. Wow, kini clitorisnya mulai mengeras.

“Pulang yuk”, bisiknya, aku setuju.
“Pulang ke mana?”, pancingku.
“Ke motel, yuk”, katanya. Amboi hatiku deg-degan badanku agak demam karena membayangkan apa yang akan terjadi.
“Kamu nakal ya”, ujarnya sambil mencubit burungku.

Aku tak bisa mengelak karena kedua tanganku memegang stir mobil.Dalam perjalan itu ruitsleting celanaku dibukanya dan dengan sigapdikeluarkannya rudalku, tanpa canggung diselusupkan kepalanya diantarastir dan perutku, dihisap dan dijilatnya.
“Aah, gila kamu”, kataku.
“Biar saja, rasakan pembalasanku, balasan yang tadi di bioskop”, katanya.
Di motel, dia yang menyerangku.
“Sekarang kamu harus bertanggung jawab, dan harus dituntaskan di sini ya”, katanya sambil mendengus bernafsu.

“Tenang, tenang pasti, aku kan juga siap”, kataku.
“Ayo buktikan”, katanya sambil meremas rudalku yang juga sudah siap launching.
Kulepas bajunya dan Bra, dan bukit susunya seperti tidak berubahwalau tanpa BH kencang tergantung di dadanya dengan puting coklatmengeras, sambil kuhisap kumainkan lidahku berputar, dia merengekseperti anak kecil kegelian, kubuka roknya sekaligus celana dalamnya,kuturunkan ciumanku ke arah pusarnya dan kujilat lagi sekitar pusarnya.

Aku sengaja berhenti di situ walau aku tahu dia ingin lanjut, akuberdiri dan kini ganti dia yang melucuti pakaianku seperti yangkulakukan padanya, dia lakukan padaku tapi dia teruskan dengan menjilatpenisku. Wuiih, rasanya, mulutnya kecil, giginya kecil rasanya gelisekali, ini permainan lihai rupanya, akupun tidak mau kalah. Ditariknyatanganku ke ranjang dan rupanya dia sudah ingin dimasuki oleh penisku,tapi tidak aku turuti, aku ajak dia main 69 dulu, kumainkan clitorisnyadengan lidahku, kuputar dan kupijat bagian sisi clitorisnya yang basahdan mengeras.

Tiba-tiba dia merenggang dan mengerang panjang terasa clitorisnyajuga mengeras kejang, rupanya dia orgasme duluan tapi dia tidak bilang,Bukit bibir vaginanya kulihat mengembang, sambil kubiarkan diaistirahat untuk orgasmenya yang ke dua kuciumi paha bagian dalamnya,dia hanya bisa bilang, “Maas, maas”.

Kini ujung rudalku kuletakan di gerbang vaginanya yang mulai basahlagi, dia menarik pantatku agar segera merasakan batangku yang sudahseperti kayu, kuturuti tapi aku masukan dengan perlahan sekali, akuingin menikmati perjalanan batang penisku ke dalam lubangnya itu milidemi milimeter sepanjang batangku dan itu aku rasakan sangat licin,lengket pulen dan nikmat sekali, cairan vaginanya tidak banjir tapiagak lengket (inilah rasa vagina perempuan dengan ciri pergelangan kakikecil dan dekok).

Begitu perlahan dan Gentle aku masukan batangku sehingga terasadenyutan dinding vaginanya melumat batang penisku, setengah batangkumasuk, kuperintahkan dia agar melakukan penarikan otot vagina dananusnya seperti orang habis selesai berak, dan dia lakukan, Auu..,batangku serasa tersedot ke dalam, kutarik cepat batangku dia merengeklagi.
“Maas masukin doong”.

Begitu lagi kulakukan sampai beberapa kali sampai dia menggeramkarena nikmatnya, Teknik separoh masuk, tarik kemudian tusuk habis inikulakukan berulang sampai dia bilang..

“Ampuun Maas”, dan pada saat kubenam habis batang penisku dan akugoyang angka 8, kurasa kepala penisku menyentuh mulut rahimnya dan diamuncratkan orgasme yang ke-2, shhah kepala penisku diguyurnya gelingilu jadi satu, akupun tak tahan lagi. Pantatku dikepitnya keras-kerasseperti tidak mau dilepaskan, kami lemas dan berkeringat, dia bisikkanke telingaku..

“Maas Kamu hebat kayak superman”.
Pagi hari di kantor aku datang lebih dahulu, tidak lama kemudian diabaru muncul sambil tersenyum malu penuh arti, pada kesempatan jamistirahat makan siang dia curi bisik padaku..
“Mas, aku nggak jadi mengundurkan diri”, sambil tersenyum nakal.
“Lho, lalu”, kataku.
“Besok kita nggak usah nonton, tapi langsung ke tempat nikmat.., aku kangen Maas”, sambil berlalu.
“Besok ya Mas”.
“Ya.., ya.., yaa..”, jawabku.
»» Baca selengkapnya.....