Ngentot Dengan Anak Les

Aku sekarang memberikan les privat untuk mata ajaran matematika kepada anak2 SMP dan SMU. Mereka datang kerumahku setelah magrib. Ampir tiap sore ada saja anak yang dateng les. Aku hanya menerima satu orang setiap dateng sehingga aku bisa konsentrasi membimbing mereka. Salah seorang anak lesku, lelaki, masih SMU, umur 17 tahunan, orang Sunda. Sandi, namanya, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya tidak gemuk tapi besar dan kekar karena Sandi seorang atlit karate.

Suatu sore, ketika Sandi ngeles, suamiku sedang diluar kota. Sore itu aku hanya memakai celana pendek gombrong dan kaos yang kebesaran. Aku baru selesai mandi ketika Sandi datang, sehingga aku tidak mengenakan bra ketika menyambutnya. Toketku yang besar tercetak di kaosku, pentilku yang juga besar membayang juga. Ini membuat mata Sandi melotot memandangi toketku. "Hayo, kamu ngeliat apa San, sampe melotot gitu", godaku sambil tersenyum. Kita berdua duduk di sofa. "Teteh cantik dan sexy sekali", jawabnya. Dia memanggilku teteh, yang dalam bahasa Sunda artinya kakak. "Terus kalo teteh sexy kenapa?", pancingku terus. "Kamu ngaceng ya", aku to the point saja ke dia. Dia terdiam, mukanya memerah. Mungkin dia malu karena aku tau pasti dia terangsang melihat penampilanku. Gak lelaki dewasa, gak lelaki abg, semuanya napsu kalo melihat aku pada posisi dan pakaian tertentu, cuma suamiku saja yang sepertinya gak punya napsu terhadapku. Aku senang bisa mempermaikan napsu lelaki abg yang duduk disebelahku. Aku sengaja meletakkan tanganku di pahanya dan mengelus2nya. Kulihat selangkangannya membengkak, aku hanya membayangkan berapa besarnya barang yang tersembunyi dibalik celananya yang menggembung itu. "Kamu dah punya cewek San?' tanyaku lagi. "Sudah teh", jawabnya. "Kalo pacaran, kamu ngapain aja?" tanyaku lebih lanjut. Dia diam saja. "Kamu pasti ciuman ya". Diapun mengangguk. "Cuma ciuman?" Kembali tidak ada jawaban. "Pasti sembari ciuman kamu ngeremes toket cewek kamu ya". Dia mengagguk perlahan. Aku geli melihat lelaki abg itu blingsatan duduk disebelahku. elusanku dipahanya yang masih terbungkus celana jeans ketat makin naik kearah selangkangannya. "Toketnya besar gak San". "Lumayan". "Mana besar sama toket teteh". "Punya teteh lebih besar". "Kamu pengen gak ngeremes toket teteh?" aku terus memancing napsunya. "Boleh teh", dia rupanya sudah dikendalikan napsunya. Aku meraih kepalanya dan mencium bibirnya dengan penuh napsu. Dia segera membalas ciumanku dan tangannya segera meremas2 toketku. Napsukupun naik jadinya. "Teh, toket teteh besar dan kencang, jauh lebih besar dari toket cewekku". Kubiarkan dia ngeremes2 toketku. "Cuma ngeremes toket San kalo pacaran, pernah gak kamu ngelus nonok cewek kamu". Dia tidak menjawab, dia menciumi pipiku sambil terus merems2 kedua toketku bergantian. Karena tidak dilapisi bra, dia leluasa sekali menggerap toketku. Aku sduah basah juga karena ulahnya, sebenarnya karena ulahku sendiri. "Jembutnya lebat gak San", aku terus menginterogasinya. "Lebat juga teh". "Oh kamu dah pernah negliat toh nonok cewek kamu. Kamu seuka ngeliat jembutnya yang lebat". "Suka banget teh". "Cuma diliat dan dielus doang?" "Cewekku minta dijilat kalo udahnya". "Kamu telanjang dong berdua". "La iyalah teh, udah napsu soalnya". "Jadi kamu udah ngen tot juga ama dia". "Sering juga teh", jawabnya. Gak heran dia jadi napsu sekali melihat penampilanku sore ini. "Nikmat ya San kalo ngen tot, kamu ngecret diluar atau didalem". "Nikmat banget teh, aku keluar selalu dimulutnya, kalo dah mau keluar aku cabut dan dia langsung ngemut sampe aku keluar". "Enak dikamu gak enak didia dong". "Enggaklah, dia udah enak duluan sebelum aku cabut". Aku tidak dapat menahan diriku lagi. Segera aku cium kembali bibirnya dan tanganku segera meremas gundukan diselangkangannya. "Kontol kamu gede juga San, panjang ya. Keenakan dong cewek kamu". Aku kembali mencium bibirnya, tangannya mulai mengelus2 pahaku, terus keatas dan menyelinap dibagian kaki celana pendekku yang gombarang. sampe diselangkanganku, langsung dia mengelus gundukan nonokku yang masih dilapisi cd. Aku menggelinjang karenanya. Dia makin bernapsu, tangannya segera mengangkat kaosku sehingga dia dapat langsung merems toketku, pentilku diplintir2nya. Sudah ahli juga dia rupanya. "Kamu ahli juga ya ngerangsang perempuan, latihannya cuma ama cewek kamu ya". Dia hanya menggangguk.

Aku hanya duduk selonjor, membiarkan dia meremes2 tubuhku, aku merintih karena nikmat. Kurasakan tangannya memencet pentilku, Sandi mendekatkan wajahnya ke arah toketku. Lalu ia menjilat-jilat pentilku, tubuhku menggeliat merasakan kenikmatan isapannya. Pentilku yang berwarna merah tua
sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot pentilku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali. Tangan kanan Sandi kembali menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba nonokku yang masih tertutup CD, nonok.ku sudah basah
Jari-jari Sandi menekan-nekan lubang nonokku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang nonokku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah
nikmat sekali. "Teh, jembut teteh lebat sekali, lebih lebat dari jembut cewekku. Pasti teteh napsunya juga besar ya. Cewekku napsunya besar sekali", katanya sambil terus mengulum pentilku. Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku. Cukup lama Sandi melumat bibirku dan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya mulai meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku ke WC yang ada di dalam kamar tidurku.

Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Dia rupanya sudah sangat bernapsu, lalu kembali mengecup pentilku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya aku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Baju kaosku dilepaskannya, aku mengangkat kedua tanganku untuk membantunya mempermudah melepaskan bajuku. Sepasang toket montokku habis diremas-remas dan diciumi. Pentilku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu. Akupun demikian juga, aku mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher. Dia terus melumat pentilku. Nikmat sekali.

Aku meremas tonjolan kontolnya. Terasa sekali kontolnya sudah ngaceng berat, keras sekali.Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih kontolnya, dia kini sudah berbugil ria. Kontolnya lumayan besar dan panjang untuk anak seumur dia. Keras sekali ngacengnya. Aku mengocok kontolnya. "San, keras banget", kataku sambil jongkok didepannya, menciumi kontolnya dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. "Aah teh, teteh pinter banget bikin aku nikmat, lebih pinter katimbang cewekku", erangnya, "aaaduuuuuhh teh, enak banget emutan teteh". Kontolnya kujilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep2. Kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya di mulutku. aku kocok2 sambil kuremas bijinya. Agak lama aku mencumbu kontolnya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai nonokku. Segera dia memelorotkan celana pendekku sekali dengan cdku. Aku sudah bertelanjang bulat. Dia terbelalak melihat jembutku yang lebat sehingga membentuk segitiga hitam dengan puncak yang mengarah ke bawah. Nonokku tersembunyi di kerimbunan jembutku. Aku dibaringkannya diranjang, paha kukangkangkan dan dia memposisikan dirinya diantara kedua pahaku. Dia mulai menjilati nonokku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku mengerang hebat, "San aakh". Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. "Terus San aakh", erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. Nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya "San, teteh nyampe San, aakh", erangku. "San, nikmat banget deh, belum di***** udah nikmat begini San". Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku. "Masukin aja yuk, teteh sudah ingin ngerasain kontol kamu San!” kataku sambil menciumnya. Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya?” godanya. “Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot. Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa nonokku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan kontolnya
yang besar. Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan kontolnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku.

Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak. Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya toketku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap nonokku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang nonokku yang basah merekah. “Nonok teteh bagus, tebel, pasti enak ng***** sama teteh..,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku. Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas toketku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi.

Lalu.., terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang nonokku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan kontolnya..!! Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kontol Sandi memasuki liang nonokku. Terasa penuh, nikmat luar biasa. “Oohh..,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan kontolnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali. “Saann, kontolmu enaak..!!,” kataku setengah menjerit. Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan kontolnya. Gerakannya
cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang kontolnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang nonokku sampai ke dasar. “Oohh.., toloongg.., gustii..!!” Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.
“Aahh, kontolmu.., oohh, aarrghh.., kontolmuu.., oohh..!!” Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang kontol yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami ngen tot dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kontolnya didalam nonokku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak. “Teteh mau keluar!” aku menjerit-jerit.

“Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ngen totin teteh!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang. “Sodok terus, Saann!! Yah, oohh, yahh, ugghh!!” “Teruuss.., arrgghh.., sshh.., ohh.., sodok terus kontolmu!” “Oh, ah, uugghh.. ” “Enaak.., kontol kamu enak, kontol kamu sedap, yahh, teruuss..” Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa nonokku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme! Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.
Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging.

Sandi mengikuti gerakanku, batang kontolnya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam nonokku. Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal perjalanan birahinya sudah cukup lama sejak tadi. Aku menikmati gerakan maju-mundur kontol Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, nonokku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku. “San.. Kamu hebat banget.. Teteh kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang. “Emangnya teteh suka kalau aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan. Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kontolnya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam nonokku. Aku mulai mengerang-erang lagi. “Oorrgghh.., aahh.., ennaak.., kontolmu enak bangeett.. Ssann!!” Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu
mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme. "San, nanti ngecret aja di nonok teteh". "Gak apa2 teh?" "Gak apa kok, malah tambah nikmat kan kalo ngecret didalem nonok teteh".

Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya kontolnya dari nonokku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang kontolnya yang keras menghunjam mulut nonokku yang menganga. “Aarrgghh..!!” aku menjerit. “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati
gecakan-gecakan keras batang kontol Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat. “Terus, Sayang.., teruuss..!”desahku. “Ooohh, enak sekali.., aku keenakan.., enak banget ng***** ama teteh!” Erang Sandi. “Teteh juga, nonok teteh keenakaan..!” Balasku. “Aku sudah hampir keluar, teh.., nonok teteh enak bangeet.. ” “Teteh juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss.., yaah, teteh juga mau keluarr!” “Ah, oh, uughh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaar..!” “Yaahh teruuss, sodok teruss!! Teteh, Saann.., teteh mau keluar, teteh keenakan ng***** sama kamu.., yaahh.., teruss.., arrgghh.., sshh.., uughh.., aarrghh!!” Tubuhku mengejang sesaat sementara otot nonokku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kontolnya dalam-dalam di nonokku. “Oohh..!!” dia pun menjerit, sementara terasa kontolnya menyembur-nyemburkan cairan peju di dalam nonokku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu. Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, kontolnya masih terus bertautan dengan nonokku. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.“Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian. “Hmm..” Aku menggeliat manja. Terasa batang kontol Sandi bergerak-gerak di dalam nonokku. “Nonok teteh enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu. Nonok cewekku gak bisa begitu..” “Apalagi kontol kamu.., gede, keras, dalemm..”

Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati toketku. Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Pentilku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata. “Aku bisa enggak puas-puas ngen tot ama teteh.. Teteh juga suka kan?” Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. "Kamu lihai sekali ngen totnya San, pasti cewek kamu terkapar ya dien tot ama kamu". Dia diam saja, terus menjilati dan mengemut pentilku, sampai akhirnya napsuku bangkit lagi. Luar biasa lelaki abg ini, gak ada matinya. Staminanya kuat banget. "Kamu gak dicari ortu kamu San". "enggak teh, aku sudah pamit mo belajar di rumah temen abis les". "Emangnya besok kamu gak sekolah". "Libur teh, persiapan ulangan umum", jawabnya sambil meneruskan aktivitasnya. Artinya malem ini dia bisa bersamaku mengayuh biduk dilautan kenikmatan. "Malem ini kamu nginep disini ya San". Dia hanya mengangguk.

Sandi langsung saja menindihku. Kontolnya diarahkan ke belahan nonokku yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan kontolnya sehingga kepala kontolnya mulai menerobos masuk nonokku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep2. Sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan2 sehinggga kepala kontolnya masuk nonokku makin dalam dan bless…… kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku. "Aah, kontol kamu nikmat banget deh", erangku sambil mencengkeram punggungnya. Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. "San, ssh, enak San, terusin", erangku. Aku menggeliat2 ketika dia mulai mengeluarmasukkan kontolnya di nonokku. Aku mengejang2kan nonokku meremes2 kontolnya yang sedang keluar masuk itu. "Teh, nikmat banget empotan nonok teteh", erangnya. Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu2 bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku. Setiap kali dia menancapkan kontolnya dalam2 aku melenguh keenakan. Terasa banget kontolnya menyesaki seluruh nonokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin bernapsu mengenjotkan kontolnya. Gak bisa cepet2 karena kakiku masih melingkar pinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di nonokku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan kukangkangkan lebar2. Posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin keras "San, teteh mau nyampe San". "Kita bareng ya teh", katanya sambil mempercepat enjotannya. "San, gak tahan lagi San, teteh nyampe San, aakh", jeritku saking nikmatnya. Kakiku kembali kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontolnya nancep dalam sekali di nonokku. Nonokku otomatis mengejang2 ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga. "Akh teh, aku ngecret", dia mengerang sambil kembali mengecretkan pejunya beberapa kali di nonokku. Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kontolnya masih tetep nancep di nonokku. aku menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos2an, dia mencabut kontolnya dari nonokku. Kontolnya berlumuran lendir nonokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku, "Teh, teteh nikmat banget deh kalo dien tot. Lebih nikmat dari ngen totin cewekku", katanya sambil mengelus2 pipiku.

Hari sudah gelap ketika kami selesai ngen tot. Aku merasa lapar, "San, teteh laper San", kataku. "Iya teh, aku juga laper lagi nih, abis kerja keras sih", jawabnya. "Mandi yuk" ajaknya. Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap2 pahaku. "Teteh cantik sekali", katanya. Tangannya pidah ke bukit nonokku mempermainkan jembutku yang lebat. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku. "Geli San", kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku. Aku menggeliat2 jadinya. Segera tangannya meremes2 toketku."Toket teteh besar ya, kenceng lagi", katanya. "Kamu suka kan", jawabku. “Suka banget teh", jawabnya sambil terus meremes2 toketku. DIa kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, berpakaian. "Makan yu". Kami mencari tempat yang romantis untuk makan malam. Sehabis makan, kami masih ngobrol di restoran sambil menikmati suasana malam. Hampir tengah malem baru balik ke rumahku.

Di kamar, kami kembali berbaring diranjang, bertelanjang bulat. Kontolnya yang belum aku apa2in sudah ngaceng berat. Aku menjatuhkan dirinya dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku. Toketku diremes2nya, aku terengah, napsuku berkobar lagi. Pentilku diemutnya. Tangan satunya menjalar kebawah, menerobos lebatnya jembutku dan mengilik2 itilku. "Aakh San, kamu pinter banget ngerangsang teteh", erangku. Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di itilku makin terasa. Kilikan di itilku membuat aku makin liar. Tanganku mencari kontolnya, kuremes dan kepalanya kukocok2. Kontolnya langsung tegak berdiri dengan kerasnya. Kontolnya kuraih, aku jilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan kuemut2. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai menjilati nonokku yang terpampang dimukanya, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku melepaskan emutanku di kontolnya dan mengerang hebat, "San aakh". Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. "Terus San aakh", erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. Nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya "San, teteh nyampe San, aakh", erangku. "San, nikmat banget deh, belum di***** udah nikmat begini".

Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kontolnya kenonokku dan didorongnya masuk pelan2, "San, enak, masukin semuanya San, teken lagi San, akh", erangku merasakan nikmatnya kontolnya nancep lagi di nonokku. Sandi mengenjotkan keluar masuk, ketika kontolnya sudah nancep kira2 separonya, dia menggentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semuanya di nonokku. "San, aakh", erangku penuh nikmat. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya, "San, teteh nyampe San, ooh", aku mengejang2 saking nikmatnya. Nonokku otomatis ikut mengejang2. Dia meringis2 keenakan karena kontolnya diremes2 nonokku dengan keras, tapi dia masih perkasa. Kemudian dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging.

Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Mulutnya terus merambat ke selangkanganku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari nonokku ke arah pantatku. Kedua jarinya membuka bibir nonokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalem nonokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kontolnya. Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kontol besarnya kembali nancep di nonokku. "San", erangku ketika akhirnya kontolnya ambles semuanya di nonokku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula2 pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah2 saking enaknya. Toketku diremes2nya dari belakang, tapi enjotan kontolnya jalan terus. Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi, dia duduk di ranjang dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. Kontolnya sudah nancep semuanya lagi di nonokku. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu menolehkan kepalaku sehingga dia langsung melumat bibirku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku sambil terus ciuman dengan liar. Tangannya gak bosen2nya ngeremes toketku. Pentilku yang sudah keras itu diplintir2nya. Gerakanku main liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kontolnya nancep dalem banget. "San, teteh dah mau nyampe lagi San, aduh San, enak banget", erangku. Tau aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kontolnya yang masih perkasa lepas dari nonokku. "Kok brenti San", tanyaku protes.

Aku ditelentangkan lagi diranjang, aku dinaikinya dan kembali ditancepkannya kontolnya kedalam nonokku. Dengan sekali enjot, kontolnya sudah ambles semuanya. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Nonokku mulai berkontraksi, mengejan, meremes2 kontolnya, tandanya aku dah hampir nyampe lagi. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya, dan "San, teteh nyampe San, akh", jeritku. Diapun merasakan remesan nonokku karena aku nyampe. Enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya, "Teh..." dia berteriak dan terasa pejunya ngecret dengan derasnya di nonokku. "San, nikmat banget ya malem ini", kataku. Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemes dan nikmat.

TAMAT.